
Kurs Lira Turki Jeblok Parah, Bakal Menular ke Rupiah?

"Bulan madu" Agbal dengan lira Turki hanya berlangsung sesaat. Baru 4 bulan menjabat Gubernur TCMB Agbal dipecat dan digantikan oleh Sahap Kavcioglu.
Kavcioglu punya latar belakang bankir dan anggota parlemen dari Partai Keadilan dan Pembangunan Turki (AK Parti) yang dipimpin oleh Erdogan. Seperti halnya Erdogan, Kavcioglu punya pandangan yang serupa yaitu suku bunga tinggi adalah 'biangnya setan'.
Goldman Sachs memperkirakan Kavcioglu akan melakukan penurunan suku bunga secara besar-besaran di awal (frontload). Oleh karena itu, bank yang berpusat di New York (AS) tersebut menyatakan risiko pelemahan lira terus-menerus dalam waktu dekat sangat besar.
Jebloknya lira kemarin sempat menyeret mata uang emerging market lainnya. Sebab, sentimen pelaku pasar menjadi memburuk dan beralih ke aset aman (safe haven) seperti dolar AS.
Meski demikian, efek tersebut hanya sementara, dan tidak akan mempengaruhi mata uang emerging market lainnya seperti rupiah dalam jangka waktu yang lama.
Sebab, kemerosotan lira akibat penerapan kebijakan moneter yang tidak biasa, dan hanya terjadi di Turki.
"Apa yang terjadi di Turki sangat spesifik untuk negara itu saja dan tidak memiliki hubungan langsung dengan Asia," kata Khoon Goh, kepala riset Asia di ANZ Banking Group, sebagaimana dilansir Reuters, Senin (23/3/2021).
Selain itu, riset dari Citi menunjukkan pada tahun lalu jebloknya lira pada periode Agustus hingga awal November tidak diikuti oleh aksi jual mata uang emerging market lainnya.
Apa yang terjadi di Turki tetapi di Turki saja, meski sempat memicu pelemahan mata uang emerging market akibat memburuknya sentimen pelaku pasar.
Seperti disebutkan sebelumnya, Presiden Erdogan tidak menyukai suku bunga tinggi, hingga menyebutnya sebagai "biangnya setan". Tetapi disisi lain, inflasi di Turki sangat tinggi. Lazimnya ketika inflasi menanjak maka suku bunga akan dinaikkan agar lebih tinggi dari inflasi.
Ketika inflasi lebih tinggi dari suku bunga, maka nilai mata uang akan tergerus. Hal itulah yang membuat lira jeblok pada tahun lalu, sebelum akhirnya perlahan kembali menguat setelah Agbal secara agresif menaikkan suku bunga hingga lebih tinggi dari inflasi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)[Gambas:Video CNBC]