Sambil Trading, Baca 8 Informasi Penting Ini Buat Cari Cuan

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
10 March 2021 09:15
Ilustrasi IHSG
Foto: Ilustrasi IHSG (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Tekanan jual yang cukup besar membuat laju bursa saham domestik tertekan ke level psikologis di bawah 6.200 pada perdagangan Selasa kemarin (9/3/2021)

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah sebesar 0,78% ke posisi 6.199,64 poin dengan nilai transaksi sebesar Rp 13,31 triliun dan frekuensi sebanyak 1,32 juta kali. Pelaku pasar asing melakukan aksi jual bersih sebesar Rp 782,69 miliar.

Beberapa saham yang dilepas asing cukup besar antara lain, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar Rp 497,1 miliar, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebesar Rp 189,8 miliar dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO) sebesar Rp 81,8 miliar.

Laju IHSG tak senada dengan mayoritas pergerakan bursa saham di Asia yang melaju di zona hijau. Indeks Nikkei, Jepang misalnya menguat 0,99%. Penguatan juga terjadi di bursa saham Hang Seng, Hong Kong dan Straits Times, Singapura masing-masing sebesar 0,81% dan 1,22% pada perdagangan kemarin.

Cermati aksi dan peristiwa emiten berikut ini yang dihimpun dalam pemberitaan CNBC Indonesia sebelum memulai perdagangan Rabu ini (10/3/2021):

1. Emiten Sandi Uno & Edwin Soeryadjaya Untung Rp 8,82 T di 2020

Emiten investasi yang terafiliasi dengan pengusaha Sandiaga Uno dan Edwin Soeryadjaya, PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) membukukan perolehan laba bersih sebesar Rp 8,82 triliun sepanjang tahun 2020. Perolehan tersebut meningkat 20% dari periode yang sama di tahun sebelumnya.

Tahun 2020, emiten bersandi SRTG ini mencatatkan keuntungan neto atas investasi pada saham dan efek ekuitas lainnya sebesar Rp 8,41 triliun dari akhir Desember 2019 sebesar Rp 6,22 triliun.

Nilai ini secara rinci terdiri dari investasi dalam saham infrastruktur Rp 3,06 triliun, sumber daya alam Rp 5,57 triliun, produk konsumen masih merugi Rp 276,75 miliar. Sedangkan, investasi pada efek ekuitas lainnya sebesar Rp 45,80 miliar.

Penghasilan dari dividen tercatat sebesar Rp 750,55 miliar, lebih rendah dari tahun sebelumnya Rp 1,99 triliun. Sedangkan, pendapatan bunga sebesar Rp 17,42 miliar. Sementara itu, nilai portofolio investasi yang juga terlihat dari nilai aset bersih (net asset value) Saratoga di akhir tahun 2020 melesat 39% hingga senilai Rp 31,70 triliun.

2. Sempat Digugat PKPU, Begini Kabar Terakhir Kasus Sentul City

Para kreditur emiten properti PT Sentul City Tbk (BKSL) menyetujui skema restrukturisasi yang disampaikan perseroan. Dengan demikian, penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU) Sentul City berakhir damai.

Head Of Corporate Communication PT Sentul City Tbk David Rizar Nugroho menjelaskan, dalam rapat pemungutan suara Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) di Pengadilan Niaga Jakarta Pusat yang digelar Selasa (9/3), 100% kreditor separatis dan 97 % kreditor konkuren yang terdiri dari mayoritas konsumen PT Sentul City Tbk memberikan persetujuan terhadap proposal rencana perdamaian yang diajukan oleh Sentul City.

"PT Sentul City Tbk dapat menyelesaikan kewajibannya hingga waktu yang telah ditentukan. Dengan putusan tersebut, Sentul City berhasil merestrukturisasi utangnya yang semula utang jangka pendek dan menengah menjadi utang jangka panjang," kata David Rizar Nugroho kepada CNBC Indonesia, Selasa (9/3/2021).

3. OJK Jadi 'Superpower', Bisa Ajukan Pailit & Delisting Emiten!

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) kini bisa mengajukan pailit atas perusahaan yang sahamnya tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) kepada Kejaksaan Agung (Kejagung), dalam hal ini adalah Jaksa Agung Muda Perdata dan Tata Usaha Negara (Jamdatun).

Permohonan pailit kepada emiten oleh OJK ini tak mengharuskan perusahaan terkait memiliki masalah utang piutang.

Kepala Departemen Pengawas Pasar Modal 1A OJK Luthfi Zain mengatakan permohonan pembubaran dan kepailitan emiten ini bisa diajukan OJK jika emiten tersebut dinilai tidak memenuhi ketentuan serta melakukan pelanggaran peraturan perundang-undangan yang berlaku.

"Jadi bisa minta tolong Kejaksaan untuk membubarkan emiten dan perusahaan terbuka yang bukan berkaitan dengan utang piutang tapi soal kepentingan umum dan pelanggaran peraturan perundang undangan," kata Luthfi dalam media briefing OJK, Selasa (9/3/2021).

4. Pandemi, Emiten Ban Milik Lo Kheng Hong Cetak Laba Rp 320 M

Produsen ban yang sahamnya juga dimiliki oleh investor kondang Lo Kheng Hong, PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) sepanjang tahun lalu mencatatkan laba bersih sebesar Rp 320,37 miliar.

Nilai laba bersih ini tumbuh sebesar 19,05% secara tahunan (year on year/YoY) dibanding dengan capaian perusahaan di periode yang sama tahun sebelumnya yang senilai Rp 269,10 miliar.

Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, kenaikan laba bersih ini juga dibarengi dengan kenaikan laba bersih per saham yang naik menjadi Rp 91,94 dari sebelumnya senilai Rp 77,23.

Pertumbuhan laba bersih ini terjadi kendati pendapatan perusahaan turun 15,71% YoY. Tercatat pendapatan perusahaan sepanjang 2020 adalah sebesar Rp 13,43 triliun, turun dari sebelumnya yang senilai Rp 15,93 triliun.

Pada periode ini, perusahaan mengalami kerugian nilai kurs senilai Rp 121,94 miliar dibanding sebelumnya yang untung Rp 211,27 miliar. Perusahaan juga mengantongi rugi bersih entitas asosiasi dan ventura bersama sebesar Rp 153,02 miliar. Nilai ini turun dari periode sebelumnya yang sebesar Rp 110,61 miliar.

5. Lepas Tol Medan ke Investor Hong Kong, WSKT Dapat Rp 824 M

Anak usaha PT Waskita Karya Tbk (WSKT), PT Waskita Toll Road (WTR) resmi menjual 30% kepemilikan saham di Jalan Tol Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi kepada Kings Ring Limited (KRL), perusahaan grup Road King Expressway (RKE) yang berbasis di Hong Kong.

Mengacu situs resminya, RKE merupakan salah satu investor asal Hong Kong yang berpengalaman sebagai investor jalan tol lebih dari 20 tahun di China.

Berdasarkan keterangan resmi, Selasa (9/3/2021), divestasi saham WTR ini senilai Rp 824 miliar. Direktur Utama Waskita Toll Road Septiawan Andri Purwanto mengatakan pembayaran akan dilakukan secara bertahap setelah tanda tangan akta jual beli (sale purchase agreement) dan seluruh dokumenserta legalitas sudah lengkap.

6. Laba Bank Permata Anjlok 51% Jadi Rp 721 M

PT Bank Permata Tbk (BNLI) mencatatkan penurunan laba bersih anjlok 51,9% menjadi Rp 721,59 miliar sepanjang 2020 dibanding tahun sebelumnya yang sebesar Rp 1,5 triliun.

Berdasarkan laporan keuangan publikasi, penurunan laba disebabkan peningkatan impairment atau kerugian penurunan nilai aset keuangan dari Rp 1,07 triliun pada 2019 menjadi Rp 2,17 triliun pada 2020.

Sementara itu, pendapatan bunga bersih meningkat daro Rp 5,96 triliun menjadi Rp 6,8 triliun. Adapun pendapatan komisi, provisi dll turun dari Rp 1,29 triliun menjadi Rp 1,21 triliun. Bank Permata mencatatkan kenaikan aset sebesar 22,4% menjadi Rp 197,7 triliun pada periode yang sama dibanding tahun 2019 yang asetnya sebesar Rp 161,5 triliun.

7. Kondisi Makin Susah, Pool Advista Jual Perusahaan Asuransi

PT Pool Advista Indonesia Tbk (POOL), mengumumkan rencan menjual salah entitas anak perseroan yang bergerak di bisnis asuransi jiwa, yakni, PT Asuransi Jiwa Advista secara langsung kepada PT Wahana Mandiri Sentosa.

Direktur Utama PT Pool Advista Indonesia, Marhaendra mengatakan, jumlah saham yang dilepas Asuransi Jiwa Advista sebanyak 149.999.000 saham yang dimiliki oleh PT Pool Advista Indonesia Tbk (POOL) senilai Rp 23,99 miliar ditambah total kas senilai Rp 13,04 miliar dan nilai obligasi negara Rp 23,49 miliar.

"Penjualan saham PT Asuransi Jiwa Advista oleh Perseroan memberikan dampak positif bagi kondisi keuangan perseroan di mana dana hasil penjualan dapat digunakan untuk menunjang aktivitas operasional perseroan," kata Marhaendra, dalam keterangan di keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, dikutip Selasa (9/3/2021).

8. 26 Perusahaan Antre IPO, BEI: Belum Ada dari BUMN

Bursa Efek Indonesia menyampaikan sampai dengan Senin kemarin, 8 Maret 2021, sebanyak 26 perusahaan berada dalam pipeline pencatatan saham BEI dan saat ini masih menjalani proses evaluasi pencatatan saham.

"Dari 26 perusahaan dalam pipeline tersebut, belum terdapat perusahaan yang tergolong sebagai perusahaan BUMN," kata Dirkektur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna, kepada awak media.

Dari segi skala aset, lanjut Nyoman, untuk perusahaan dalam pipeline bila merujuk pada POJK Nomor 53/POJK.04/2017 tersebut terdiri dari 6 perusahaan dengan aset skala kecil, atau nilai asetnya di bawah Rp 50 miliar. 11 Perusahaan aset skala menengah dengan aset antara Rp 50 miliar sampai dengan Rp 250 miliar dan 9 perusahaan aset skala besar yang nilai asetnya di atas Rp 250 miliar.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular