Gimana Nih, BI? Masa Masih 'Parkir Bus', Kapan Nyerangnya?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
21 January 2021 14:35
Gedung Bank Indonesia
Ilustrasi Gedung BI (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Ke depan, peluang penguatan rupiah lebih lanjut masih terbuka lebar. Presiden AS Joseph 'Joe' Biden yang baru dilantik berjanji untuk mempercepat pengesahan stimulus fiskal bernilai US$ 1,9 triliun. Sepertinya tidak akan ada hambatan berarti, karena Partai Demokrat pendukung pemerintah kini menjadi kubu mayoritas di Kongres (House of Representatives dan Senat).

"Pasar punya ekspektasi yang besar terhadap paket stimulus bernilai triliunan dolar itu. Harapan tersebut menutup gaduh politik seputar pelantikan," ujar Ross Mayfield, Analis di Baird yang berbasis di Wisconsin (AS), sebagaimana dikutip dari Reuters.

Ditambah lagi bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) kemungkinan besar masih menerapkan kebijakan ultra-longgar. Suku bunga acuan sepertinya masih akan mendekati 0% dalam hitungan tahun. Berdasarkan dotplot terbaru The Fed, kenaikan Federal Funds Rate baru terjadi pada 2023.

fedSumber: FOMC

Likuiditas dolar AS yang berlimpah-ruah akibat kebijakan fiskal dan moneter yang ekspansif membuat mata uang ini tidak lagi disayang-sayang. Investor sepertinya enteng saja 'membuang' dolar AS, karena toh pasokannya banyak.

Berdasarkan perhitungan Reuters dan US Commodity Futures Trading Commission, posisi jual (short) terhadap dolar AS pada pekan yang berakhir 12 Januari 2020 mencapai US$ 34,04 miliar. Naik 11,35% dibandingkan pekan sebelumnya sekaligus menjadi yang tertinggi sejak Mei 2011.

Dalam jajak pendapat yang digelar Reuters pada 4-7 Januari 2021 terhadap 63 orang FX strategist, 46% di antaranya memperkirakan tren pelemahan dolar AS akan terjadi selama 1.-2 tahun. Naik dibandingkan survei bulan sebelumnya, di mana yang memperkirakan hal itu adalah 39%. Menjawab pertanyaan performa mata uang mana yang lebih baik, negara maju atau negara berkembang, 83% responden menjawab mata uang negara berkembang akan lebih josss.

Dengan dolar AS yang masih menjalani masa 'keprihatinan' seperti itu, maka peluang apresiasi rupiah terbuka lebar. Jadi BI sepertinya tidak perlu terlalu mengkhawatirkan rupiah. Tenang, rupiah akan baik-baik saja...

usdSumber: Reuters

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular