
Bukan Rumor Bukan Spekulasi! Ini Fakta Rencana 12 Bank Mini

6. Bank Capital Indonesia (BACA)
Dalam keterbukaan informasi pada 8 Maret 2021, pihak BACA menegaskan, belum ada informasi terkait akuisisi oleh unicorn. Sebelumnya, BACA santer dikabarkan akan diakuisisi oleh unicorn, seperti Grab dan Sea Group, induk Shopee.
Bank ini juga telah mantap untuk masuk ke bank digital. Secara spesifik, nantinya BACA berencana untuk menggarap segmen ritel sebagai fokus bisnisnya.
Rencananya, perusahaan juga akan memperkuat modal untuk memenuhi aturan modal inti minimum dengan skema memberikan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) alias rights issue. Targetnya setelah aksi korporasi ini perusahaan akan memiliki modal Rp 3 triliun.
7. Bank Maspion Indonesia (BMAS)
Manajemen BMAS menyangkal rencana masuk ke bank digital dan adanya akuisisi oleh unicorn, hal ini disampaikan dalam keterbukaan informasi perusahaan pada 2 dan 8 Maret lalu.
Adapun soal rencana pembelian saham oleh Bank Thailand yang sudah dimulai sejak April tahun lalu, pihak BMAS mengatakan Kasikorn Vision Company Limited akan melakukan pembelian saham yang saat ini dimiliki oleh existing shareholders.
Kasikorn Vision adalah anak usah Kasikorn Bank Public Company Limited (KBank) yang saat ini menguasai saham BMAS 9,99%.
Bank milik pengusaha Alim Markus ini juga akan mengeluarkan 2,28 miliar saham baru untuk memperkuat modal perusahaan.
8. Bank IBK Indonesia (AGRS)
Pihak AGRS berkomitmen menjadi bank BUKU III dengan memenuhi aturan modal inti minimum OJK.
Melalui tanggapan tertulis ke BEI pada 8 Maret lalu, Manajemen perusahaan juga menyangkal soal isu akuisisi unicorn dan rencana masuk ke bank digital.
Sementara, dalam materi PE insidentil pada 15 Maret 2021, AGRS menjelaskan akan melakukan penambahan saham baru. Ini sesuai dengan rencana sebelumnya yang dijelaskan di keterbukaan informasi pada 8 Desember tahun lalu. AGRS akan melakukan penawaran umum terbatas melalui rights issue dengan menerbitkan saham baru sekitar 7,28 miliar.
9. Bank Harda Internasional (BBHI)
Dalam materi PE Insidentil perusahaan pada 4 Maret 2021, manajemen BBHI menjelaskan perseroan berencana akan menjadi sebuah bank digital. Rencana ini akan dilakukan setelah proses akuisisi oleh PT Mega Corpora selesai.
Bank ini nantinya akan menyediakan layanan perbankan digital yang terintegrasi dengan ekosistem CT Corpora.
Pada 10 Maret lalu, OJK akhirnya merestui akuisisi 73,71% saham BBHI oleh Mega Corpora. Sementara, menurut paparan manajemen, pemenuhan modal inti minimum BBHI akan dilakukan Mega Corpora melalui skema rights issue alias HMETD.
BBHI juga menjelaskan, tidak ada unicorn yang akan mengakuisisi perusahaan. Saat ini pengendali perusahaan ialah dari CT Corpora milik pengusaha Chairul Tanjung.
10. Bank Victoria International (BVIC)
Manajemen BVIC menjelaskan, perusahaan sedang berupaya memenuhi aturan modal inti minimum OJK. Hal ini dilakukan dengan menerbitkan saham baru melalui rights issue hingga 2022. Selain itu, pihak BVIC juga menegaskan perusahakaan tidak berencana menjadi bank digital dan tidak ada unicorn yang berniat mengakuisisi saham perusahaan.
11. Bank Artha Graha Internasional (INPC)
Dalam keterangan kepada pihak bursa, pada 8 Maret lalu, pihak INPC menegaskan belum memiliki rencana untuk masuk dalam bank digital.
Selain itu, manajemen INPC menjelaskan, hingga saat ini tidak ada unicorn yang berencana 'mencaplok' perusahaan. Perseroan juga akan bekomitmen memenuhi modal inti minimum sebesar Rp 3 triliun sebelum Desember 2022.
Untuk itu, pada Juni tahun ini, pihak INPC akan menerbitkan long termn notes (LTN) Subordinasi I Tahap II senilai Rp 300 miliar untuk ekspansi usaha perusahaan.
12. Bank QNB Indonesia (BKSW)
Menanggapi isu bank digital, dalam keterbukaan informasi 8 maret 2021, manajemen BKSW mengutarakan, saat ini tengah fokus dalam pengembangan inovasi digital.
Inovasi tersebut mulai dari pembukaan rekening hingga deposito berjangka online. Pihak BKSW menegaskan, tidak ada unicorn yang hendak mengakuisisi perusahaan.
Selain itu, BKSW mengaku sudah memenuhi kewajiban modal inti minimum oleh OJK. Hal tersebut dilakukan melalui penambahan modal oleh pemegang saham pengendali, Qatar Nasional Bank (Q.P.S.C), senilai US$ 30 juta atau sekitar Rp 442 miliar pada pertengahan Oktober lalu.
Dengan demikian, modal inti BKSW naik dari Rp 2,61 triliun per September 2020 menjadi Rp 3,2 triliun per Desember tahun lalu.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
