Harga Batu Bara Naik 5,2%, Sayang tak Bertahan di US$ 70/Ton

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
29 November 2020 08:30
Bongkar Muat Batu bara di Terminal  Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Bongkar Muat Batu bara di Terminal Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara naik tajam sepanjang pekan ini. Bahkan harga si batu hitam sempat menyentuh US$ 70/ton, meski tidak bertahan lama.

Pada minggu ini, harga batu bara acuan di pasar ICE Newcastle (Australia) melesat 5,2% secara point-to-point. Pada perdagangan akhir pekan, harga komoditas ini anjlok 1,11% sehingga lengser dari US$ 70/ton.

Tingginya impor China dan India berhasil mendongkrak harga komoditas ini. Maklum, China adalah negara importir batu bara nomor satu dan dua di dunia.

Berdasarkan data Reuters, impor batu bara China pada November 2020 hingga pekan keempat adalah 17,72 juta ton. Melonjak nyaris 60% dibandingkan bulan sebelumnya.

Sementara impor batu bara India dalam periode yang sama adalah 19,38 juta ton. Naik 6,78% dibandingkan bulan sebelumnya. Impor batu bara Negeri Bollywood terus menanjak selepas semester I-2020 seiring pelonggaran karantina wilayah (lockdown).

"Sudah terlihat ada peningkatan impor di sejumlah negara-negara utama, termasuk India, yang sangat lemah pada semester I-2020. Permintaan sempat begitu lemah karena penerapan lockdown yang membuat aktivitas ekonomi, konsums listrik, dan permintaan baja menurun," sebut Toby Hassall, Analis Refinitiv.

Namun perlu diperhatikan bahwa perkembangan di wilayah Cekungan Atlantik (Eropa dan sekitarnya) kurang kondusif. Lonjakan kasus virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) membuat pemerintah di berbagai negara kembali mengetatkan pembatasan sosial (social distancing).

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan, jumlah pasien positif corona di Eropa per 26 November 2020 adalah 17.766.556 orang. Bertambah 234.400 orang (1.34%) dibandingkan posisi hari sebelumnya.

"Peningkatan kasus infeksi virus corona di sejumlah wilayah menyebabkan lockdown kembali diberlakukan, meski tidak seketat sebelumnya. Ini berisiko menurunkan aktivitas ekonomi, konsumsi listrik, sampai permintaan baja," lanjut Hassall.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular