
Siapa Terkuat, Gudang Garam-HMSP atau Bentoel & Wismilak?

Mari kita bahas dari emiten yang paling mencatat kinerja buruk terlebih dahulu.
Bentoel Internasional alias RMBA menjadi satu-satunya emiten rokok yang malah mengalami rugi bersih pada 2020. RMBA membukukan rugi bersih sebesar Rp 2,67 triliun per akhir Desember tahun lalu.
Adapun pada tahun sebelumnya, tepatnya pada tahun 2019, emiten rokok milik British American Tobacco ini mencatatkan laba bersih Rp 50,6 miliar.
Sepanjang 2020, perusahaan membukukan penjualan sebesar Rp 13,89 triliun. Angka penjualan tersebut mengalami penurunan 33,3% dibanding dengan tahun 2019 yang mencatatkan penjualan sebesar Rp 20,8 triliun.
Selanjutnya, beban pokok penjualan sepanjang 2019 tercatat sebesar Rp 12,5 triliun. Angka tersebut turun 29,5% dibanding tahun sebelumnya yang sebesar Rp 17,74 triliun.
Tak hanya mencatatkan kerugian, perusahaan juga mencatatkan penurunan aset. Sepanjang 2020 total aset Bentoel Rp 12,46 triliun, turun 26% dibanding tahun 2019 yang sebesar Rp 17 triliun.
HMSP-GGRM
Mirip dengan Bentoel, tetapi dengan kondisi yang lebih baik, duo raksasa HMSP dan GGRM mendapatkan rapor yang kurang oke sepanjang tahun pandemi.
Pada tahun lalu, laba bersih HMSP anjlok parah. Emiten rokok dengan nilai kapitalisasi pasar terbesar di BEI ini membukukan penurunan laba bersih sebesar Rp 8,58 triliun per 31 Desember 2020.
Nilai tersebut mengalami penurunan sebesar 37,95% dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya Rp 13,72 triliun.
Penyebab penurunan laba bersih tersebut adalah menurunnya penjualan bersih HMSP sebesar 13,2% menjadi Rp 92,42 triliun dari sebelumnya Rp 106,55 triliun.
Rinciannya, pendapatan tersebut dikontribusi dari penjualan sigaret kretek mesin (SKM) Rp 61,23 triliun yang lebih rendah dari sebelumnya Rp 74,39 triliun.
Kemudian, sigaret kretek tangan (SKT) sebesar Rp 21,45 triliun, justru naik dari tahun lalu Rp 19,69 triliun. Sigaret putih mesin (SPM) memberi andil Rp 8,92 triliun dan sigaret putih tangan (SPT) Rp 16,95 miliar.
Sedangkan, dari pasar ekspor memberikan andil terhadap penjualan bersih sebesar Rp 218,58 triliun dari sebelumnya Rp 408,18 miliar.
Segmen SKM masih menjadi andalan anak usaha Philip Morris International Inc. ini sampai sekarang. Sepanjang 2020, SKM menyumbang 66,25% dari total pendapatan bersih perusahaan.
Selanjutnya emiten produsen brand rokok Surya 16, GGRM yang mencatatkan penurunan kinerja keuangan pada 2020. Laba bersih perusahaan tergerus sebesar 29,71% menjadi Rp 7,65 triliun pada 2020, dari tahun sebelumnya sebesar Rp 10,88 triliun.
Meskipun laba bersih merosot, pendapatan perusahaan naik tipis sebesar 3,58% dari Rp 110,52 triliun pada 2019, menjadi Rp 114,48 triliun pada tahun lalu.
Lebih rinci, secara segmen, sigaret kretek mesin (SKM) masih menjadi andalan perusahaan. Sepanjang tahun lalu, SKM menyumbang pendapatan Rp 104,68 triliun atau 91,44% dari total pendapatan perusahaan.
Kemudian, sigaret kretek tangan (SKT) membukukan Rp 8,55 triliun atau 7,47%, rokok klobot Rp 25,01 miliar atau 0,02%, kertas karton Rp 1,13 triliun atau 0,98%, dan lainnya Rp 94.75 miliar atau 0,08%.
Seiring dengan meningkatnya pendapatan, beban pokok usaha ikut naik 10,65% menjadi Rp 97,09 triliun pada 2020. Pada tahun sebelumnya, beban pokok GGRM tercatat sebesar Rp 87,74 triliun.
NEXT: Yang Lain Buntung, Emiten Ini Malah Untung
(tas/tas)