Pasca Libur Panjang Lebaran, Mayoritas Harga SBN Melemah

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
17 May 2021 19:26
business man financial inspector and secretary making report, calculating or checking balance. Internal Revenue Service inspector checking document. Audit concept
Foto: Freepik

Jakarta, CNBCIndonesia - Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup melemah pada perdagangan Senin (17/5/2021), setelah pasar keuangan dalam negeri libur panjang pasca Idul Fitri 1442 H.

Mayoritas SBN acuan cenderung dilepas oleh investor, ditandai dengan kenaikan imbal hasilnya (yield). Hanya SBN bertenor pendek yakni 1 tahun yang masih dikoleksi oleh investor dan mengalami penurunan yield.

Yield SBN berjatuh tempo 1 tahun dengan seri FR0061 turun sebesar 0,4 basis poin (bp) ke level 3,683% dari sebelumnya di level 3,687%. Sedangkan SBN bertenor 3 tahun dengan kode FR0039 cenderung stagnan di level 4,9%.

Sementara, yield SBN bertenor 10 tahun dengan kode FR0087 yang merupakan acuan obligasi negara kembali naik sebesar 3,6 bp ke posisi 6,441%.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga kenaikan yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Naiknya yield SBN pada hari ini disebabkan kekhawatiran pasar terkait inflasi Amerika Serikat (AS) yang meninggi dan memicu kekhawatiran bahwa bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) bakal dipaksa mengurangi laju pembelian surat berharga di pasar.

Inflasi AS yang tercermin di Indeks Harga Konsumen (IHK) pada April melompat 4,2% secara tahunan (year-on-year/YoY). Rilis tersebut jauh lebih tinggi ketimbang hasil survei Dow Jones sebesar 3,6%.

Sementara dari bulan Maret atau secara month-to-month (mtm) tumbuh 0,8%, juga jauh lebih tinggi dari survei 0,2%.

Sementara inflasi inti yang tidak memasukkan sektor energi dan makanan dalam perhitungan tumbuh 3% yoy dan 0,9% mtm, lebih dari dari ekspektasi 2,3% yoy dan 0,3% mtm.

Kenaikan inflasi secara tahunan tersebut merupakan yang tertinggi sejak tahun 2008, sementara secara bulanan terbesar dalam 40 tahun terakhir.

Walaupun begitu, yield obligasi pemerintah AS (US Treasury) tercatat mengalami penurunan. Berdasarkan data dari World Government Bond pada Jumat (14/5/2021) akhir pekan lalu, yield Treasury AS acuan bertenor 10 tahun turun sebesar 2,4 bp ke level 1.635%, dari sebelumnya di level 1,659%.

Obligasi pemerintah merupakan aset pendapatan tetap yang dinilai sebagai aset safe haven. Ia diburu (sehingga yield naik) ketika pelaku pasar merasa kondisi ekonomi sedang dalam bayang-bayang krisis.

Jadi dapat disimpulkan, jika perekonomian AS semakin membaik, maka prospek pasar obligasi akan terancam, karena investor kembali berinvestasi ke aset berisiko seperti saham dan meninggalkan aset safe haven, seperti obligasi.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sambut Stimulus AS dan 'Deal' Brexit, Harga SBN Menguat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular