9 Hal Penting Harus Anda Ketahui Sebelum Cari Cuan dari Saham

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
06 May 2021 08:25
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) belum bisa mencatat level batas atas baru kendati pelaku pasar asing melakukan pembelian bersih cukup massif pada perdagangan Rabu kemarin.

IHSG ditutup menguat tipis 0,20% ke level 5.975,91 poin dengan nilai transaksi Rp 9,13 triliun dan frekuensi sebanyak 928.796 kali. Pelaku pasar asing melakukan pembelian bersih senilai Rp 165,49 miliar.

IHSG tetap bertahan di zona hijau meskipun kemarin Badan Pusat Statistik mengumumkan ekonomi Indonesia masih kontraksi di triwulan pertama tahun 2021 sebesar 0,74% secara tahunan. Sedangkan, secara kuartalan, PDB RI masih minus 0,96%.

Cermati aksi dan peristiwa emiten berikut ini yang dihimpun dalam pemberitaan CNBC Indonesia sebelum memulai transaksi pada perdagangan Kamis ini (6/5/2021):

1. Dapat Wejangan OJK, Multistrada Batal Delisting

Emiten produsen ban Grup Michelin asal Prancis, PT Multistrada Arah Sarana Tbk (MASA) memutuskan untuk tidak melanjutkan rencana voluntary delisting dan go private atau keluar dari Bursa Efek Indonesia (BEI) secara sukarela dan menjadi perusahaan swasta non terbuka.

Pembatalan delisting itu diputuskan pemegang saham berdasarkan pertimbangan perkembangan regulasi terkini, termasuk ketentuan mengenai perubahan status perusahaan terbuka menjadi perusahaan swasta sebagaimana diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan/POJK 03/2021 tentang Pelaksanaan Kegiatan di Sektor Pasar Modal, serta arahan yang diterima oleh perusahaan dalam korespondensi dengan OJK.

"Perseroan secara terus menerus mengevaluasi rencana bisnisnya dan akan menginformasikan kepada OJK dan BEI sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku jika di kemudian hari perseroan memutuskan untuk melakukan voluntary delisting dan go private," tulis manajemen MASA, dalam laporan kepada BEI, dikutip Rabu (5/5/2021)

2. Akuisisi Oneject, IRRA Siapkan Capex Rp 300 M di 2021

PT Itama Ranoraya Tbk (IRRA) menetapkan belanja modal (capital expenditure) senilai Rp 250-300 miliar untuk 2021, jumlah ini melonjak lebih dari 1.000% dibandingkan 2020 senilai Rp 20-25 miliar.

Peningkatan capex ini dilakukan untuk mendukung transformasi bisnis perusahaan masuk ke manufaktur, Clinical Laboratory dan eHealth Services di sektor kesehatan.

Direktur Utama PT Itama Ranoraya Tbk Heru Firdausi Syarif menjelaskan transformasi tersebut akan memperkuat posisi perseroan di sektor kesehatan tidak hanya sebagai distributor alat kesehatan, namun juga sebagai produsen dan sampai ke jasa layanan kesehatan. Besarnya anggaran belanja ini menurutnya akan dilakukan hingga dua tahun ke depan, karena transformasi bisnis yang dilakukan ditargetkan selesai dalam dua tahun.

3. Gagal Bayar Bunga! Rating Fitch Sritex Nyaris Default

Lembaga pemeringkat global, Fitch Ratings menurunkan Peringkat Jangka Panjang Issuer Default Rating (IDR) emiten tekstil dan garmen PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) alias Sritex menjadi RD (Restricted Default) dari sebelumnya C.

Rating Restricted Default ini adalah peringkat utang yang satu tingkat di atas default.

Mengutip siaran resmi Fitch, Selasa (4/5/2021), pada saat yang sama, Fitch Ratings Indonesia menurunkan Peringkat Nasional Jangka Panjang Sritex menjadi RD (idn) dari sebelumnya C (idn).

Fitch juga menegaskan kembali peringkat utang dolar AS Sritex yang belum jatuh tempo di posisi 'C' dengan Recovery Rating 'RR4'.

Sritex tidak memenuhi pembayaran bunga jatuh tempo sekitar US$ 850.000 atau setara dengan Rp 11,9 miliar (kurs US$ 1 = Rp 14.000) atas pinjaman sindikasi senilai US$350 juta atau Rp 4,9 triliun, yang jatuh tempo 23 April 2021. Sementara itu, bank tidak melakukan rollover (memperpanjang jatuh tempo) pinjaman revolver yang jatuh tempo pada hari yang sama.

4. Indosat Jual Tower Rp 10 T ke Digital Colony, Harganya Wajar?

Perusahaan telekomunikasi milik Ooredoo Qatar, PT Indosat Tbk (ISAT) telah menetapkan PT EPID Menara Asset Co sebagai pembeli dari 4.247 menara telekomunikasi yang dilegonya. Transaksi ini juga sudah mendapat nilai wajar dari kantor jasa penilai publik.

Nilai penjualan ini mencapai US$ 750 juta atau setara dengan Rp 10,28 triliun (kurs sesuai SPA, sales and purchase agreement). EPID Menara Asset Co merupakan anak perusahaan dari Edge Point Singapura di Indonesia yang dimiliki sepenuhnya oleh Digital Colony yang merupakan perusahaan asal Amerika Serikat.

Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP) Ruky, Safrudin dan Rekan (RSR) menyebut transaksi ini dalam nilai yang wajar dengan membandingkan harga rencana transaksi dengan total nilai pasar aset.

"Maka Rencana Transaksi adalah wajar karena Harga Rencana Transaksi berada dalam kisaran kewajaran batas atas dan batas bawah dari Total Nilai Pasar sebesar 7,5 persen sesuai POJK 35 Pasal 48," ungkap pengumuman laporan pendapat kewajaran yang disampaikan Ruky, Safrudin dan Rekan di laman keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, dikutip Rabu (5/5/2021).

5. THR Dicicil, Buruh Pan Brothers di Boyolali Demo

Ribuan pekerja PT Pan Brothers Tbk (PBRX) di pabrik Boyolali, Jawa Tengah, melakukan aksi demonstrasi. Mereka menyatakan ketidakpuasannya atas kebijakan perusahaan yang membayar gaji dan Tunjangan Hari Raya (THR) dengan cara dicicil.

Informasi ini terungkap dalam unggahan video viral di Youtube berdurasi singkat sekitar 0,33 detik yang berisi riuhnya massa buruh yang menyerbu pabrik perusahaan tekstil tersebut.

Vice Chief Executive Officer Pan Brothers, Anne Patricia Sutanto mengakui, saat ini perseroan menghadapi tantangan likuiditas yang ketat, perseroan, kata Anne harus membagi arus kas dengan membayar kewajiban ke bank dan supplier, berikut dengan gaji dan THR yang harus dibayarkan kepada para pekerja.

"Pan Brothers sanggup membayar THR, asal dicicil, nggak bisa full. THR nantinya semua akan dibayarkan," kata Anne, saat dihubungi CNBC Indonesia, Rabu (5/5/2021).

6. Emiten Leasing Mobil Ini Resmi Didepak dari Bursa

Bursa Efek Indonesia (BEI) telah resmi melakukan penghapusan pencatatan efek PT First Indo American Leasing Tbk (FINN) atau First Finance, perusahaan pembiayaan (multifinance) yang fokus pada kredit mobil bekas dan baru.

Keputusan penghapusan pencatatan (delisting) tidak datang secara tiba-tiba, sebelumnya perusahaan sudah disuspensi atau dihentikan sementara perdagangannya sejak 9 Desember 2019.

Penghapusan emiten leasing FINN merujuk pada tiga pengumuman yang sebelumnya sudah diterbitkan BEI.

Pertama tanggal 9 Desember 2019 perihal Penghentian Sementara Perdagangan Efek PT First Indo American Leasing Tbk. (FINN), kedua tanggal 22 Oktober 2020 tentang Pencabutan Izin Usaha Perusahaan Pembiayaan PT First Indo American Leasing Tbk, dan terakhir tanggal 1 Maret 2021 perihal Penundaan Penghapusan Pencatatan Efek PT First Indo American Leasing Tbk.

7. Laba Emiten Menara Grup Djarum Tembus Rp 2,8 T

Emiten menara telekomunikasi milik Grup Djarum, PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR), mencatatkan laba bersih sebesar Rp 2,84 triliun untuk tahun buku 2020.

Perolehan laba tersebut naik 21,09% dari periode yang sama di tahun sebelumnya Rp 2,34 triliun. Kenaikan ini berimbas pada meningkatnya laba per saham menjadi Rp 57 per saham dari sebelumnya Rp 46 per saham.

Berdasarkan laporan keuangannya, kenaikan laba ini sejalan dengan meningkatnya pendapatan TOWR dari sebelumnya Rp 6,45 triliun menjadi Rp 7,44 triliun.

Rinciannya, pendapatan ini dikontribusi dari kenaikan pendapatan sewa menara telekomunikasi pihak ketiga menjadi Rp 6,96 triliun dari Rp 5,85 triliun. Pendapatan jasa lainnya sebesar Rp 345,07 miliar. Selanjutnya, pendapatan sewa dari pihak berelasi tercatat sebesar Rp 2,58 miliar dari jasa lainnya senilai Rp 130,94 miliar.

8. Indomobil 'Disuntik' Sindikasi 12 Bank hampir Rp 4 T

Perusahaan pembiayaan Grup Indomobil, PT Indomobil Finance Indonesia (IMFI) untuk ke-11 kalinya memperoleh pinjaman sindikasi dari berbagai bank yang berdomisili di luar negeri dan dalam negeri.

Berdasarkan keterangan resminya, pada 4 Mei 2021 IMFI menandatangani pinjaman sindikasi sebesar US$ 270 juta atau setara dengan Rp 3,92 triliun (kurs Rp 14.500/US$) atau hampir Rp 4 triliun, dengan 12 bank yang berasal dari 7 negara yakni Singapura, Malaysia, Korea, Jepang, Taiwan, Cina dan Indonesia.

Total pinjaman yang berhasil diperoleh sejak pinjaman sindikasi yang pertama sampai dengan sindikasi ke-10 adalah sebesar US$ 1.878.500.000 atau setara Rp 27 triliun.

Sampai dengan 31 Maret 2021 total pinjaman sindikasi yang telah dilunasi sebesar US$ 1.432.416.667 (Rp 21 triliun) atau sekitar 76.25% dari total pinjaman.

9.Rudy Tanoe Gelar Tender Offer Saham ZBRA, Harganya Rp 77

Perusahaan milik Rudy Tanoesoedibjo, Trinity Healthcare Indonesia (THC) mengumumkan akan melakukan penawaran tender wajib saham emiten logistik PT Zebra Nusantara Tbk (ZBRA). Hal ini dilakukan setelah THC menjadi pengendali baru perusahaan tersebut.

Berdasarkan pengumuman di keterbukaan informasi, perseroan menjadi pengendali baru berdasarkan PJBB (perjanjian jual beli bersyarat) pada tanggal 26 Februari 2021 dan pengubahannya pada tanggal 26 Maret 2021 untuk mengalihkan 3.400 saham Seri A dan 665.182.734 saham Seri B atau sebesar 77,7% dari seluruh saham yang telah ditempatkan dan disetor kepada ZBRA.

"Pada tanggal 9 Maret 2021 dan 1 April 2021, pengendali baru dan penjual telah melakukan pengalihan saham yang dialihkan melalui transaksi tutup sendiri (crossing) di pasar negosiasi Bursa Efek Indonesia, sehingga pengendali baru telah menjadi pengendali perusahaan sasaran," ungkap Corporate Secretary ZBRA, David Widiantoro, Rabu (5/5/2021).

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular