Teliti! Meski Lo Kheng Hong Punya Saham TBLA, Cek Valuasinya

Tri Putra, CNBC Indonesia
05 February 2021 08:17
Kelapa sawit
Foto: Kelapa sawit (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Outlook perseroan untuk tahun 2021 tampaknya masih terlihat lebih positif dibanding tahun lalu. Tahun ini pemerintah masih akan memberikan kebijakan makro yang akomodatif. APBN akan dimaksimalkan untuk menjadi instrumen pendongkrak perekonomian.

Lewat instrumen fiskal tersebut pemerintah berfokus pada demand creation sehingga bisa menjaga daya beli masyarakat. Hal ini tentu positif untuk sektor-sektor konsumen yang menjadi ujung tombak TBLA.

Selanjutnya meski pemerintah masih belum terlihat akan menggeber program B40, tetapi vaksinasi yang mulai dilakukan sejak pertengahan Januari diharapkan mampu mendongkrak perekonomian.

Ketika optimisme masyarakat untuk kembali mobile meningkat ada harapan pemerintah bakal mulai menggenjot program B40 sebagai salah satu strategi diversifikasi penggunaan sumber energi dan mengurangi ketergantungan impor.

Program B40 tentunya akan menjadi katalis positif untuk pendapatan TBLA mengingat lebih dari 25% dari total pendapatannya ditopang oleh segmen ini. Apalagi saat ini TBLA sedang membangun fasilitas produksi biodiesel di lampung dengan kapasitas sebesar 450 ribu ton per tahun. Apabila rampung sesuai target maka total kapasitas produksi biodiesel TBLA bakal mencapai 765 ribu ton per tahun.

Sentimen commodity supercycle juga diperkirakan membuat harga CPO terbang. Harga CPO diramal tembus ke level tertinggi dalam 10 tahun terakhir. Ketika harga CPO terangkat, harga produk turunannya pun akan ikut terangkat.

Ketika produksi TBLA kembali naik pasca pandemi dan pembelian CPO dari pihak ketiga diturunkan jelas ini bakal membuat keuntungan ganda bagi perusahaan karena ada kenaikan harga jual rata-rata produk minyak gorengnya serta adanya penurunan ongkos produksi yang akan berakhir pada perbaikan marjin laba.

Adanya La Nina memang membuat output mengalami penurunan akibat banjir. Namun La Nina hanya akan berlangsung sampai kuartal pertama saja. Setelah itu produksi kelapa sawit akan mulai pulih. Peningkatan produksi sawit TBLA tentu akan membuat margin perusahaan terdongkrak porsi pembelian bahan baku berupa CPO dari pihak eksternal bisa diturunkan.

Bahkan dilantiknya Joe Biden, kandidat dari Partai Demokrat menjadi Presiden Amerika Serikat juga membawa berkah tersendiri bagi TBLA. Hal ini mengingat secara historis pemimpin dari Partai Demokrat doyan menggelontorkan stimulus fiskal dengan nilai yang fantastis. Dengan cairnya stimulus fiskal maka nilai mata uang Dolar AS berpotensi melemah karena jumlah dolar beredar meningkat dan sebaliknya rupiah akan menguat.

Tren penguatan ini tentunya akan membuat kinerja perusahaan menjadi lebih positif. Pertama, apabila TBLA yang kemungkinan besar akan kembali mendapat kuota impor dari pemerintah dimana 6 dari 7 tahun terakhir TBLA sukses mengamankan kuota impor ini maka penguatan rupiah akan membuat biaya impor TBLA menjadi lebih rendah.

Selain itu sebagian besar hutang perusahaan juga tercatat dalam mata uang dolar yakni sebesar 45,02% dari total hutang perusahaan. Dengan melemahnya nilai Greenback maka perseroan akan lebih mudah untuk melunasi atau membayar bunga kewajibanya yang tercatat dalam mata uang Paman Sam.

Penguatan Rupiah jelas ini menjadi katalis positif untuk kinerja keuangan TBLA tahun ini mengingat kerugian kurs di tahun lalu akan berbalik menjadi keuntungan di tahun ini.

Overall, outlook perekonomian dan industri yang positif di tahun 2021 diharapkan mampu mendongkrak kinerja keuangan TBLA sebagai salah satu raksasa di sektor minyak goreng, gula, serta biodiesel.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(trp/hps)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular