Aksi Ambil Untung di SBN Mulai Mereda, Harga SBN Menguat Lagi

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
26 November 2020 18:27
Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) pada Kamis (26/11/2020) kembali ditutup menguat, di tengah data pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) pada kuartal ketiga tahun 2020 yang menunjukkan hasil positif.

Seluruh tenor SBN hari ini ramai dikoleksi oleh investor, ditandai dengan turunnya imbal hasil (yield) di seluruh tenor SBN. Sementara itu, yield SBN dengan tenor 10 tahun yang merupakan acuan yield obligasi negara turun 1 basis poin ke level 6,216% pada hari ini.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga penurunan yield menunjukkan harga obligasi yang naik. Demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Harga SBN kembali menguat pada hari ini setelah data pertumbuhan ekonomi kuartal III-2020 di Negeri Paman Sam yang catatkan positif setelah sebelumnya terkontraksi hingga 31% di kuartal kedua tahun ini.

Sebelumnya, Departemen Perdagangan AS melaporkan, pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 33,1% pada level tahunan (year-on-year/YoY). Hal ini mengkonfirmasikan laju ekspansi ekonomi Negeri Paman Sam pada kuartal ketiga (Q3) 2020.

Padahal sebelumnya, perekonomian AS berkontraksi atau minus 31,4% pada Q2 2020. Ini terdalam sejak pemerintah mulai mencatatkan PDB pada tahun 1947.

Sementara di Q1, ekonomi AS juga sempat terkontraksi 5% di basis yang sama. AS berhasil pulih dari resesi teknis, yang diartikan negatifnya ekonomi sebuah negara dua kuartal berturut-turut atau lebih.

Pengeluaran pribadi adalah pendorong utama pertumbuhan. Stimulus seperti cek yang diberikan pemerintah dan tunjangan pengangguran mingguan, meningkatkan daya beli warga.

"Kenaikan PDB kuartal ketiga mencerminkan upaya berkelanjutan untuk membuka kembali bisnis dan melanjutkan aktivitas yang ditunda atau dibatasi karena Covid-19," kata Departemen Perdagangan AS, Rabu (25/11/2020) waktu setempat.

Namun PDB Q3 ini masih 3,5% di bawah tingkat pra-pandemi. Meskipun vaksin corona diharapkan segera tersedia, namun Covid-19 masih jauh dari terkendali di AS.

Sementara itu, di Q4 2020, analis memperkirakan ekonomi masih akan tumbuh di bawah tingkat tahunan 5%. Presiden Federal Reserve (The Fed) St. Louis James Bullard melihat sedikit risiko dari berlanjutnya kontraksi ekonomi.

"Sejauh ini saya pikir kami bertahan," katanya dikutip dari CNBC International.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gelombang Aksi Ambil Untung Membuat Harga SBN Ditutup Mixed

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular