
Kalau BI Ogah Turunkan Bunga Lagi, So What Gitu Loh?

Setidaknya ada dua faktor lain yang menentukan besaran suku bunga kredit perbankan. Pertama tentu biaya dana, seberapa besar duit yang keluarkan bank untuk memperoleh likuiditas yang kemudian disalurkan dalam bentuk kredit.
Salah satu komponen biaya dana adalah suku bunga simpanan. Nah, ini yang kemudian agak ngeri-ngeri sedap.
Mengutip data Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), total Dana Pihak Ketiga (DPK) di perbankan nasional per Mei adalah Rp 6.157 triliun. Dari jumlah tersebut, Rp 2.602 triliun (42,26%) dalam bentuk deposito.
Jumlah rekening deposito adalah 5,07 juta, kalah jauh ketimbang tabungan yang mencapai 304,31 juta. Namun duit yang tersimpan di tabungan 'hanya' Rp 1.971 triliun, tidak sampai separuh dari deposito.
Deposito adalah dana mahal, bunganya lebih tinggi ketimbang tabungan biasa. Rata-rata suku bunga deposito pada Mei adalah 5,74%, sementara tabungan tidak lebih dari 2%.
Selain itu, DPK perbankan juga dikuasai oleh para deposan kelas paus. Pada Mei, total nilai simpanan di atas Rp 5 miliar mencapai Rp 2.855 triliun atau 46,86% dari jumlah DPK. Padahal jumlah rekeningnya paling sedikit, tetapi isinya bukan kaleng-kaleng.
Para deposan itu yang 'menyandera' perbankan. Bermodal dana besar, mereka bisa meminta bunga tinggi atas simpanannya dan bank tidak dalam posisi menguntungkan. Sebab kalau tidak dituruti, deposan itu akan pindah dan bank kehilangan DPK dalam jumlah besar.
Selagi perbankan masih harus 'melayani' para deposan besar, maka suku bunga simpanan sulit turun signifikan. Saat suku bunga simpanan masih tinggi, jangan harap suku bunga kredit bisa ditekan.
Faktor kedua adalah soal efisiensi. Salah satu indikator untuk mengukur efisiensi adalah rasio biaya operasional berbanding pendapatan operasional (BOPO).
Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut, BOPO bank umum konvensional per April adalah 84,85%. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 88,84% tetapi meningka ketimbang setahun sebelumnya yakni 83,48%.
Sepanjang operasional perbankan tidak efisien, maka akan ada sebagian beban yang dialihkan ke nasabah dalam bentuk suku bunga. Akan selalu ada premium dalam pembentukan suku bunga, padahal itu gara-gara perbankan sendiri yang tidak efisien.
Kesimpulannya, mau suku bunga acuan turun pun sulit untuk berangan-angan suku bunga kredit bisa terpangkas dalam laju yang sama. Selalu akan ada selisih, yang setidaknya disebabkan oleh dua faktor itu.
Jadi walau suku bunga acuan mungkin tidak turun dalam waktu dekat, jangan khawatir. Toh dampaknya tidak akan terasa-terasa amat buat rakyat kebanyakan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)[Gambas:Video CNBC]
