Korea Selatan Resmi Tinggalkan Jurang Resesi, RI Kapan?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
30 May 2021 16:15
Korea Selatan
Foto: Korea Selatan (AP/Lee Jin-man)

Jakarta, CNBC Indonesia - Korea Selatan (Korsel) resmi lepas dari resesi akibat pandemi Covid-19 di kuartal I-2021. Negeri Gingseng sekali lagi menunjukkan 'kesaktiannya' cepat pulih dari berbagai krisis yang menghantam.

Pada akhir April lalu, pemerintah Korea Selatan melaporkan produk domestik bruto (PDB) Korsel tumbuh 1,8% di kuartal I-2021 dari periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Dengan demikian, Korsel resmi lepas dari resesi.

Suatu negara dikatakan mengalami resesi ketika PDB mengalami kontraksi dua kuartal beruntun secara YoY. Sebelumnya PDB Korsel sudah mengalami kontraksi selama tiga kuartal beruntun. Di kuartal IV-2020 PDB-nya mengalami kontraksi 1,2%, sementara tiga bulan sebelumnya minus 1,1%.

Korsel mengalami kontraksi perekonomian terburuk dalam lebih dari 20 tahun terakhir pada kuartal II-2021, minus 2,7% YoY. Di kuartal selanjutnya PDB berkontraksi 1,1%, dan di tiga bulan terakhir 2020 minus 1,2% sebelum akhirnya bangkit di awal tahun ini.

Kebangkitan perekonomian Korsel di tiga bulan pertama 2021 bahkan juga jauh lebih tinggi ketimbang proyeksi 1,1% para ekonom yang disurvei Reuters.

Sementara jika dilihat secara kuartalan (quarter-to-quarter/QtQ), PDB Korsel tumbuh 1,6% melanjutkan pertumbuhan dua kuartal sebelumnya.

Korsel kini menjadi negara kedua setelah China yang berhasil pulih dari kemerosotan ekonomi akibat pandemi Covid-19.

Pandemi Covid-19 yang melanda dunia sejak tahun lalu membuat Korea Selatan mengalami kontraksi ekonomi terparah sejak 1998, saat terjadi krisis finansial di Asia, atau yang dikenal dengan krisis moneter (krismon).

Korsel bersama Indonesia dan Thailand menjadi negara Asia yang paling terpukul akibat krisis 1998. Namun, "saktinya" Korsel menjadi negara pertama yang lepas dari krisis. Di awal 1999, PDB Korsel sudah mencatat pertumbuhan 5,4% yoy. Setelahnya, PDB-nya selaku tumbuh dua digit persentase sepanjang 1999.

Di tahun 2000 serta 2008, Korsel juga berhasil terhindar dengan cepat dari dot-com bubble serta krisis finansial global. Sementara di tahun 2013, tidak terkena dampak signfikan dari "taper tantrum".

Forbes menulis dalam beberapa dekade terakhir perekonomian Korsel menjadi kuat dan mampu lepas dari middle-income trap dengan menjadi pemimpin di produk elektronik, petrokimia, semikonduktor serta ekspor budaya populer. Dan belakangan ini, Korea Selatan berupaya mendiversifikasi perekonomiannya dari yang berorientasi ekspor, menjadi inovasi dan jasa.

Motor penggerak perekonomian dari sebelumnya disokong oleh perusahaan konglomerasi terbesar yang dikendalikan keluarga atau biasa disebut 'chaebol'. Misalnya Samsung coba dialihkan menjadi perusahaan startup yang membuka lapangan kerja baru.

CB Insight melaporkan, hingga saat ini Korsel memiliki 12 startup "unicorn" atau dengan valuasi US$ 1 miliar. Korsel juga menjadi negara dengan startup "unicorn" terbanyak ke-empat di dunia.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Indonesia Lepas Resesi di Kuartal II-2021

Sama dengan Korsel, Indonesia juga mengalami resesi akibat pandemi Covid-19. Pada Rabu (5/5/2021), BPS melaporkan ekonomi Indonesia pada tiga bulan pertama 2021 tumbuh -0,96% dibandingkan kuartal sebelumnya (quarter-to-quarter/qtq). Sementara dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy), ekonomi Indonesia tumbuh -0,74%.

PDB Indonesia mengalami kontraksi sejak kuartal II-2020, artinya sudah setahun Indonesia mengalami resesi. Pada kuartal II-2020, PDB Indonesia mengalami kontraksi hingga 5,32%, setelah terus membaik hingga tiga bulan pertama tahun ini.

Di kuartal II-2021, Indonesia kemungkinan besar akan lepas dari resesi. Menteri Keuangan Sri Mulyani yang cukup optimis dengan prospek pertumbuhan ekonomi RI. Bahkan sebelumnya mengatakan pada Q2-2021, ekonomi Indonesia akan tumbuh hingga 8%.

Dia mengatakan, sinyal pemulihan ekonomi ditunjukkan dengan kembalinya tingkat kepercayaan masyarakat ke level optimis pada angka 101,5. Angka ini jauh melampaui periode awal pandemi sejalan dengan tren mobilitas masyarakat yang mengalami peningkatan secara konsisten sejak bulan April.

Sementara itu Bank Indonesia (BI) meyakini pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Kuartal II-2021 bisa tumbuh melesat hingga kisaran 7%.

Deputi Gubernur Bank Indonesia, Dody Budi Waluyo menjelaskan, salah satu pemicu yang membuat perekonomian Indonesia pada kuartal II-2021 tumbuh tinggi, adalah beberapa sektor ekonomi yang sudah mulai pulih.

Tiga sektor utama yang mulai pulih dan mengalami peningkatan, kata Dody, di antaranya adalah sektor industri pengolahan, perdagangan, dan konstruksi.

"Kami percaya ekonomi di Kuartal II-2021 tumbuh 7% karena didukung tiga sektor, manufaktur, perdagangan, dan konstruksi," ujarnya dalam Indonesia Investment Forum 2021 secara virtual, Kamis (27/5/2021).

Seperti yang disebutkan oleh BI, industri pengolahan atau manufaktur mulai menunjukkan pemulihan. Tidak sekedar pulih, aktivitas manufaktur Indonesia bahkan mencatat rekor tertinggi sepanjang sejarah.

IHS Markit melaporkan aktivitas manufaktur yang dicerminkan dengan Purchasing Managers' Index (PMI) pada April 2021 sebesar 54,6. Naik dari bulan sebelumnya yaitu 53,2 dan mencapai titik tertinggi sepanjang sejarah pencatatan.

"Kunci dari perbaikan ini adalah pertumbuhan pemesanan baru (new orders) yang sangat pasar. Dunia usaha melakukan ekspansi yang signifikan, dan mencatat rekor tertinggi sejak survei dilakukan pada April 2011," sebut keterangan resmi IHS Markit, Senin (3/5/2021).

PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Angka di atas 50 menunjukkan dunia usaha tengah dalam fase ekspansi.

Ekspansi sektor manufaktur tersebut tentunya menjadi kabar bagus, sebab industri pengolahan berkontribusi nyaris 20% terhadap PDB Indonesia.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular