Kinerja 2020

Siapa Terkuat, Gudang Garam-HMSP atau Bentoel & Wismilak?

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
23 April 2021 08:13
Rokok Wismilak
Foto: Ist

Berbeda dengan GGRM dan HMSP, emiten produsen brand kretek Galan dan SKM brand Diplomat, Wismilak alias WIIM, malah berhasil membukukan kinerja yang moncer.

Laba bersih WIIM sepanjang 2020 membumbung tinggi sebesar 531,57% menjadi Rp 172,25 miliar dari laba bersih tahun sebelumnya yang sebesar Rp 27,27 miliar.

Peningkatan laba bersih ini terjadi seiring top line alias pendapatan usaha yang melonjak dari Rp 1,39 triliun per 31 Desember 2019 menjadi Rp 1,99 triliun pada akhir tahun lalu.

Bersamaan dengan naiknya pendapatan, beban usaha sepanjang tahun lalu tercatat meningkat 42,26% sebesar Rp 1,36 triliun dari tahun sebelumnya Rp 962,04 miliar.

Permintaan Rokok dan Kenaikan Cukai

Kenaikan cukai rokok pada tahun ini bakal menjadi tantangan tersendiri bagi para emiten rokok. Seperti diketahui, tarif cukai hasil tembakau (CHT) atau cukai rokok secara resmi mulai berlaku pada 1 Februari 2021. Kebijakan ini tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 198/PMK.010/2020 tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau.

Meski begitu, tidak semua golongan atau jenis rokok dinaikkan tarif cukainya. Hanya jenis Sigaret Kretek Mesin (SKM) dan Sigaret Putih Mesin (SPM) yang tarif cukainya naik. Untuk kategori SKM cukainya naik 13,8%-16,9% tergantung golongan, sementara untuk SPM naik 16,5% - 18,4%.

Kendati demikian, riset Mandiri Sekuritas (Mansek) pada 29 Maret lalu menjelaskan, permintaan rokok rupanya mulai mengalami peningkatan. Ini bisa dilihat dari peningkatan penjualan grosir secara bulanan atau month-on-month (MoM) milik HMSP.

Dalam riset ini, Mandiri Sekuritas juga memaparkan permintaan rokok jenis SKM, yang terimbas kenaikan cukai, sedikit mengungguli SKT.

Mansek menyebutkan, HMSP akan melanjutkan strategi mereka untuk memperkuat segmen SKT, yang adalah segmen unggulan perusahaan, dengan meluncurkan edisi terbatas Dji Sam Soe 12. Menurut Mansek, terdongkraknya permintaan rokok HM Sampoerna berkaitan dengan mobilitas yang lebih tinggi di wilayah penjualan HMSP.

Sementara itu, sang pesaing, GGRM, menaikkan harga jual yang kedua kali pada tahun ini yang akan efektif pada 5 April lalu. Adapun rata-rata kenaikan 2,1% di 10 SKU (stock-keeping units).

Sebelumnya, distributor GGRM, PT Surya Madistrindo, memberi tahu pihak pedagang grosir perusahaan pada 26 Maret 2021 terkait kenaikan harga ex-factory (harga pokok penjualan barang dari pabrik penjual) yang akan berlangsung pada 5 April mendatang.

Menurut periset, penyesuaian tersebut menandai kenaikan harga yang kedua GGRM setelah pengumuman tarif cukai pada 2021 dan kenaikan yang ke 13 sejak November 2019.

Demikian pula, PT Djarum juga menaikkan harga ex-factory perusahaan dengan rata-rata 3,4% di 23 SKU pada 16 Maret lalu, sementara RMBA menaikkan harga rata-rata sekitar 6,1% untuk Dunhill Mild dan Dunhill Filter pada 8 Maret.

Mandiri Sekuritas memberi rating overweight dalam risetnya untuk kedua raksasa rokok di atas, HMSP dan GGRM.

Bagaimana Harga Saham

Tim Riset CNBC Indonesia akan mecoba menilik sekilas gerak saham emiten rokok dalam sebulan dan year to date (Ytd).

Mengacu pada tabel di atas, kinerja keuangan WIIM yang moncer diiringi dengan kinerja saham yang ciamik pula. Dalam sebulan belakangan, saham WIIM berhasil terkerek 8,57%. Adapun secara Ytd sudah melesat 75,93%. Ketiga saham emiten sisanya cenderung tertekan, baik dalam sebulan maupun Ytd.

Saham emiten produsen brand rokok GG Mild, GGRM, memang masih naik 0,84% dalam sebulan. Namun, sejak awal tahun saham ini malah ambles 1,89%.

Sementara, saham HMSP terus menyusut, yakni 4,36% dalam sebulan dan 12,62% secara Ytd. Begitupula dengan saham emiten pembuat rokok brand Dunhill, RMBA, yang anjlok 8,13% dalam sebulan terakhir dan ambles 13,53% dalam sebulan.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular