
Gokil! Saham Bank Jago Meroket, Jerry Ng Dkk 'Cuan' Rp 34 T

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham PT Bank Jago Tbk (ARTO) melanjutkan reli penguatan sejak Rabu pekan lalu (10/2/2021) dengan melesat 8,23% ke Rp 8.550/saham pada penutupan sesi I perdagangan hari ini, Rabu (17/2/2021).
Terhitung sejak awal tahun ini, data Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, saham bank yang dikendalikan oleh bankir Jerry Ng dan pemilik Northstar Pacific yakni Patrick Walujo ini sudah terbang 189,83%. Dalam setahun terakhir perdagangan, saham Bank Jago meroket 4.958%.
Dengan kenaikan yang luar biasa ini, kira-kira berapa keuntungan yang bisa dikantongi oleh sang bos Jerry Ng dan beberapa pemilik Bank Jago, apabila saham tersebut dijual sekarang? Namun ini hanya hitung-hitungan kasar saja, untuk memperlihatkan seberapa apresiasi pelaku pasar dan investor terhadap Bank Jago yang dipimpin Jerry Ng.
Jerry resmi mengakuisisi 454,15 juta lembar saham pada harga Rp 395/saham atau 37,65% saham PT Bank Artos Indonesia Tbk (ARTO) pada akhir 2019. Nilai akuisisi itu setara dengan Rp 179,39 miliar. Akuisisi itu membuat nama perusahaan diubah menjadi Bank Jago.
Jerry masuk melalui PT Metamorfosis Ekosistem Indonesia (MEI) dan Patrick Walujo masuk melalui Wealth Track Technology Ltd (WTT), perusahaan investasi berbasis di Hong Kong yang menguasai 13,35%. Total keduanya mengendalikan Bank Jago sebesar 51%.
Setelah melakukan akuisisi pada 2019 itu, MEI kemudian menambah kepemilikan jumlah saham di ARTO lewat rights issue atau penerbitan saham baru dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) pada April 2020.
Pasca-rights issue, kepemilikan jumlah saham MEI menjadi sebanyak 4,08 miliar lembar saham dengan porsi kepemilikan saham tetap, yakni 37,65%. Kali ini, MEI menambah jumlah kepemilikan saham di ARTO dengan membeli di harga Rp 139/saham.
Pertanyaannya berapa keuntungan Jerry dan kawan-kawan pemegang sahamnya?
Berikut ilustrasi keuntungan yang dikantongi Jerry dkk lewat MEI, berdasarkan harga ARTO pada penutupan sesi I hari ini, yakni Rp 8.550/saham.
Pertama, kita menggunakan jumlah kepemilikan saham MEI saat akuisisi, yakni 454,15 juta saham. Sebanyak 454,15 juta tersebut dikalikan dengan harga saat ini, Rp 8.550/saham hasilnya menjadi Rp 3,88 triliun. Kemudian, hasil perhitungan tersebut dikurangi nilai akuisisi sebesar Rp 179,39 miliar.
Hasilnya, MEI mendapatkan keuntungan sebesar Rp 3,7 triliun.
Kemudian, pasca-rights issue, MEI mengucurkan dana sebesar Rp 505,01 miliar untuk menambah 3,63 miliar saham baru di ARTO yang dibeli di harga Rp 139/saham.
Nah, saham sebanyak 3,63 miliar tersebut dikalikan dengan harga saat ini, Rp 8.550/saham, menjadi Rp 31 triliun. Hasil perhitungan ini kemudian dikurangi Rp 505,01 miliar atas biaya yang dikeluarkan Jerry dkk saat menambah porsi saham HMETD. Dari sini didapatkan angka Rp 30,56 triliun.
Jadi, apabila keuntungan Rp 3,7 triliun dan Rp 30,56 triliun di atas kita gabungkan, maka Jerry Ng dan sejumlah pemegang saham lewat MEI mengantongi potential gain (keuntungan yang belum realisasi) Rp 34,26 triliun dari kepemilikan saham ARTO hingga saat ini.
Ingat, keuntungan tak hanya dinikmati Jerry Ng dkk lewat MEI, tapi juga WTT yang memegang 1,45 miliar saham (13,35%) dan investor publik yang menggenggam 48,58% saham Bank Jago.
NEXT: Awal mulai akuisisi
Informasi saja, Jerry dan sejumlah pihak mengakuisisi Bank Artos melalui MEI secara resmi pada 26 Desember 2019, seperti terungkap dalam keterbukaan informasi BEI.
MEI mengakuisisi 454,15 juta saham ARTO pada harga Rp 395/saham. Nilai akuisisi itu setara dengan Rp 179,39 miliar. Setelah transaksi tersebut maka MEI memiliki 37,65% saham di Bank Artos, sebelum berganti nama menjadi Bank Jago pada Juni 2020.
Kemudian, pada April 2020, Bank Jago merampungkan pelaksanaan penerbitan saham baru dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau rights issue dengan target dana mencapai Rp 1,34 triliun.
Perseroan merilis sebanyak 9,65 miliar saham baru. Setiap pemilik 1 unit saham, akan mendapatkan 8 unit saham baru. Harga pelaksanaan rights issue dengan HMETD ini ditetapkan Rp 139/saham.
Nama Jerry dan Patrick memang dikenal karena beberapa kali terlibat dalam aksi korporasi merger dan akuisisi (M&A).
Keduanya kini menjadi pemegang saham pengendali ARTO dengan membeli 51%.
Dalam dokumen Ringkasan Rancangan Akuisisi yang dipublikasikan Kamis ini (22/8/2019), manajemen Bank Artos menyampaikan bahwa MEI dan WTT memang akan mengambilalih 51% kepemilikan saham perusahaan dari pemilik saham sebelumnya, yakni keluarga besar Arto Hardy.
MEI merupakan perusahaan konsultan manajemen yang berdiri di tahun 2014. Adapun WTT adalah perusahaan investasi yang terdaftar di Hong Kong. Pemegang saham utama WTT adalah Ares Wonder Group (AWG) yang merupakan perusahaan investasi yang terdaftar di Kepulauan Cayman, salah satu negara bebas pajak. AWG dikendalikan oleh pengusaha Patrick Sugito Waluyo yang sejak tahun 2003 juga merupakan pendiri dan pengelola Northstar Group.
Jerry Ng dan Patrick Waluyo bukan nama baru, keduanya sudah malang melintang di industri keuangan nasional dan bahkan luar negeri.
Jerry sebelumnya menahkodai PT Bank BTPN Tbk (BTPN) sebagai direktur utama selama satu dekade dan berhasil melesatkan total aset bank ini menjadi 10 kali lipat
Namun, dia memutuskan untuk tidak lagi melanjutkan kariernya di BTPN setelah bank tersebut merger dengan PT Bank Sumitomo Mitsui Indonesia.
Pada 2003 lalu, Jerry juga pernah berkarier di Bank Danamon namun hengkang pada September 2007. Dia juga tercatat pernah bekerja di PT Bank Central Asia Tbk dan Grup Astra. Sejumlah jabatan penting pernah diembannya seperti Deputi Presiden Direktur di PT Bank Universal, Presiden Direktur di PT Federal International Finance (FIF), dan menjadi Komisaris di PT Astra Colonial Mutual Group Life.
Sementara itu, Patrick Sugito Walujo adalah mantan bankir investasi di Goldman Sachs & Co, dan associate di Ernst & Young. Patrick adalah pendiri Northstar Group, perusahaan pengelola dana (private equity firm) dengan aset kelolaan senilai US$2 miliar atau sekitar Rp 26,66 triliun dan investasi lebih dari US$ 2,8 miliar di Asia Tenggara.
Patrcik juga tercatat sebagai Komisaris di PT Duta Intidaya Tbk (DAYA) and PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID).
Sebelumnya, alumnus Cornell University ini juga pernah menjabat sebagai Senior Vice President di Pacific Century Group Japan dan direksi di Philippine Bank of Communications, sebagaimana terekam dalam profilnya di situs nsgroup.com.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Serap Saham ARTO, tapi Kepemilikan Jerry Ng & WTT Terdilusi
