Harga Minyak Sawit Anjlok 8%, RI Kian Sulit Hindari Resesi!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
27 September 2020 11:45
Panen tandan buah segar kelapa sawit di kebun Cimulang, Candali, Bogor, Jawa Barat. Kamis (13/9). Kebun Kelapa Sawit di Kawasan ini memiliki luas 1013 hektare dari Puluhan Blok perkebunan. Setiap harinya dari pagi hingga siang para pekerja panen tandan dari satu blok perkebunan. Siang hari Puluhan ton kelapa sawit ini diangkut dipabrik dikawasan Cimulang. Menurut data Kementeria Pertanian, secara nasional terdapat 14,03 juta hektare lahan sawit di Indonesia, dengan luasan sawit rakyat 5,61 juta hektare. Minyak kelapa sawit (CPO) masih menjadi komoditas ekspor terbesar Indonesia dengan volume ekspor 2017 sebesar 33,52 juta ton.
Foto: Ilustrasi kelapa sawit (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak sawit mentah (CPO) anjlok pada pekan ini. Tingginya pasokan tidak diimbangi dengan permintaan sehingga harga pun turun.

Sepanjang minggu ini, harga CPO di bursa Malaysia ambles 8,38% secara point-to-point. Harga komoditas ini sudah jauh meninggalkan level MYR 3.000/ton.

Societe Generale de Surveillance mencatat ekspor CPO dari Malaysia pada periode 1-25 September adalah 411.370 ton. Melonjak 15,64% dibandingkan periode yang sama bulan sebelumnya. Sementara total ekspor produk CPO mencapai 1.320.949 ton atau naik 14,1%.

Penurunan harga minyak bumi juga mempengaruhi pergerakan harga CPO. Pekan ini, harga minyak jenis brent anjlok 2,85%. Sementara yang jenis light sweet ambrol 2,33%.

Ketika harga minyak murah, maka insentif untuk menjadikan CPO sebagai bahan baku substitusi BBM menjadi kecil. Permintaan CPO berkurang karena minyak bumi kembali jadi pilihan.

Koreksi harga CPO bisa berdampak besar terhadap perekonomian Indonesia secara keseluruhan. Sebab CPO adalah komoditas andalan ekspor Indonesia.

Saat harga CPO turun, maka penerimaan ekspor Indonesia pasti akan terpengaruh karena komoditas ini punya peranan besar. Kinerja ekspor yang sulit diharapkan membuat Indonesia semakin pasti masuk jurang resesi.

Selain itu, penerimaan valas dari ekspor yang berkurang juga bisa mempengaruhi nilai tukar rupiah. Minimnya devisa dari ekspor membuat rupiah harus bergantung kepada investasi portofolio di sektor keuangan, yang bisa datang dan pergi sesuka hati. Ini membuat rupiah menjadi fluktuatif, sulit untuk stabil.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Lanjut Cuan! Harga Minyak Sawit Meroket 5% Lebih Pekan Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular