Kaleidoskop

Dear Investor, Ini Rentetan Mega Aksi Korporasi Emiten, Simak

Syahrizal Sidik & Monica Wareza, CNBC Indonesia
04 January 2021 07:08
Anthoni Salim
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Waktu berlalu hingga 2020 berakhir. Sepanjang tahun lalu, ada begitu banyak rangkaian peristiwa, terutama aksi korporasi perusahaan terbuka atau emiten, yang menarik perhatian pelaku pasar sehingga bisa menjadi pertimbangan investor.

Aksi korporasi itu misalnya, mulai dari Bangkok Bank yang mencaplok PT Bank Permata Tbk (BNLI) hingga keputusan besar Grup Astra melepas Prijono Sugiarto dari posisi Direktur Utama, yang kemudian digantikan Djony Budiarto Tjondro.

Menilik peristiwa hampir 12 bulan ke belakang, tahun ini ada beberapa perbedaan, terlihat dari nilai aksi korporasi periode Januari hingga Juni 2020, menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), yang mengalami penurunan menjadi Rp 14,10 triliun dibanding tahun sebelumnya Rp 14,15 triliun.

Pada semester I-2019, bahkan lebih tinggi lagi, yakni Rp 32,48 triliun. Jumlah perusahaan yang melakukan aksi korporasi semester pertama 2020 ada 50 perusahaan dari periode semester pertama 2019 sebanyak 58 perusahaan.

Pandemi virus Corona menyebabkan banyak perusahaan lebih mengencangkan ikat pinggang ketimbang melakukan aksi korporasi.

Secara rinci, total nilai aksi korporasi pada 6 bulan pertama 2020 sebanyak Rp 4,55 triliun berupa rights issue (penerbitan saham baru) yang dilakukan oleh 6 perusahaan.

Selanjutnya, private placement (penerbitan saham baru tanpa hak memesan efek) sebesar Rp 1,73 triliun oleh 5 perusahaan. Lalu, Rp 8,13 triliun berupa penerbitan waran dan dilakukan oleh 37 perusahaan. Terakhir, sebanyak Rp 7,3 miliar berupa program kepemilikan saham manajemen dan karyawan atau Program MESOP (pemberian saham kepada manajemen dan karyawan) oleh 2 emiten.

Pada Rabu (30/12/2020), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhirnya ditutup turun 0,95% di level 5.979,07, perdagangan terakhir ini ditutup oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.

Secara year to date IHSG terkoreksi 5,09%, kendati secara 6 bulan terakhir melesat 19,87%.

Sebagai perbandingan, tahun 2019, saat penutupan perdagangan saham, IHSG ditutup turun 29,77 poin atau 0,47% ke posisi 6.299,53.

BEI mencatat total emiten baru yang melakukan penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO) dan tercatat (listing) tahun 2020 mencapai 51 perusahaan. Jumlah ini menjadi yang tertinggi di ASEAN.

Meski demikian, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto saat pidato penutupan pasar saham, menyoroti nilai IPO dari 51 emiten tersebut. Sebab, nilai IPO hanya sebesar Rp 5,28 triliun.

Berikut rentetan aksi korporasi besar pada 2020 yang bisa menjadi pertimbangan tahun ini bagi pelaku pasar.

Semester I-2020

1.Garuda Membatalkan Penerbitan Surat Utang Rp 12,6

Di awal tahun, emiten maskapai pelat merah PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) membatalkan rencana menerbitkan instrumen surat utang senilai US$ 900 juta atau setara Rp 12,6 triliun.

Dalam keterbukaan informasi yang disampaikan manajemen Garuda, pembatalan ini mempertimbangkan beum tersedianya laporan keuangan penelahaan terbatas atau limited review sampai dengan tanggal pelaksanaan RUPS.

"Perseroan saat ini masih melakukan pengkajian alternatif pendanaan lain untuk memastikan tetap terealisasinay tujuan refinancing utang jatuh tempo," tulis pengumuman yang ditandatangani Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko, Fuad Rizal, dikutip Senin (6/02/2020). Saat ini Fuad Rizal tidak menjabat lagi setelah manajemen GIAA dirombak Menteri BUMN Erick Thohir.

2.Rights Issue Jumbo Chandra Asri Rp 62 T

Berikutnya, ada kabar dari Pemegang saham emiten petrokimia, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) menyetujui rencana penambahan modal melalui skema Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau rights issue dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Bisa (RUPSLB), Rabu (5/2/2020).

Dengan demikian, TPIA, berpotensi menggalang dana rights issue jumbo bila mengacu pada prospektus terkait rencana penerbitan saham baru sebanyak-banyaknya 7,16 miliar saham baru dengan nilai nominal Rp 200 per saham.

Belum ditetapkan harga pelaksanaan dari rights issue ini. Namun, bila mengacu pada data perdagangan per sesi pertama Kamis (6/2/2020), harga saham TPIA berada di kisaran Rp 8.675 per saham, maka bila dana rights issue yang dihimpun bisa mencapai lebih dari Rp 62 triliun.

Perusahaan dengan kode saham TPIA ini akan menggunakan seluruh dana hasil right issue untuk belanja modal dan meningkatkan kapasitas produksi perseroan atau entitas anak.

3.Hengkangnya Perusahaan Asuransi Aviva dari RI (Maret)

PT Astra International Tbk (ASII) merespons keputusan perusahaan asuransi asal Inggris, Aviva Plc mendivestasi seluruh kepemilikan sahamnya di PT Astra Aviva Life, perusahaan patungan Aviva dan Astra Life.

Kepala Divisi Komunikasi Korporat ASII Boy Kelana Soebroto, saat dihubungi CNBC Indonesia menjelaskan, Astra terus meninjau strategi investasinya.

"Astra secara reguler meninjau kembali strategi investasi portofolio dan mengambil keputusan terbaik bagi para stakeholders," kata Boy Kelana, Senin (9/3/2020).

Hengkangnya Aviva dari Astra Life dibenarkan Sarah Swailes, Group Financial and Corporate Communications. Dalam keterangan pers yang disampaikan,transaksi penjualan saham perusahaan kepada PT Astra International Tbk (ASII) ditargetkan akan rampung kuartal IV-2020.

4.Bangkok Bank Caplok Permata

Bangkok akhirnya resmi menuntaskan akuisisi atas 89,12% saham PT Bank Permata yang digenggam oleh Standard Chartered dan PT Astra International Tbk (ASII).

Transaksi akuisisi ini terjadi pada Rabu (20/5/2020) senilai Rp 33,28 triliun dengan dua kali transaksi di harga Rp 1.347 per saham. Broker-broker yang tercatat melakukan transaksi pertama antara lain Mandiri Sekuritas dengan CLSA Sekuritas Indonesia. Transaksi berikutnya difasilitasi oleh Mandiri Sekuritas dan UBS Sekuritas.

Sebelumnya, kabar mengenai rencana akuisisi ini berhembus kencang di kalangan pelaku pasar sejak akhir pekan. Pelaku pasar memperkirakan, harga pembelian BNLI akan terjadi di harga Rp 1.396 per saham, mengacu pada perubahan nilai buku menjadi 1,63 kali PBV (price to book value) berdasarkan Amendement Letter yang diteken Standchart dan Astra pada 20 April dari perjanjian awal pada 12 Desember 2019 sebesar 1,77 kali PBV.

5.Indofood CBP Mengakuisisi Pinehill

Emiten produsen mi instan Grup Indofood, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) mengumumkan rencana pembelian saham Pinehill Company Limited yang dimiliki oleh Pinehill Corpora senilai US$ 2,99 miliar atau setara Rp 41,67 triliun dengan asumsi kurs Rp 13.901 per dollar AS.

Terdapat ada dua transaksi yang akan dilakukan, pertama pembelian saham Pinehill Corpora, yaitu sebanyak 70.828.180 saham yang merupakan 51% dari total saham yang telah diterbitkan Pinehill Company dengan harga sebesar US$ 1,52 miliar.

Selanjutnya, pembelian seluruh saham Pinehill Company Limited yang dimiliki oleh Steele Lake, yaitu sebanyak 68.050.408 saham atau 49% dari total saham yang telah diterbitkan oleh Pinehill Company.

Nilai transaksi ini mencapai Rp US$ 1,46 miliar. Pinehill Corpora masih terafiliasi dengan ICBP karena merupakan konsorsium di mana Anthoni Salim memiliki penyertaan secara tidak langsung sekitar sebesar 49% saham Pinehill Corpora.

Rencananya, anak usaha Indofood ini akan membiayai akuisisi saham Pinehill dari dana hasil operasi usaha perseroan sebesar US$ 300 juta, sisanya dari dana pinjaman bank.

"Rencana akuisisi saham perusahaan target yang kegiatan usaha utamanya adalah produksi dan distribusi mi instan di negara-negara Afrika, Timur Tengah dan Eropa Tenggara adalah sejalan dengan pengembangan dan perluasa kegiatan usaha perseroan," tulis manajemen ICBP, dalam prospektus yang disampaikan, Senin (8/6/2020).

Pinehill, saat ini tercatat memiliki pangsa pasar yang kuat di 8 negara di kawasan Afrika, Timur Tengah dan Eropa Tenggara dan memiliki sebanyak 12 fasilitas produksi mi instan di 8 negara dengan total populasi 550 juta penduduk dan memiliki jaringan ditribusi di 33 negara dengan kapasitas produksi 10 miliar bungkus mi instan.

6.Djony Bunarto Gantikan Prijono Sugiarto Jadi Dirut Astra

Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PT Astra International Tbk (ASII) resmi menunjuk Djony Bunarto Tjondro sebagai direktur utama. Djoni menggantikan Prijono Sugiarto. Pri kemudian didapuk menjadi Komisaris Utama Astra.

"Dapat kami sampaikan sebagai berikut mengangjat bapak Djony Bunarto Tjondro sebaga Presiden Direktur. Prijono Sugiarto sebagai presiden komisaris," kata Chief of Corporate Affairs Astra International Riza Deliansyah dalam konferensi pers, di Jakarta, Selasa (16/06/2020).

Kabar pensiunnya Pri sebetulnya sudah terendus sejak lama. Dari informasi yang diperoleh CNBC Indonesia, Prijono Sugiarto, CEO Astra Internasional sebelumnya dikabarkan akan pensiun dari jabatannya tersebut setelah 10 tahun berada di pucuk pimpinan Astra. Nantinya, Prijono akan mengisi jabatan barunya sebagai Komisaris Utama Astra (Chairman).

Djony Bunarto Tjondro juga sebelumnya menjadi kandidat terkuat menggantikan posisi Prijono, yang menjabat orang nomor satu di Astra sejak 1 Maret 2010 dan sebelumnya menjabat sebagai Direktur Perseroan sejak tahun 2001 sampai dengan 2010. Prediksi ini kemudian terbukti.

Djony adalah wakil presiden direktur berdasarkan hasil RUPST pada 25 April 2019 dan sebelumnya menjabat sebagai Direktur Perseroan dari 2015 sampai dengan 2019.

Bergabung dengan Astra sejak 1990, beberapa posisi strategis pernah diembannya, antara lain, Presiden Komisaris PT Toyota-Astra Motor, Komisaris PT Astra Agro Lestari Tbk, PT United Tractors Tbk, PT Astra Honda Motor dan PT Astra Sedaya Finance.

NEXT: Aksi Korporasi Semester II-2020

Semester II-2020

1. Harum Energy Caplok Saham Produsen Nikel Australia Rp 339 M

Emiten pertambangan, PT Harum Energy Tbk (HRUM) melakukan transaksi pembelian saham perusahaan tambang nikel asal Australia, Nickel Mines Limited dengan harga jual beli senilai AUD 34,26 juta atau setara Rp 339,22 miliar dengan kurs Rp 9.900 per AUD.

Direktur Utama Harum Energy, Ray A Gunara menjelaskan, perseroan telah membeli sebanyak 68.530.577 saham Nickel Mines Limited atau setara dengan 3,22% saham. Transaksi ini terjadi pada 29 Mei 2020.

"Tidak ada dampak dari transaksi pembelian saham terhadap kegiatan operasional, kondisi keuangan atau kelangsungan usaha emiten," kata Ray, dalam keterbukaan informasi, Rabu (3/6/2020).

2. Nilai Akuisisi Rabobank Melonjak, BCA Rogoh Rp 500 M

PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) telah mengakuisisi saham PT Bank Rabobank International Indonesia (Rabobank Indonesia) dari Grup Rabobank melalui perjanjian bersyarat pada 11 Desember 2019. Perseroan menyiapkan dana Rp 500 miliar untuk mengakuisisi penuh saham Rabobank.

Melalui prospektus yang disampaikan perusahaan mengenai rencana akuisisi saham, BCA selaku entitas induk akan menggenggam kepemilikan 99,99% setara 3.719.069 saham. Sedangkan sisanya akan dimiliki PT BCA Finance, anak usaha perseroan di bidang jasa pembiayaan mobil (multifinance).

3 .Tambah Modal, Mayapada Siap Rights Issue 2,27 Miliar Saham

Bank milik crazy rich Indonesia Dato' Sri Tahir, PT Bank Mayapada Tbk (MAYA) berencana melakukan penambahan modal dengan memberikan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue dengan jumlah sebanyak-banyaknya 2.277.470.229 atau 2,27 miliar saham Seri B.

Jumlah saham baru yang akan diterbitkan MAYA tersebut setara dengan 25,00% dari modal disetor setelah terlaksananya penawaran umum terbatas (PUT) ke-XIII ini dengan nilai nominal Rp 100/saham. Hanya saja belum diungkapkan besaran harga pelaksanaan rights issue ini per sahamnya.

4. Resmi! Usai Dicaplok, Bank Artos Ganti Nama Jadi Bank Jago

Bank yang baru-baru ini dikendalikan oleh bankir Jerry NG dan Patrick Walujo, yakni PT Bank Artos Indonesia Tbk (ARTO) resmi mengubah nama perusahaan menjadi PT Bank Jago Tbk dan memindahkan kantor pusat dari Bandung ke Menara BTPN Jakarta Selatan mulai Kamis 11 Juni 2020.

Sekretaris Perusahaan Bank Jago, Tjit Siat fun, mengatakan dalam suratnya kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), mengatakan alat kantor dari Jalan Otto Iskandardinata Nomor 18 Bandung Jawa Barat dipindahkan ke Menara BTPN lantai 46, Jalan Dr Ide Anak Agung Gde Agung Kav 55-56 Jakarta Selatan.

5. Wow! Grup Sinarmas Mau Beli Saham Bank China Senilai Rp 3,2 T

Grup usaha Sinar Mas, PT Sinar Mas Multiartha Tbk. (SMMA) akan menjadi salah satu pemegang saham PT Bank China Construction Bank Indonesia Tbk. (MCOR) atau CCB Indonesia, setelah menjadi pembeli siaga (standby buyer) dari penerbitan saham baru melalui skema Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau rights issue CCB Indonesia.

Dalam prospektus yang dipublikasikan perseroan Rabu ini (17/6/2020) CCB Indonesia akan menawarkan sebanyak 21.288.269.763 (21,28 miliar) saham baru dengan nilai nominal Rp 100/saham. Jumlah itu merupakan 56,14% dari jumlah saham yang beredar setelah Penawaran Umum Terbatas (PUT) V CCB Indonesia ini.

6. Japfa Comfeed Dapat Restu Rights Issue Jumbo Rp 4,5 T

Emiten peternakan ayam, PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) berencana menambah modal melalui skema Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) atau rights issue. Rencana ini sudah mendapat restu pemegang saham perseroan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) 18 Juni 2020.

Perseroan berencana mengeluarkan saham baru Seri A sebanyak-banyaknya 3,51 miliar saham baru atau setara 30% dari jumlah saham yang telah ditempatkan dan disetor penuh. Belum ditetapkan harga pelaksanaan dari rights issue ini, namun nilai nominal per sahamnya Rp 200.

7. Sah! MIND ID Caplok 20% Saham Divestasi Vale Rp 5,5 T

PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) atau kini bernama Mining Industry Indonesia (MIND ID) resmi mengakuisisi 20% saham divestasi PT Vale Indonesia Tbk (INCO).

Penandatanganan pembelian saham divestasi itu dilakukan bersama dengan para pemegang saham mayoritas Vale Indonesia yaitu Vale Canada Limited (VCL) dan Sumitomo Metal Mining Co., Ltd. (SMM) dalam Perjanjian Jual Beli Saham (Shares Purchase Agreement) pada tanggal 19 Juni 2020.

8. Gelar Rights Issue, Bukopin Bakal Raih Dana Segar Rp 838 M

PT Bank Bukopin Tbk (BBKP) akan mendapatkan dana segar sekitar Rp 838,8 miliar dari penawaran umum terbatas kelima (PUT V) dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) alias rights issue. Ini merupakan tahapan dari proses penambahan modal Bank Bukopin.

Jumlah saham yang akan diterbitkan terdiri dari saham kelas B sebesar 4,66 miliar atau 40% dari jumlah saham beredar saat ini.

Dengan rasio tersebut, maka setiap 5 saham lama akan mendapatkan 2 HMETD, kemudian 1 HMETD berhak untuk mendapatkan 1 saham jika dilaksanakan pada periode pelaksanaan HMETD, dengan harga pelaksanaan Rp 180 per saham.

9. Indomobil Rights Issue, Porsi Saham Salim Bakal Tergerus?

Gallant Venture Ltd, perusahaan yang sahamnya juga dipegang oleh Grup Salim di Singapura, bersama Keppel Group dan JTC Group ini berencana mengalihkan seluruh haknya dalam penerbitan saham baru PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS) yang diharapkan mendapat restu Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 17 Juli mendatang.

Berdasarkan prospektus yang dipublikasikan, IMAS berencana melakukan PUT III atau penerbitan saham baru dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau rights issue kepada pemegang saham perseroan.

Saham yang akan diterbitkan adalah saham biasa sebanyak- banyaknya 1.229.012.627 saham biasa (1,22 miliar saham) dengan nilai nominal Rp 250/saham.

10. Telkom Masuk Gojek, Suntik Rp 2,17 T

PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) menyebutkan langkah investasi yang dilakukan di PT Aplikasi Karya Anak Bangsa alias Gojek dilakukan untuk membangun ekosistem digital yang inklusif dan berkesinambungan.

Dalam keterbukaan informasi yang disampaikan perusahaan di Bursa Efek Indonesia (BEI), disebutkan bahwa nilai investasinya mencapai US$ 150 juta (Rp 2,17 triliun, asumsi kurs Rp 14.500/US$).

Penandatanganan perjanjian atas investasi ini telah dilakukan pada 16 November 2020. Investasi ini dilakukan melalui anak usahanya, PT Telekomunikasi Selular atau Telkomsel.

11. Mega Merger Emiten Prajogo Pangestu Rp 53 T Direstui

Emiten petrokimia milik taipan Prajogo Pangestu, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) mendapat restu pemegang saham untuk melaksanakan penggabungan usaha atau merger dengan entitas anak, PT Styrindo Mono Indonesia (SMI).

Hal ini disepakati dalam agenda Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) perseroan pada Senin, 7 Desember 2020 di Wisma Barito Pacific Tower. Sebanyak 99,99% suara dari seluruh saham dengan hak suara yang sah dalam rapat tersebut telah menyetujui aksi korporasi ini.

12. Merger 3 Bank Syariah BUMN: Bank Syariah Indonesia

Rencana penggabungan usaha PT Bank BRISyariah Tbk. (BRIS), PT Bank Syariah Mandiri (BSM) dan PT Bank BNI Syariah (BNIS) kian dimatangkan.

Bank hasil penggabungan akan bernama PT Bank Syariah Indonesia Tbk dengan kode saham tetap BRIS. Nama ini akan digunakan secara efektif oleh PT Bank BRISyariah Tbk. selaku Bank Yang Menerima Penggabungan (survivor entity).

Ketua Project Management Office Integrasi dan Peningkatan Nilai Bank Syariah BUMN Hery Gunardi mengatakan seluruh proses dan tahapan-tahapan merger akan terus dikawal hingga penggabungan ketiga bank syariah BUMN selesai dilakukan.

13. Bank Asal Korea Caplok Lagi Emiten RI, Kali Ini Tifa Finance

The Korea Development Bank (KDB), bank asal Korea Selatan, akan mengambilalih mayoritas kepemilikan saham emiten pembiayaan PT Tifa Finance Tbk (TIFA) dari pemegang saham eksisting sebesar 870.763.100 saham yang mewakili 80,65% dari total modal yang ditempatkan dan disetor perseroan.

Akuisisi ini akan menyebabkan perubahan pengendalian dalam perseroan oleh KDB, perusahaan yang didirikan dan tunduk kepada hukum negara Republik Korea yang kantor pusatnya terdaftar berada di 14 Eunhaeng-ro, Yeongdeungpo-Seoul, Korea Selatan.

14. Gojek Masuk Bank Jago

PT Dompet Karya Anak Bangsa alias GoPay, yang terafiliasi dengan Gojek telah resmi menjadi pemegang saham baru di PT Bank Jago Tbk (ARTO) dengan kepemilikan sebesar 22,16%. Diperkirakan total dana yang dikeluarkan dalam aksi korporasi ini mencapai Rp 2,77 triliun.

Co-CEO Gojek Andre Soelistyo mengatakan investasi di Bank Jago merupakan bagian dari strategi bisnis jangka panjang yang akan memperkuat pertumbuhan dan keberlanjutan bisnis Gojek ke depannya. Kemitraan dengan Bank Jago adalah sebuah pencapaian baru bagi Gojek dalam menyediakan berbagai solusi dari masalah sehari-hari melalui teknologi.

Bank berbasis teknologi ini akan memperkuat ekosistem Gojek sekaligus akan membuka akses yang lebih luas kepada layanan perbankan digital bagi masyarakat Indonesia. Hal ini sejalan dengan visi kedua perusahaan untuk mendorong percepatan inklusi keuangan di Indonesia.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular