Bukan Rumor Bukan Spekulasi! Ini Fakta Rencana 12 Bank Mini

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
16 March 2021 11:50
Bank Capital Life (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Bank Capital Life (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Gerak saham bank mini alias bank-bank kecil dengan modal inti Rp 1-5 triliun (bank BUKU II) yang liar akhir-akhir ini membuat Bursa Efek Indonesia (BEI) beberapa kali melakukan penghentian sementara atau suspensi saham-saham tersebut.

Sejurus dengan itu, pihak Bursa juga mewajibkan manajemen bank-bank mini untuk memberikan penjelasan mengenai volatilitas harga saham serta melakukan paparan publik alias public expose (PE) insidentil.

Di dalam jawaban atas permintaan penjelasan dan PE insidentil atas arahan bursa otoritas bursa tersebut, manajemen bank mini membeberkan sejumlah rencana bisnis dan aksi korporasi perusahaan.

Selain itu, pihak bank juga menjawab isu-isu yang santer akhir-akhir ini, seperti soal akuisisi oleh unicorn, pemenuhan modal inti minimum oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan narasi bank digital.

Hal ini karena isu-isu tersebut sebagai sentimen yang mendorong lonjakan harga saham-saham bank mini dalam beberapa waktu terakhir.

Berikut ini rencana dan aksi korporasi 12 bank mini sebagaimana disampaikan melalui penjelasan di keterbukaan informasi BEI dan materi PE insidentil.

NEXT: Fakta soal 12 Bank Mini

1. Bank Bumi Arta (BNBA)

Dalam surat permintaan penjelasan kepada bursa, Senin (8/3/2021), pihak BNBA berkomitmen akan memenuhi kewajiban inti minimum sesuai POJK 12/2020. Pihak BNBA juga membuka opsi pengembangan bank digital. Manajemen perusahaan menyebutkan sedang mempertimbangkan berbagai opsi untuk meningkatkan kinerja perusahaan.

Kemudian, BNBA menegaskan sampai saat ini belum ada unicorn atau investor strategis yang berencana mengakuisisi bank.

2. Bank Ganesha (BGTG)

Dalam surat kepada BEI pada 5 Maret 2021, pihak BGTG menjelaskan, perusahaan belum memiliki rencana untuk menjadi bank digital saat ini.

Kemudian, dalam materi PE insidentil pada tanggal yang sama, pada tahun ini Bank Ganesha sedangmempersiapkan sejumlah rencana bisnis, seperti QRIS (standarisasi pembayaran menggunakan metode QR Code), cardless withdrawal alias tarik tunai nirkartu, dan online onboarding.

Terkait isu modal inti minimum, BGTG berkomitmen untuk memenuhi aturan tersebut. Manajemen juga mengakui, belum ada unicorn atau investor strategis yang akan mengakuisisi saham perusahaan.

3. Bank Neo Commerce (BBYB)

Dalam keterbukaan informasi 8 Maret 2021, pihak manajemen BBYB secara gamblang menjelaskan, perusahaan berencana bertansformasi menjadi bank digital.

Selain itu, BBYB menegaskan untuk memenuhi syarat modal inti minimum oleh OJK. Lebih lanjut, perusahaan juga akan melakukan aksi korporasi berupa menerbitkan saham baru untuk penambahan modal.

Soal isu akuisisi, manajemen BBYB mengatakan, tidak ada unicorn yang akan mencaplok perusahaan sampai saat ini. Perusahaan sebetulnya juga ditopang oleh fintech Akulaku.

4. Bank Amar Indonesia (AMAR)

Dalam tanggapan tertulis ke bursa 8 Maret 2021, manajemen AMAR mengatakan Bank Amar tercatat sudah menjadi bank digital sejak tahun lalu, tepatnya pada 17 Agustus 2020. Pihak bank juga menyambut baik aturan POJK soal modal inti minimum dan berkomitmen untuk memenuhi aturan tersebut.

5. Bank MNC Internasional (BABP)

Manajemen BABP mengungkapkan perusahaan berkomitmen untuk melakukan penguatan modal perusahaan sesuai dengan ketentuan OJK.

Menanggapi pertanyaan otoritas bursa soal rencana masuk ke bank digital (5 Maret 2021), bank milik taipan bisnis Hary Tanoesoedibjo ini menjelaskan perseroan akan terus melakukan proses digitalisasi dan layanan perbankan. Pihak perusahaan juga menegaskan saat ini tidak ada rencana akuisisi dari pihak manapun, termasuk unicorn.

6. Bank Capital Indonesia (BACA)

Dalam keterbukaan informasi pada 8 Maret 2021, pihak BACA menegaskan, belum ada informasi terkait akuisisi oleh unicorn. Sebelumnya, BACA santer dikabarkan akan diakuisisi oleh unicorn, seperti Grab dan Sea Group, induk Shopee.

Bank ini juga telah mantap untuk masuk ke bank digital. Secara spesifik, nantinya BACA berencana untuk menggarap segmen ritel sebagai fokus bisnisnya.

Rencananya, perusahaan juga akan memperkuat modal untuk memenuhi aturan modal inti minimum dengan skema memberikan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) alias rights issue. Targetnya setelah aksi korporasi ini perusahaan akan memiliki modal Rp 3 triliun.

7. Bank Maspion Indonesia (BMAS)

Manajemen BMAS menyangkal rencana masuk ke bank digital dan adanya akuisisi oleh unicorn, hal ini disampaikan dalam keterbukaan informasi perusahaan pada 2 dan 8 Maret lalu.

Adapun soal rencana pembelian saham oleh Bank Thailand yang sudah dimulai sejak April tahun lalu, pihak BMAS mengatakan Kasikorn Vision Company Limited akan melakukan pembelian saham yang saat ini dimiliki oleh existing shareholders.

Kasikorn Vision adalah anak usah Kasikorn Bank Public Company Limited (KBank) yang saat ini menguasai saham BMAS 9,99%.

Bank milik pengusaha Alim Markus ini juga akan mengeluarkan 2,28 miliar saham baru untuk memperkuat modal perusahaan.

8. Bank IBK Indonesia (AGRS)

Pihak AGRS berkomitmen menjadi bank BUKU III dengan memenuhi aturan modal inti minimum OJK.

Melalui tanggapan tertulis ke BEI pada 8 Maret lalu, Manajemen perusahaan juga menyangkal soal isu akuisisi unicorn dan rencana masuk ke bank digital.

Sementara, dalam materi PE insidentil pada 15 Maret 2021, AGRS menjelaskan akan melakukan penambahan saham baru. Ini sesuai dengan rencana sebelumnya yang dijelaskan di keterbukaan informasi pada 8 Desember tahun lalu. AGRS akan melakukan penawaran umum terbatas melalui rights issue dengan menerbitkan saham baru sekitar 7,28 miliar.

9. Bank Harda Internasional (BBHI)

Dalam materi PE Insidentil perusahaan pada 4 Maret 2021, manajemen BBHI menjelaskan perseroan berencana akan menjadi sebuah bank digital. Rencana ini akan dilakukan setelah proses akuisisi oleh PT Mega Corpora selesai.

Bank ini nantinya akan menyediakan layanan perbankan digital yang terintegrasi dengan ekosistem CT Corpora.

Pada 10 Maret lalu, OJK akhirnya merestui akuisisi 73,71% saham BBHI oleh Mega Corpora. Sementara, menurut paparan manajemen, pemenuhan modal inti minimum BBHI akan dilakukan Mega Corpora melalui skema rights issue alias HMETD.

BBHI juga menjelaskan, tidak ada unicorn yang akan mengakuisisi perusahaan. Saat ini pengendali perusahaan ialah dari CT Corpora milik pengusaha Chairul Tanjung.

10. Bank Victoria International (BVIC)

Manajemen BVIC menjelaskan, perusahaan sedang berupaya memenuhi aturan modal inti minimum OJK. Hal ini dilakukan dengan menerbitkan saham baru melalui rights issue hingga 2022. Selain itu, pihak BVIC juga menegaskan perusahakaan tidak berencana menjadi bank digital dan tidak ada unicorn yang berniat mengakuisisi saham perusahaan.

11. Bank Artha Graha Internasional (INPC)

Dalam keterangan kepada pihak bursa, pada 8 Maret lalu, pihak INPC menegaskan belum memiliki rencana untuk masuk dalam bank digital.

Selain itu, manajemen INPC menjelaskan, hingga saat ini tidak ada unicorn yang berencana 'mencaplok' perusahaan. Perseroan juga akan bekomitmen memenuhi modal inti minimum sebesar Rp 3 triliun sebelum Desember 2022.

Untuk itu, pada Juni tahun ini, pihak INPC akan menerbitkan long termn notes (LTN) Subordinasi I Tahap II senilai Rp 300 miliar untuk ekspansi usaha perusahaan.

12. Bank QNB Indonesia (BKSW)

Menanggapi isu bank digital, dalam keterbukaan informasi 8 maret 2021, manajemen BKSW mengutarakan, saat ini tengah fokus dalam pengembangan inovasi digital.

Inovasi tersebut mulai dari pembukaan rekening hingga deposito berjangka online. Pihak BKSW menegaskan, tidak ada unicorn yang hendak mengakuisisi perusahaan.

Selain itu, BKSW mengaku sudah memenuhi kewajiban modal inti minimum oleh OJK. Hal tersebut dilakukan melalui penambahan modal oleh pemegang saham pengendali, Qatar Nasional Bank (Q.P.S.C), senilai US$ 30 juta atau sekitar Rp 442 miliar pada pertengahan Oktober lalu.

Dengan demikian, modal inti BKSW naik dari Rp 2,61 triliun per September 2020 menjadi Rp 3,2 triliun per Desember tahun lalu.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular