
Data Aktivitas Non-Manufaktur AS Tumbuh, Harga SBN Melemah

Jakarta, CNBCIndonesia - Pergerakan harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) mayoritas ditutup melemah pada perdagangan Selasa (6/4/2021), di tengah penurunan tipis imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) pada sore hari ini waktu Indonesia.
Mayoritas SBN kembali cenderung dilepas oleh investor, kecuali SBN dengan tenor 1 tahun dan 20 tahun yang ramai dikoleksi oleh investor pada hari ini.
Dari imbal hasilnya (yield), hampir semua SBN mencatatkan kenaikan yield-nya, kecuali SBN bertenor 1 tahun dengan kode FR0067 yang yield-nya turun 5,3 basis poin (bp) ke level 3,74%, dan yield SBN berjatuh tempo 20 tahun dengan seri FR0083 yang juga turun 4,2 bp ke 7,362%.
Sementara untuk yield SBN seri FR0087 dengan tenor 10 tahun yang merupakan yield acuan obligasi negara naik sebesar 5,2 bp ke level 6,669%. Yield berlawanan arah dari harga, sehingga kenaikan yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Harga SBN yang melemah ditandai dengan kenaikan yield-nya terjadi di tengah penurunan tipis yield obligasi pemerintah AS (US Treasury) pada sore hari ini waktu Indonesia.
Berdasarkan data dari situs World Government Bond, per pukul 17:15 WIB, yield surat utang pemerintah AS acuan tenor 10 tahun turun tipis sebesar 0,5 basis poin ke level 1,702%, dari sebelumnya pada perdagangan kemarin di level 1,707%.
Kenaikan yield SBN terjadi setelah data tenaga kerja dan beberapa data ekonomi AS menunjukkan angka yang positif pada Maret 2021.
Departemen Tenaga Kerja AS pada Jumat (2/4/2021) melaporkan tingkat pengangguran di bulan Maret memang turun menjadi 6% dari bulan sebelumnya 6,2%, kemudian penyerapan tenaga kerja di luar sektor pertanian (non-farm payroll) tercatat sebanyak 916 ribu orang, terbanyak sejak Agustus 2020 lalu.
Tetapi ada satu yang mengganjal, rata-rata upah per jam turun 0,1% pada bulan lalu, setelah naik 0,3% di bulan sebelumnya. Padahal, upah merupakan komponen penting dalam pemulihan ekonomi AS, serta kenaikan inflasi.
Dengan penurunan rata-rata upah per jam tersebut, laju kenaikan inflasi kemungkinan akan terhambat. Apalagi pada bulan Februari lalu, inflasi AS (yang dicerminkan oleh Personal Consumption Expenditure/PCE inti) tumbuh di 1,4% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year).
Pertumbuhan tersebut lebih lambat dibandingkan laju Januari 2021 yang sebesar 1,5%. Inflasi PCE merupakan salah satu acuan bank sentral AS (The Fed) untuk merubah kebijakan moneternya, ketika inflasi masih lemah, maka kebijakan moneter ultralonggar masih akan dipertahankan. Alhasil, dolar AS melemah merespon data tersebut.
Selain data ketenagakerjaan, data aktivitas non-manufaktur AS yang kembali berekspansi juga menjadi pendorong kenaikan yield SBN hari ini. Indeks aktivitas non-manufaktur Institute for Supply Management (ISM) melonjak ke pembacaan 63,7 bulan lalu. Ini merupakan level tertinggi dalam sejarah survei yang dilakukan oleh ISM.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Aksi Ambil Untung di SBN Mulai Mereda, Harga SBN Menguat Lagi