
Gegara Rupiah Loyo, Jababeka Cetak Rugi Rp 754 M di Q1

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten pengelola kawasan industri, PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) membukukan kerugian bersih Rp 754,13 miliar pada periode kuartal pertama tahun ini. Perolehan ini berkebalikan dengan tahun sebelumnya dengan meraih laba bersih Rp 76,66 miliar.
Sekretaris Perusahaan KIJA, Muljadi Suganda menyatakan, penurunan laba bersih yang sangat signifikan ini imbas dari pergerakan selisih kurs yang tercatat di kuartal pertama 2020 sebesar Rp 699,1 miliar dibandingkan laba selisih kurs sebesar Rp 56,9 milyar yang tercatat pada kuartal pertama 2019.
Selama kuartal pertama 2020, mata uang rupiah terdepresiasi secara signifikan dari Rp 13.901 per dolar AS pada awal tahun 2020 menjadi Rp 16.367 pada penutupan 31 Maret 2020.
Perseroan, kata Muljadi, telah melakukan lindung nilai sebesar dolar AS 200 juta atas sejumlah total Senior Notes sebesar Dolar AS 300 juta dengan batas lindung atas (upper strike) hingga Rp 15.997.
"Oleh karena adanya sebagian pinjaman Senior Notes sebesar Dolar AS 100 juta yang tidak terlindungi (unhedged portion) dan pelemahan nilai tukar Rupiah hingga melebihi batas lindung atas (upper strike), maka perseroan mengalami kerugian selisih kurs (unrealized forex loss) yang besar," katanya, dalam keterangan resmi, Rabu (1/7/2020).
Jababeka membukukan total penjualan dan pendapatan secara konsolidasi sebesar Rp 473,7 milyar selama kuartal pertama tahun 2020 (Q1 2020), menurun 19% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019.
Muljadi juga memberikan catatan, penyajian laporan keuangan ini berdasarkan PSAK 72, di mana perseroan mengakui penjualan/ pendapatan ketika (atau sebagai) entitas mentransfer kontrol barang atau jasa kepada pelanggan sebesar jumlah yang diharapkan entitas berhak. Dengan demikian, perseroan tidak lagi mengakui pendapatan dari properti berdasarkan persentasi penyelesaian.
Secara rinci, pendapatan dari bisnis Land Development & Property memberikan andil terhadap pendapatan sebesar Rp 119,6 miliar, turun 29% dari sebelumnya Rp 169,4 miliar, terutama disebabkan oleh penurunan penjualan kavling tanah dari Rp 110 miliar pada kuartal pertama 2019 menjadi Rp 35,1 miliar pada kuartal pertama tahun ini.
Sementara itu, pendapatan dari jasa infrastruktur turun 16% menjadi Rp 333,5 miliar dibandingkan sebelumnya Rp 395,1 miliar.
Penurunan ini terutama disebabkan penurunan pendapatan dari Bekasi Power sebesar Rp 52,5 milyar akibat dari pembangkit listriknya beroperasi lebih sedikit sehubungan dengan jangka waktu reserve shutdown oleh PLN yang berlangsung lebih lama selama 3 bulan pertama tahun ini.
Pendapatan berulang (recurring revenue) dari infrastruktur memberikan kontribusi 70% dari total pendapatan selama Q1 2020, dibandingkan dengan 68% tahun 2018. Adapun, pilar Leisure & Hospitality membukukan kenaikan 2% atas pendapatannya menjadi Rp 20,6 miliar pada Q1 2020.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Laba Jababeka di 2019 Capai Rp 119 M, Saham Terjerembab 54%