Jakarta, CNBC Indonesia - Kabar baik baru datang dari Bursa Efek Indonesia (BEI) ketika salah satu raksasa e-commerce lokal dan perusahaan teknologi Tanah Air berencana melakukan penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO).
Keduanya yakni Bukalapak dan GoTo, perusahaan gabungan Gojek dan Tokopedia.
Untuk Bukalapak, rencana IPO ini diperkirakan mencapai senilai US$ 800 juta atau setara Rp 11,44 triliun (kurs 14.300), menurut dua orang sumber yang mengetahui rencana tersebut, dikutip dari Reuters.
Bahkan Bukalapak bisa disebut one step ahead dibanding Go-To karena berdasarkan dokumen mini expose yang disampaikan manajemen perusahaan ke BEI, sudah ada timeline dan underwriters atau penjamin emisi yang ditunjuk oleh perusahaan e-commerce Grup Emtek tersebut.
Lalu bagaimana perbandingan antara IPO Bukalapak dengan raksasa teknologi yang baru Asia Tenggara, GoTo?
Berikut rangkuman beberapa poin penting rencana IPO keduanya.
1. Nilai valuasi dan total pendanaan
Berdasarkan data dari CB Insight, platform analitik bisnis dan basis data global yang menyediakan intelijen pasar, Bukalapak diperkirakan memiliki valuasi US$ 3,5 miliar atau setara Rp Rp 50,05 triliun, dengan total pendanaan yang sudah diperoleh sejak pertama kali didirikan mencapai US$ 384,1 juta atau setara Rp 5,49 triliun.
Pendanaan ini datang dari beberapa nama besar baik dari dalam maupun luar negeri termasuk di dalamnya Microsoft dan Emtek (PT Elang Mahkota Teknologi Tbk/EMTK).
Adapun GoTo memiliki valuasi mencapai US$ 17 miliar (Rp 243 triliun) yang merupakan gabungan dari valuasi Gojek sebesar US$ 10 miliar dan Tokopedia US$ 7 miliar.
Gojek hingga saat ini disebutkan sudah mendapat pendanaan sebesar US$ 4,73 miliar (Rp 67,63 triliun), sehingga valuasinya lebih besar daripada Bukalapak saat ini.
Investor Gojek juga datang dari dalam dan luar negeri dengan jumlah yang lebih banyak mulai dari Softbank,, Temasek, PayPal hingga Northstar, PT Astra International Tbk (ASII) dan anak usaha PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) yakni Telkomsel.
Adapun Tokopedia pendanaan yang diperoleh telah mencapai US$ 3,29 miliar (Rp 47,05 triliun), dengan Google dan Alibaba termasuk dalam investor yang berada di belakang mereka.
2. Total transaksi dan jumlah pengguna
Besarnya ekonomi digital merupakan pasar yang berusaha dikuasai oleh perusahaan rintisan e-commerce yang saling bersaing di Indonesia.
Bagaimana tidak, Google dan Temasek memprediksi ekonomi tahun 2025 mencapai US$ 140 miliar (Rp 1.859 triliun) naik dari tahun 2019 yang diperkirakan mencapai US$ 40 miliar (Rp 572 triliun).
Jejak ekonomi digital ini salah satunya dapat terlihat dari GMV (Gross Merchandise Value) perusahaan e-commerce yang beroperasi di Indonesia. GMV sendiri dapat diartikan sebagai akumulasi nilai pembelian dari pengguna melalui situs atau aplikasi dalam periode tertentu.
Berdasarkan laporan yang dilakukan oleh perusahaan asal Singapura, Momentum Works, yang bertajuk "Blooming Ecommerce In Indonesia", total GMV Bukalapak pada tahun 2020 diperkirakan berada di angka US$ 3 miliar (Rp 42,9 triliun).
Nilai Bukalapak itu menempati posisi 4 dan kalah dari Tokopedia dengan GMV mencapai US$ 14 miliar (Rp 200,2 triliun) yang menempati posisi kedua.
Sementara GMV terbesar dicatatkan oleh Shopee dengan nilai GMV US$ 14,2 miliar.
Pangsa pasar Tokopedia juga 5 kali lebih besar dari Bukalapak dengan berasan persentase mencapai 35% berbanding 7% yang dikuasai Bukalapak.
Adapun rata-rata kunjungan bulanan Tokopedia tahun lalu mencapai 356 juta pengunjung, hampir 2,5 kali lebih banyak dari Bukalapak dengan rata-rata kunjungan bulanan 143 juta.
Dari jumlah pengguna layanan baik Bukalapak maupun Tokopedia sama-sama mengklaim memiliki lebih dari 100 juta pengguna.
NEXT: Simak Deretan Fakta Lainnya
3. Fokus bisnis
Manajemen Goto mengklaim, bahwa ekonomi dan ekosistemnya mampu berkontribusi 2% terhadap PDB nasional. GoTo memiliki tiga fokus bisnis utama, yakni layanan on demand melalui Gojek, e-commerce melalui Tokopedia dan layanan finansial melalui GoTo finansial yang termasuk Gopay di dalamnya.
Jika bisnis GoTo menggurita dan berusaha menyediakan seluruh layanan on demand yang bisa dimonetisasi kepada masyarakat Indonesia, Bukalapak berfokus pada ekspansi ke layanan offline dan ke kota-kota kecil di Indonesia.
Segmen bisnis yang sedikit berbeda dengan e-commerce lain di Indonesia memang terlihat dari program Mitra Bukalapak yang menyasar UMKM khususnya pedagang eceran, kios kecil dan warung kelontong untuk dapat mengembangkan bisnis dan bersaing dengan perusahaan ritel modern.
4. Target IPO
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, Bukalapak menargetkan memperoleh dana segar sebesar US$ 800 juta (Rp 11,44 triliun), menurut sumber Reuters.
IPO Bukalapak ini memanfaatkan peningkatan tajam dalam minat investor di sektor teknologi yang berkembang pesat di Asia Tenggara.
Bukalapak, perusahaan e-commerce terbesar keempat di Indonesia, disebut akan melepas 10% hingga 15% saham perusahaan dari valuasi sekitar US$ 4 hingga US$ 5 miliar.
Tapi data dokumen mini expose Bukalapak yang diperoleh CNBC Indonesia pada Rabu (23/6), disebutkan Bukalapak akan menawarkan saham maksimal sebanyak 25% dari modal ditempatkan dan disetor perusahaan.
Selain itu, bersamaan dengan IPO, Bukalapak juga akan menawarkan saham alokasi untuk karyawan alias employee stock allocation (ESA) sebanyak maksimal 0,1% dari total saham IPO yang ditawarkan.
Tak hanya itu, Bukalapak juga akan mengalokasikan saham untuk manajemen dalam program management and employee stock option plan (MESOP) maksimal hingga 4,9% dari total penawaran dan modal disetor setelah IPO.
Sedangkan untuk GoTo belum ada kabar pasti berapa besar dana yang ingin mereka kumpulkan dari penawaran perdana, akan tetapi berdasarkan data JP Morgan, GoTo berencana melakukan dual-listing yang dilakukan di bursa Indonesia dan AS dengan target valuasi US$ 35 hingga US$ 40 miliar.
Jika target valuasi ini terpenuhi, kapitalisasi pasar GoTo langsung masuk ke dalam 10 besar saham big cap di BEI.
Sebelumnya Bukalapak disebut ingin mengumpulkan US$ 300 juta dari IPO, dengan cara bergabung dengan perusahaan akuisisi tujuan khusus (Special Purpose Acquisition Vehicle/SPAC) di AS.
Namun, sumber Reuters menyebut, perusahaan yang telah berusia 11 tahun tersebut fokus hanya pada IPO-nya.
Pihak BEI menyebutkan sudah ada dokumen masuk kendati belum menyebutkan secara pasti dokumen milik Bukalapak.
"Terkait dengan e-commerce dalam pipeline, terdapat e-commerce yang telah menyampaikan dokumen. Untuk nama calon perusahaan tercatat, Bursa belum dapat menyampaikan sampai dengan OJK telah memberikan persetujuan atas penerbitan prospektus awal kepada publik sebagaimana diatur di OJK Peraturan Nomor IX.A.2," ungkap Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna, Selasa (8/6/2021).
Sementara itu, manajemen Elang Mahkota Teknologi (EMTK), pemegang saham Bukalapak, dalam paparan publik, menyatakan bahwa anak perusahaan EMTK, yaitu PT Kreatif Media Karya, memang memiliki saham di PT Bukalapak.com.
"Yang mana [Bukalapak] sedang dalam proses pengajuan permohonan penawaran umum saham perdana di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bursa Efek Indonesia (BEI). Mengenai besaran saham dan perolehan dana akan dibicarakan dan ditentukan oleh manajemen internal BukaLapak," tulis manajemen EMTK.
Jadi, jika terealisasi dengan target IPO US$ 800 juta, maka pelaksanaan IPO Bukalapak akan makin meningkatkan daya tarik pasar saham RI.
Antusiasme pasar ini juga sudah tampak dengan naiknya saham-saham di indeks TECHNO di BEI, cerminan penantian pasar akan IPO GoTo dan strart-up lain seperti Tiket.com yang kabarnya juga akan segera melakukan IPO di BEI.
5. Timeline, Konsultan dan Underwriters
Sejauh ini belum ada timeline atau jadwal IPO dari GoTo, manajemen hanya menyebutkan tahun ini, bisa kuartal 3 atau kuartal 4. Belum dijelaskan juga memakai laporan keuangan periode kapan.
Terkait dengan konsultan IPO, sebetulnya Tokopedia (sebelum bergabung dengan ekosistem Gojek), pada Desember tahun lalu mengungkapkan mereka sudah resmi menunjuk dua perusahaan jasa investasi dan penjamin emisi global yakni Morgan Stanley dan Citi sebagai penasihat dalam upaya mempercepat proses perseroan menjadi perusahaan publik alias go public.
Adapun untuk Bukalapak, informasi underwriters terungkap dalam dokumen mini expose yang diterima CNBC Indonesia.
Perseroan mengajukan kode saham untuk disetujui BEI yakni BUKA. Perseroan menunjuk setidaknya 5 penjamin emisi yang terbagi atas joint global coordinator: UBS (global), BofA Securities. Lalu joint bookrunners: UBS (global), BofA Securities, dan Mandiri Sekuritas. Lalu joint lead managing underwriters: PT Mandiri Sekuritas, PT Buana Capital Sekuritas. Kemudian domestic underwriters: PT UBS Sekuritas Indonesia.
 Foto: Timeline IPO Bukalapak.com Timeline IPO Bukalapak.com |
VP of Corporate Affairs Bukalapak Siti Sufintri Rahayu mengatakan perusahaan berfokus pada strategi berkelanjutan yang memberikan nilai tambah kepada partner dan pengguna perusahaan.
"Kami senantiasa mengeksplorasi kesempatan bagi perusahaan untuk terus bertumbuh dan berkembang secara finansial," kata dia kepada CNBC Indonesia, Rabu (23/6/2021).
"Namun, untuk saat ini, kami belum membuat keputusan apapun. Fokus kami saat ini adalah terus mencari strategi yang tepat untuk menjadi perusahaan yang berkelanjutan dan menciptakan nilai tambah bagi para partner dan pengguna untuk waktu-waktu mendatang," lanjutnya.
Untuk periode pembentukan harga (bookbulding) dan road show dijadwalkan dimulai pada 28 Juni, penetapan harga IPO 9 Juli, pendaftaran final OJK 13 Juli, ekspektasi pernyataan efektif OJK 21 Juli, masa penawaran umum 23-27 Juli, dan target listing di BEI 29 Juli.
TIM RISET CNBC INDONESIA