Caplok Emiten RI, Begini Sepak Terjang Korea Development Bank

tahir saleh, CNBC Indonesia
07 July 2020 14:24
Korea Development Bank (KDB).
Foto: Korea Development Bank (KDB). (AP Photo/Ahn Young-joon)

Jakarta, CNBC Indonesia - The Korea Development Bank (KDB), bank asal Korea Selatan, akan mengambilalih mayoritas kepemilikan saham emiten pembiayaan PT Tifa Finance Tbk (TIFA) dari pemegang saham eksisting sebesar 870.763.100 saham yang mewakili 80,65% dari total modal yang ditempatkan dan disetor perseroan.

Akuisisi ini akan menyebabkan perubahan pengendalian dalam perseroan oleh KDB, perusahaan yang didirikan dan tunduk kepada hukum negara Republik Korea yang kantor pusatnya terdaftar berada di 14 Eunhaeng-ro, Yeongdeungpo-Seoul, Korea Selatan.

Bagaimana sebetulnya sepak KDB?

KDB sebetulnya sudah agak tertinggal dibanding perusahaan keuangan Korsel lain untuk masuk ke RI, meskipun sempat masuk ke bidang perusahaan efek ketika secara tidak langsung mengakuisisi PT eTrading Securities dan mengganti namanya menjadi KDB Daewoo Securities.

Di Korsel, KDB menjadi pemilik Daewoo Securities Co setelah Grup Daewoo terpecah dan konglomerasi yang pernah menjadi chaebol (konglomerat) kedua terbesar Korsel tersebut dinyatakan bangkrut dan terpecah-pecah pada 1999.

Mirae Asset Securities akhirnya membeli Daewoo Securities dari KDB senilai 2,39 triliun won Korea (US$ 2 miliar) atau Rp 29 triliun (asumsi kurs Rp 12/won) dan entitasnya di Indonesia juga berganti nama menjadi PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia.

Lembaga keuangan Korsel yang keberadaannya lebih dulu di Indonesia adalah Kookmin Bank yang menjadi pemegang saham ke PT Bank Bukopin Tbk (BBKP) dan Hana Financial Group yang masuk ke Bank Bintang Manunggal dan sekarang sudah menjadi PT Bank KEB Hana Indonesia.

Perusahaan Korsel lain adalah Woori Bank yang sekarang menjadi pemegang saham mayoritas PT Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk (SDRA), Nonghyup Investment Securities yang masuk ke dalam PT NH Korindo Sekuritas, dan Hanwha Life yang sekarang ada di PT Hanwha Life Insurance Indonesia.

KDB adalah bank BUMN yang didirikan sejak 1954 untuk membiayai dan mengelola proyek industri utama untuk meluaskan pengembangan industri dan ekonomi nasional Negeri Ginseng.

Saat ini, perseroan bergelar bank terbesar ke-61 dunia pada 2018 dan berkat kebijakan pemerintah Korsel, KDB sudah memfasilitasi normalisasi manajemen perusahaan bermasalah melalui restrukturisasi korporasi dan konsultasi serta menyediakan pendanaan modal bagi proyek pengembangan strategis.

Mengacu laporan keuangan tahunan KDB 2019, disebutkan perusahaan ini kini didukung oleh 3.410 pegawai. Perusahaan mendapatkan rating Aa2 dari Moody's, AA dari S&P, dan AA- dari Fitch Ratings.

"Pada tahun 2019, KDB fokus mendukung pertumbuhan inovatif yang dibutuhkan di era revolusi digital ini. Kami memberikan dukungan keuangan sebesar 15,9 triliun won kepada perusahaan yang beroperasi di bidang pertumbuhan inovatif sebagai bagian dari Revolusi Industri ke-4," tulis manajemen KDB dalam laporan keuangan.

Nilai investasi 15,9 triliun won yang dibenamkan KDB itu setara dengan Rp 191 triliun.

"Kami juga memperkuat peran KDB NextRound untuk berkembang menjadi platform dukungan komprehensif untuk investasi awal, dengan demikian kami memfasilitasi ekosistem awal yang inovatif," tulis KDB.

Tahun lalu, nilai investasi yang dikucurkan grup KDB mencapai 741,1 miliar won atau setara Rp 8,89 triliun, naik 46% dari tahun sebelumnya 509,1 miliar won.

Perusahaan ini didukung 1 head office regional, 9 kantor cabang luar negeri, 5 anak usaha, 9 kantor perwakilan. Saat ini tercatat perusahaan sudah menerbitkan surat utang mencapai US$ 2 miliar atau setara Rp 28 triliun, 500 juta euro penerbitan green bond, dan 700 juta dolar Australia untuk penerbitan Kangoroo bond.

Pada akhir 2019, aset KDB mencapai KRW 268,84 triliun (Rp 3.226 triliun), naik 3,4% dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini terutama disebabkan oleh peningkatan pinjaman yang naik sebesar 4,9% secara tahunan menjadi 149,92 triliun won atau Rp 1.799 triliun.

Liabilitas KDB naik 3,5% YoY mencapai rekor 233,76 triliun won atau Rp 2.805 triliun, terutama disebabkan oleh peningkatan simpanan dan kewajiban lainnya. Deposito mencapai 36,31 triliun won, naik 7,0%, dan kewajiban lainnya tercatat 47,27 triliun, naik 11,7% year-on-year.

Modal KDB bertambah sebesar 555 miliar won atau Rp 6,6 triliun pada tahun 2019, dengan total ekuitas mencapai 35,07 triliun won, naik 2,4% dibandingkan tahun sebelumnya.

"Penambahan modal ini hasil dari penerbitan saham baru KDB kepada pemerintah Korea selama tahun ini, serta peningkatan surplus modal dan laba ditahan," kata manajemen.

Total penyaluran kredit pada akhir 2019 berjumlah 128,34 triliun, naik 5,5%. Rasio NPL (kredit bermasalah) turun dari 4,23% pada 2018 menjadi 2,71% pada 2019.

Laba bersih turun menjadi 279,14 miliar won atau Rp 3,35 triliun, turun dari tahun sebelumnya 705,98 miliar atau Rp 8,5 triliun. Pendapatan bunga bersih mencapai 1,87 triliun won atau Rp 22 triliun, turun dari tahun sebelumnya 2,17 triliun won.

Tercatat, 9 anak usaha perusahaan yakni:

1. KDB Asia (HK) Ltd

2. KDB Ireland Ltd

3. KDB Bank Uzbekistan Ltd

4. KDB Bank Europe Ltd

5. Banco KDB Do Brazil SA

6. KDB Capital Corporation

7. KDB Infrastructure Investment Asset Management Co Ltd

8. KDB Biz Co Ltd

9. KDB Investment Co Ltd

Pada 2019, manajemen mengungkapkan sudah membuka kantor perwakilan di Indonesia. KDB juga menjalankan berbagai program luar negeri untuk mengembangkan potensi investasi global.

"KDB menawarkan program yang ditujukan untuk melatih spesialis regional di negara-negara di mana kami berencana untuk memperluas, dan yang memiliki potensi kuat untuk tumbuh, termasuk Indonesia dan Vietnam. Selain itu, karyawan terpilih juga menerima pelatihan di tempat kerja di kantor-kantor KDB di New York, London, dan Singapura," tulis manajemen.

Dalam pengumumannya di Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (6/7/2020), manajemen Tifa Finance mengungkapkan rencana pengambilalihan akan dilaksanakan dengan memperhatikan segala pemenuhan izin maupun persetujuan yang diperlukan sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Perseroan akan mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham Luar biasa (RUPSLB) terkait dengan rencana pengambilalihan 870.763.100 saham perusahaan oleh KDB. Saham itu mewakili 80,65% dari total modal yang ditempatkan dan disetor perseroan.

"Dalam jangka waktu 14 hari terhitung sejak tanggal pengumuman ini, pihak-pihak yang berkepentingan termasuk kreditor atau pihak ketiga lainnya dapat mengajukan keberatan secara tertulis disertai alasan kepada perseroan atas rencana pengambilalihan ini," tulis manajemen.

Mengacu data laporan keuangan Maret 2020, pemegang saham TIFA adalah PT Dwi Satrya Utama, Tan Chong Credit PteLtd Singapura, dan investor publik.

Data perdagangan mencatat saham TIFA, Senin kemarin ditutup naik 5,17% di level Rp 244/saham dengan harga rata-rata saham di level Rp 239/saham. Dalam sebulan terakhir, saham TIFA melonjak 26%. Belum ada informasi soal harga, tapi dengan asumsi harga rata-rata itu, nilai akuisisi bisa mencapai Rp 208 miliar.

Aset Tifa Finance yang fokus pada pembiayaan sektor logistik dan infrastruktur ini mencapai Rp 1,19 triliun per Maret 2020, dengan ekuitas Rp 377,38 miliar. Pendapatan per Maret 2020 mencapai Rp 41,06 miliar, turun dari Maret 2019 Rp 50,38 miliar. Laba tahun berjalan pada kuartal I-2020 yakni Rp 6,67 miliar, turun dari Rp 8,03 miliar.


(tas/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bank Asal Korea Caplok Lagi Emiten RI, Kali Ini Tifa Finance

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular