Jelang Pergantian Tahun, Yield SBN 10 Tahun Drop ke Level 5%

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
29 December 2020 18:44
Business concept. Business people discussing the charts and graphs showing the results of their successful teamwork. Selective focus.
Foto: Freepik

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) pada Selasa (29/12/2020) mayoritas ditutup menguat, di tengah pelemahan bursa saham domestik akibat aksi ambil untung dan wacana penarikan rem darurat di Ibu Kota.

Mayoritas SBN hari ini ramai dikoleksi oleh investor, kecuali SBN berseri FR0083 dengan tenor 20 tahun yang cenderung dilepas oleh investor. 

Dilihat dari imbal hasilnya (yield), hampir semua SBN mengalami penurunan yield, tetapi tidak untuk yield SBN seri FR0083 yang naik 0,4 basis poin (bp) ke level 6,519%. Sedangkan yield SBN seri FR0067 yang bertenor 25 tahun cenderung stagnan di level 7,325%

Yield SBN seri FR0082 yang merupakan acuan yield obligasi negara turun 12,8 basis poin ke level 5,909% pada hari ini. Ini merupakan kali kedua imbal hasil obligasi tenor 10 tahun tersebut kembali turun ke bawah 6% di sepanjang tahun 2020 setelah pada Jumat (18/12/2020) turun ke 5,976%

Sebagai perbandingan, yield SBN seri tersebut akhir tahun lalu berada di level 7,098%. Yield berlawanan arah dari harga, sehingga penurunan yield menunjukkan harga obligasi yang naik. Demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Harga SBN kembali menguat di tengah kembali mencuatnya kabar dari rencana penarikan rem darurat (Pembatasan Sosial Berskala Besar/PSBB Total) di DKI Jakarta akibat lonjakan kasus virus corona (Covid-19) di Jakarta yang terus bertambah.

Kekhawatiran atas ekses kebijakan tersebut terhadap pemulihan ekonomi memicu pemodal keluar dari aset berisiko seperti saham dan memburu aset pendapatan tetap yang lebih aman seperti SBN.

Selain itu, kabar tambahan dari stimulus di AS dan kesepakatan dagang Inggris dan Uni Eropa pasca-Brexit juga membuat harga SBN menarik di mata investor asing karena ekonomi global berpeluang terjaga mengikuti efek stimulus AS. 

Presiden AS, Donald Trump akhirnya meneken paket stimulus senilai US$ 900 miliar, termasuk bantuan langsung tunai (BLT) senilai U$ 600 ke warga AS pada Senin. Namun, DPR AS melalui pemungutan suara selanjutnya menyepakati kenaikan nilai BLT tersebut menjadi US$ 2.000 per orang, atau sesuai dengan harapan Trump.

Selanjutnya, kenaikan tersebut akan diresmikan setelah Senat (yang dikuasai Partai Republik) menyepakatinya.

Sementara itu, sentimen positif di Eropa muncul setelah Inggris dan Uni Eropa menyepakati kesepakatan dagang pasca-Brexit pada malam Natal. Pada Senin, 27 perwakilan negara Uni Eropa (UE) secara formal menyetujui kesepakatan tersebut yang akan berlaku efektif pada 1 Januari.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Aksi Ambil Untung di SBN Mulai Mereda, Harga SBN Menguat Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular