Bank Asal Korea Caplok Lagi Emiten RI, Kali Ini Tifa Finance

tahir saleh, CNBC Indonesia
07 July 2020 07:35
Tifa Finance (ist via dsu.co.id)
Foto: Tifa Finance (ist via dsu.co.id)

Jakarta, CNBC Indonesia - The Korea Development Bank (KDB), bank asal Korea Selatan, akan mengambilalih mayoritas kepemilikan saham emiten pembiayaan PT Tifa Finance Tbk (TIFA) dari pemegang saham eksisting sebesar 870.763.100 saham yang mewakili 80,65% dari total modal yang ditempatkan dan disetor perseroan.

Akuisisi ini akan menyebabkan perubahan pengendalian dalam perseroan oleh KDB, perusahaan yang didirikan dan tunduk kepada hukum negara Republik Korea yang kantor pusatnya terdaftar berada di 14 Eunhaeng-ro, Yeongdeungpo-Seoul, Korea Selatan.

Dalam pengumumannya di Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (6/7/2020), manajemen Tifa Finance mengungkapkan rencana pengambilalihan akan dilaksanakan dengan memperhatikan segala pemenuhan izin maupun persetujuan yang diperlukan sesuai denahn ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Perseroan akan mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham Luar biasa (RUPSLB) terkait dengan rencana pengambilalihan 870.763.100 saham perusahaan oleh KDB.

"Dalam jangka waktu 14 hari terhitung sejak tanggal pengumuman ini, pihak-pihak yang berkepentingan termasuk kreditor atau pihak ketiga lainnya dapat mengajukan keberatan secara tertulis disertai alasan kepada perseroan atas rencana pengambilalihan ini," tulis manajemen.

Mengacu data laporan keuangan Maret 2020, pemegang saham TIFA adalah PT Dwi Satrya Utama, Tan Chong Credit Pte Ltd Singapura, dan investor publik.

Data perdagangan mencatat saham TIFA, Senin kemarin ditutup naik 5,17% di level Rp 244/saham dengan harga rata-rata saham di level Rp 239/saham. Dalam sebulan terakhir, saham TIFA melonjak 26%. Belum ada informasi soal harga, tapi dengan asumsi harga rata-rata itu, nilai akuisisi bisa mencapai Rp 208 miliar.

Rencana akuisisi ini sebetulnya pertama kali ramai pada September 2018 ketika itu diberitakan oleh media Korsel bahwa KDB diprediksi akan menghabiskan dana 10 miliar won atau setara Rp 118,16 miliar.

The Korea Times memberitakan bahwa dana tersebut diprediksi akan menjadi harga yang harus dibayar untuk membeli saham TIFA dari pengendalinya yaitu PT Dwi Satrya Utama.

Per kuartal II-2019 saat itu, Dwi Satrya Utama mengapit 38,61% saham TIFA, bersama dengan Tan Chong Credit Pte Ltd, Singapura dengan porsi 35,64%, dan publik 25,75%. Total jumlah modal disetor perseroan adalah Rp 107,97 miliar.

Pada Juni, perusahaan sudah menunjuk Deloitte Korea sebagai penasehat terhadap target akuisisi potensial di Indonesia. The Korea Times juga menginformasikan bahwa KDB sudah memiliki kantor di Indonesia sejak Februari.

Diberitakan The Korea Times, KDB membidik diversifikasi bisnisnya ke Asia Tenggara selama beberapa bulan terakhir, dengan menargetkan perusahaan keuangan yang dapat menawarkan beragam jasa dari mulai pembiayaan hingga pembiayaan kartu kredit.

Langkah tersebut juga merupakan langkah KDB untuk melihat ke luar pasar keuangan Korsel yang mulai terlalu ramai (crowded) di mana bank komersial mulai menghadapi kesulitan mendapatkan arus kas positif di tengah rendahnya suku bunga.

Saat ini KDB sudah masuk ke bidang perusahaan efek ketika secara tidak langsung mengakuisisi PT eTrading Securities dan mengganti namanya menjadi KDB Daewoo Securities.

Di Korsel, KDB menjadi pemilik Daewoo Securities Co setelah Grup Daewoo terpecah dan konglomerasi yang pernah menjadi chaebol kedua terbesar Korsel tersebut dinyatakan bangkrut dan terpecah-pecah pada 1999. Mirae Asset Securities akhirnya membeli Daewoo Securities dari KDB senilai 2,39 triliun won (US$ 2 miliar) dan entitasnya di Indonesia juga berganti nama menjadi PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia.

KDB sendiri adalah bank BUMN yang didirikan sejak 1954 untuk membiayai dan mengelola proyek industri utama untuk meluaskan pengembangan industri dan ekonomi nasional Negeri Ginseng.

Saat ini, perseroan bergelar bank terbesar ke-61 dunia pada 2018 dan berkat kebijakan pemerintah KDB sudah memfasilitasi normalisasi manajemen perusahaan bermasalah melalui restrukturisasi korporasi dan konsultasi serta menyediakan pendanaan modal bagi proyek pengembangan strategis.

Aset Tifa Finance mencapai Rp 1,19 triliun per Maret 2020, dengan ekuitas Rp 377,38 miliar. Pendapatan per Maret 2020 mencapai Rp 41,06 miliar, turun dari Maret 2019 Rp 50,38 miliar. Laba tahun berjalan pada kuartal I-2020 yakni Rp 6,67 miliar, turun dari Rp 8,03 miliar.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Satu Lagi Emiten RI Dicaplok Perusahaan Korea, Saham Naik 19%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular