Teliti! Meski Lo Kheng Hong Punya Saham TBLA, Cek Valuasinya

Tri Putra, CNBC Indonesia
05 February 2021 08:17
palm oil
Foto: Lo Kheng Hong, Simas Invest

TBLA merupakan salah satu emiten yang bergerak di industri pertanian, khususnya perkebunan sawit dan produk turunannya. Mengusung konsep integrated agricultural company, TBLA memiliki lahan perkebunan kelapa sawit, tebu dan memproses hasil komoditas tersebut menjadi minyak sawit mentah (CPO), produk olahan sawit lain seperti margarin, sabun hingga biodiesel.

Total luas area perkebunan yang dimiliki oleh TBLA mencapai 78.171 hektar yang berlokasi di Lampung, Palembang dan Pontianak.

Selain memproduksi berbagai produk olahan minyak sawit, TBLA juga memproduksi gula putih serta gula rafinasi. Untuk jenis gula putih yang diproduksi oleh TBLA berasal dari lahan perkebunannya sendiri seluas 12.878 hektar yang merupakan hasil konversi perkebunan kelapa sawit yang sudah tua di Lampung.

Selain itu, TBLA juga memperoleh kuota untuk mengimpor gula mentah yang selanjutnya diproses menjadi gula rafinasi. Produk-produk baik olahan CPO seperti minyak goreng hingga gula TBLA dipasarkan dengan nama dagang yang tentunya sudah tidak asing lagi yaitu Rose Brand.

Gula, minyak goreng dan biodiesel merupakan produk penyumbang pendapatan terbesar bagi perusahaan. Ketiganya berkontribusi terhadap hampir 85% dari total pendapatan perusahaan selama periode sembilan bulan 2020 atau senilai Rp 6,88 triliun.

Pendapatan Tetap Sukses Bertumbuh di Tengah Pandemi

Pada periode Januari-September 2020, pendapatan perusahaan mengalami kenaikan sebesar 29% (yoy) dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Perusahaan berhasil membukukan laba sebesar Rp 8,1 triliun dari sebelumnya Rp 6,3 triliun.

Sempat terdampak pandemi Covid-19 TBLA berhasil mencatatkan kenaikan pendapatan karena naiknya harga-harga komoditas pangan, tak terkecuali harga gula dan harga CPO. Pendapatan dari segmen gula mengalami kenaikan 24% (yoy) selama sembilan bulan pertama tahun lalu.

Pada periode yang sama pendapatan dari segmen bisnis minyak goreng dan biodiesel masing-masing naik 66% (yoy) dan 27% (yoy). Baik volume penjualan maupun harga produk sama-sama naik sehingga mendongkrak penjualan.

Kenaikan paling signifikan dicatatkan oleh segmen minyak goreng yang harga jual rata-ratanya naik 18,4% (yoy) dari Rp 8.903/kg (9M19) menjadi Rp 10.543/kg karena kenaikan harga CPO. Volume penjualan minyak goreng TBLA juga naik signifikan sebesar 39,7% (yoy) dari 154.631 ton menjadi 215.961 ton.

Salah satu pemicu peningkatan volume penjualan minyak goreng TBLA karena adanya bantuan pemerintah untuk masyarakat yang terdampak Covid-19 melalui pendistribusian sembako. Di sisi lain adanya PSBB membuat intensitas masyarakat memasak di rumah juga ikut mengalami peningkatan.

Fokus program B30 (30% biodiesel dan 70% minyak diesel) oleh pemerintah RI juga membuat penjualan biodiesel TBLA meningkat pesat. Pada 2020 TBLA mendapat kontrak penjualan biodiesel ke PT Pertamina sebanyak 342 ribu ton atau naik 32% dibanding tahun sebelumnya.

Pendapatan dari lini bisnis gula mengalami kenaikan volume 2,4% (yoy) sementara harga jual rata-ratanya naik 19% (yoy). Kenaikan harga jual rata-rata dipicu oleh harga pasaran gula yang melesat tajam di bulan April. Kala itu harga 1 kg gula dipatok di Rp 19.000, jauh lebih tinggi dari harga yang ditetapkan oleh pemerintah sebesar Rp 12.500/kg.

Akibatnya pemerintah harus kembali membuka keran impor. Sampai dengan bulan September 2020, impor gula TBLA tercatat mencapai 180 ribu ton, jauh lebih banyak dari akhir tahun 2019 yang hanya 70 ribu ton.

(trp/hps)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular