
Data PMI dan Inflasi Indonesia Positif, Harga SBN Lanjut Naik

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) pada Selasa (1/12/2020) mayoritas ditutup menguat, setelah pasar merespons positif rilis data Purchasing Manager' Index (PMI) Manufaktur Indonesia versi Markit pada November 2020.
Mayoritas SBN hari ini kembali ramai dikoleksi oleh investor, kecuali SBN tenor 15 tahun dan 30 tahun yang hari ini cenderung dilepas oleh investor.
Dilihat dari imbal hasilnya (yield), hampir semua SBN mengalami penurunan yield, tetapi tidak untuk yield SBN tenor 15 tahun yang naik 0,8 basis poin ke level 6,691% dan yield SBN berjatuh tempo 30 tahun yang naik 0,4 basis poin ke 7,181%
Sementara itu, yield SBN dengan tenor 10 tahun yang merupakan acuan yield obligasi negara turun 0,3 basis poin ke level 6,185% hari ini. Yield berlawanan arah dari harga, sehingga penurunan yield menunjukkan harga obligasi yang naik. Demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Harga SBN kembali menguat setelah Indonesia merilis data PMI Manufakturnya untuk periode November 2020. IHS Markit melaporkan aktivitas manufaktur yang dicerminkan oleh PMI berada di 50,6 pada November 2020.
Angka ini naik hampir tiga poin dibandingkan posisi bulan sebelumnya yang sebesar 47,8, bahkan jauh di atas konsensus pasar yang meramalkan PMI Indonesia hanya di kisaran 47,2. PMI menggunakan angka 50 sebagai titik awal. Kalau di atas 50, artinya dunia usaha memasuki fase ekspansi, jika di bawah 50 maka masih terkontraksi.
Selain itu data inflasi bulan November yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) juga membawa kabar baik dimana pada bulan November terjadi inflasi sebesar 0,28% setelah pada kuartal kemarin alias tiga bulan berturut-turut selama Juli hingga September Indonesia membukukan deflasi yang menunjukkan masalah daya beli masyarakat yang kendor.
Pada bulan November sendiri konsensus masih meramalkan akan terjadi inflasi sebesar 0,21% yang artinya rilis BPS lebih baik dari pada konsensus dan menjadikan ini sentimen positif bagi para pelaku pasar sebab angka ini mengindikasikan daya beli masyarakat mulai pulih dan menjadi inflasi tertinggi sejak Februari silam Covid-19 merebak, pada 0,28%.
Namun, kabar tidak menggembirakan juga datang di dalam negeri, di mana Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengumumkan dirinya positif Covid-19 setelah proses tes PCR (swab test). Anies salah satu kepala daerah yang mengumumkan langsung positif Covid-19.
Situasi ini membuka peluang pembatasan aktivitas sosial yang bisa menekan perekonomian. Tidak heran, mayoritas SBN tenor panjang melemah dan investor memburu SBN jangka pendek. Di tengah ketakpastian, SBN tenor pendek pun dinilai lebih menguntungkan ketimbang SBN jangka panjang karena premi risikonya lebih kecil.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gelombang Aksi Ambil Untung Membuat Harga SBN Ditutup Mixed