Ekonomi India Runtuh, Harga Minyak Sawit Jatuh

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
18 October 2020 10:19
Panen tandan buah segar kelapa sawit di kebun Cimulang, Candali, Bogor, Jawa Barat. Kamis (13/9). Kebun Kelapa Sawit di Kawasan ini memiliki luas 1013 hektare dari Puluhan Blok perkebunan. Setiap harinya dari pagi hingga siang para pekerja panen tandan dari satu blok perkebunan. Siang hari Puluhan ton kelapa sawit ini diangkut dipabrik dikawasan Cimulang. Menurut data Kementeria Pertanian, secara nasional terdapat 14,03 juta hektare lahan sawit di Indonesia, dengan luasan sawit rakyat 5,61 juta hektare. Minyak kelapa sawit (CPO) masih menjadi komoditas ekspor terbesar Indonesia dengan volume ekspor 2017 sebesar 33,52 juta ton.
Foto: Panen tandan buah segar kelapa sawit di kebun Cimulang, Candali, Bogor, Jawa Barat (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak sawit mentah (CPO) bergerak turun sepanjang pekan ini. Harga sempat naik pada awal pekan, tetapi kemudian terkoreksi tiga hari berturut-turut.

Minggu ini, harga CPO acuan di Bursa Malaysia untuk kontrak yang berakhir 15 Januari 2021 ambles 1,41% secara point-to-point. Harga CPO kini sudah berada di bawah MYR 2.900/ton.

Koreksi harga CPO disebabkan oleh penurunan permintaan di India. Pada September 2020, impor CPO India tercatat 643.994 ton atau turun 27% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) membuat perekonomian Negeri Bollywood berantakan. Apalagi pemerintahan Perdana Menteri Narendra Modi sempat memberlakukan karantina wilayah (lockdown) skala nasional. Kini lockdown nasional sudah berakhir, tetapi masih ada pembatasan di tingkat lokal.

Artinya, aktivitas masyarakat masih belum bisa normal seperti dulu. Pengunjung restoran dan tamu hotel masih membukukan penurunan tajam.

Per September, tingkat penghunian kamar hotel (occupancy rate) di India hanya sekitar 24%. Jauh di bawah 2019 yang mencapai lebih dari 60%.

Dahsyatnya dampak pandemi virus corona membuat S&P Global Ratings memperkirakan ekonomi India pada tahu fiskal yang berakhir Maret 2021 mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif) 9%. Lebih buruk ketimbang proyeksi sebelumnya yaitu -5%.

Pada kuartal April-Juni 2020, Produk Domestik Bruto (PDB) India membukukan rekor terendah sepanjang sejarah dengan kontraksi mencapai 23,9%. Kejatuhan yang sangat dalam ini membuat ekonomi India butuh waktu cukup lama untuk bangkit.

"India memang sudah melonggarkan lockdown pada Juni, tetapi pandemi masih akan membayangi perekonomian. Sepanjang penyebaran virus belum bisa dikendalikan, konsumen akan berhati-hati keluar rumah dan berbelanja," sebut riset S&P.

Nah, kalau situasi India masih seperti ini rasanya sulit berharap harga CPO bisa pulih dalam waktu dekat. Dampaknya akan terasa sampai ke Indonesia, karena CPO adalah komoditas andalan ekspor Ibu Pertiwi (selain batu bara).

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Harga Minyak Sawit Anjlok 8%, RI Kian Sulit Hindari Resesi!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular