Deal 'LPG Batu Bara' PTBA-Pertamina Mundur Jadi Akhir Tahun

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
07 December 2020 16:07
PT Bukit Asam/PTBA. doc PTBA
Foto: PT Bukit Asam/PTBA. doc PTBA

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menuturkan penandatanganan kesepakatan kerja sama proyek gasifikasi batu bara menjadi Dimethyl Ether (DME) dengan PT Pertamina (Persero) dan Air Products mundur menjadi akhir tahun ini dari target sebelumnya dilakukan pada November lalu.

Direktur Utama PTBA Arviyan Arifin menyampaikan hal tersebut pada Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR RI, Senin (07/12/2020).

"Time line-nya, akhir tahun akan ditandatangani perjanjian kerja sama PTBA, Pertamina, dan Air Products," tuturnya kepada anggota Komisi VII DPR RI, Senin (07/12/2020).

Bila kesepakatan ini telah ditandatangani, maka pada kuartal pertama atau kedua 2021 akan dilanjutkan dengan proses rekayasa, pengadaan dan konstruksi (engineering, procurement and construction/ EPC), sehingga proyek senilai US$ 2,1 miliar (sekitar Rp 30 triliun) ini bisa tuntas dan bisa beroperasi pada kuartal kedua 2024.

"Yang penting digarisbawahi, dalam proyek ini, baik Pertamina maupun PTBA tidak mengeluarkan investasi yang digunakan untuk pembangunan processing company ini. Semua dilakukan oleh investor," tuturnya.

Seperti diketahui, proyek gasifikasi batu bara PTBA di Tanjung Enim, Sumatera Selatan ini telah ditetapkan menjadi salah satu Proyek Strategis Nasional yang diatur dalam Peraturan Presiden.

Pabrik hilirisasi batu bara tersebut akan mengolah sebanyak 6 juta ton batu bara per tahun dan diproses menjadi 1,4 juta ton DME per tahun dan menggantikan LPG sekitar 1 juta ton per tahun.

Hadirnya DME sebagai bahan bakar alternatif bisa membantu menekan impor LPG dan menghemat devisa negara. Berdasar hitungan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, potensi penghematan negara dari proyek gasifikasi batu bara PTBA ini bisa mencapai Rp 8,7 triliun per tahun.

Selain itu, menurutnya proyek ini juga memberikan efek berganda bagi perekonomian sebesar Rp 800 miliar per tahun, serta mendukung pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut.

"Terutama lagi, bahwa ini meningkatkan ketahanan energi nasional, kita tidak tergantung pada impor LPG. Kalau terjadi sesuatu dengan sumber LPG internasional, negara kita relatif aman. Jadi, kemandirian energi akan terwujud dengan adanya industri ini," tuturnya.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Proyek Gasifikasi Batu Bara Rp 30 T PTBA Mulai Dibangun 2021

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular