
7 Kabar Penting: Salim Suntik BINA Hingga RS Bunda Mau IPO

Jakarta, CNBC Indonesia - Aktivitas perdagangan di pasar saham domestik pekan ini cenderung bergejolak. Transaksi saham diwarnai sejumlah kabar yang mempengaruhi harga efek yang diperjualbelikan di BEI.
Beberapa aksi korporasi dan peristiwa yang terjadi di emitendihimpun dalam pemberitaan CNBC Indonesia sebelum memulai transaksi pada perdagangan Kamis ini (17/6/2021):
1. Rights Issue Direstui, Salim Peluang Tambah Porsi di Bank Ina
Pemegang saham PT Bank Ina Perdana Tbk (BINA), menyetujui rencana perseroan untuk menambah modal melalui skema hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue.
Hal ini ditetapkan dalam Rapat Umum Pemegang saham Luar Biasa (RUPSLB) Bank Ina Perdana untuk tahun buku 2020. Perseroan akan melepas sebanyak-banyaknya 2 miliar saham baru dengan nilai nominal Rp 100 per saham. Dengan disetujuinya rights issue ini, Anthoni Salim, selaku ultimate shareholder berpeluang menambah porsi kepemilikan sahamnya pada Bank Ina.
Direktur Utama Bank Ina Daniel Budirahayu, mengatakan, para pemegang saham perseroan yang saat itu tercatat besar kemungkinan menyerap HMETD tersebut. "Kemungkinan pemegang saham utama ikut serta," katanya usai RUPSLB, di Jakarta, Rabu (16/6/2021).
2. Chandra Asri Bagi Dividen Rp 923 M
Emiten petrokimia milik taipan Prajogo Pangestu, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA), mengumumkan akan membagikan dividen sejumlah Rp 923,39 miliar kepada para pemegang saham atau sebesar Rp 57,78 per saham.
Dividen tunai akan dibagikan kepada pemegang saham yang namanya tercatat dalam Daftar Pemegang Saham Perseroan (DPS) pada tanggal penutupan pencatatan (recording date) yang jatuh pada Kamis 24 Juni mendatang pukul 16.00 WIB.
Berdasarkan keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), tanggal cum dividend di pasar reguler dan pasar negosiasi jatuh pada tangga 22 Juni 2021.
3. Bukalapak Bidik IPO Rp 11 T Agustus Ini
Rencana penawaran saham salah satu raksasa e-commerce Indonesia, Bukalapak, mulai terbuka. Seperti dikutip dari Reuters, Rabu (16/6/2021), rencana IPO ini diperkirakan senilai US$ 800 juta atau setara Rp 11,40 triliun, menurut dua orang sumber yang mengetahui rencana tersebut.
Pelaksanaan IPO disebut-sebut akan berlangsung pada Agustus 2021. IPO Bukalapak merupakan salah satu dari dua perusahaan teknologi besar yang berencana tahun ini dan sedang dinantikan pelaku pasar domestik.
IPO ini diperkirakan akan menjadi yang terbesar di Indonesia dalam 10 tahun dan terbesar yang pernah ada di sebuah negara, yang dilakukan sebuah startup. Setelah itu, kemungkinan IPO GoTo menjadi tonggak berikut yang menjadi terbesar setelah Bukalapak.
4. Merger Induk Usaha XL Axiata Tinggal Menghitung Hari
Setelah sebelumnya dikabarkan kandas, merger antara induk perusahaan PT XL Axiata Tbk (EXCL), Axiata Group Bhd dengan Telenor Asia akan segera tuntas.
Belum lama ini, Axiata Group Bhd dan Telenor Asia telah menyelesaikan uji tuntas (due diligence) yang berkaitan dengan usulan merger antara Celcom Axiata Bhd dan Digi.Com Bhd.
Presiden Axiata dan Group Chief Executive Officer Datuk Izzaddin Idris mengatakan, kedua pihak berharap dapat segera menandatangani perjanjian definitif dalam waktu dekat ini, bahkan tinggal dalam hitungan hari atau dalam beberapa pekan lagi.
"Baik Axiata dan Telenor, kami berharap akan segera menandatangani [perjanjian definitif]," kata Izzadin, seperti dilansir dari The Edge Market, Selasa (16/6/2021).