
Harga Batu Bara Naik 2% Lebih, Tapi ke Depan Masih Suram!

Jakarta, CNBC Indonesia -Â Harga batu bara bergerak naik pada perdagangan pekan ini. Namun harga si batu hitam masih belum bisa menembus level US$ 60/ton.
Selama minggu ini, harga batu bara acuan di pasar ICE Newcastle (Australia) naik 2,44%. Puncak pergerakan pekan ini terjadi pada 24 September, di mana harga komoditas ini hampir menyentuh US$ 60/ton.
Tingginya permintaan berhasil mengerek harga batu bara. Pada 18 September, stok batu bara di Qinhuangdao, pelabuhan ekspor utama di China bagian utara, turun 1% dibandingkan pekan sebelumnya menjadi 5,025 juta ton.
Sedangkan untuk pekan yang berakhir 20 September, impor batu bara oleh Korea Selatan dan Jepang tercatat masing-masing 1,02 juta ton dan 2,03 juta ton. Kemudian impor batu bara Vietnam pada Agustus mencapai 5,13 juta ton, melonjak 16,6% dibandingkan bulan sebelumnya.
Peningkatan permintaan juga terjadi di India. Pada September, impor batu bara India mencapai 17,33 juta ton. Meroket 30,39% dibandingkan bulan sebelumnya.
![]() |
Namun ke depan, sepertinya sentimen negatif masih menyelimuti harga batu bara. Pertama, permintaan berisiko kembali terkoreksi seiring masih ganasnya pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19).
Lonjakan kasus Covid-19 di berbagai negara kemungkinan akan diatasi dengan pengetatan pembatasan sosial (social distancing), yang menurunkan aktivitas masyarakat. Permintaan energi akan berkurang, termasuk sumber energi primer seperti batu bara.
Kedua, harga gas alam masih relatif murah. Per 25 September, harga gas alam berada di US$ 2,139/mmBtu. Masih 14,51% di bahwa periode yang sama tahun sebelumnya.
China menjadi negara yang sedang getol mengimpor gas alam cair (LNG). Impor LNG China tahun ini diperkirakan naik 10%, salah satunya karena itu tadi, harganya murah.
Pada 2020, impor LNG China diperkirakan mencapai 65-67 juta ton. Jika impor LNG China tumbuh dalam kecepatan yang sama, maka bisa menggeser Jepang sebagai pembeli LNG terbesar di dunia.
![]() |
Oleh karena itu, masa depan batu bara menjadi penuh tanda tanya. Bagi negara yang mengandalkan batu bara sebagai komoditas ekspor utama, seperti Indonesia, tentu bukan sebuah kabar gembira.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/aji) Next Article Cuan, Harga Batu Bara 'Lompat' Nyaris 8% dalam Sebulan!
