Jababeka Tekor Rp 266 M di Q3, Ternyata Gara-gara Ini!

tahir saleh, CNBC Indonesia
11 November 2020 16:11
Kawasan Industri Jababeka Kendal (dok. jababeka.com)
Foto: Kawasan Industri Jababeka Kendal (dok. jababeka.com)

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten kawasan industri di Cikarang, Kabupaten Bekasi, PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) membukukan rugi bersih pada 9 bulan pertama tahun ini sebesar Rp 266 miliar, dari periode yang sama tahun lalu atau September 2019 yang masih mencetak laba bersih Rp 66,06 miliar.

Berdasarkan laporan keuangan publikasi di Rabu ini (11/11/2020), penjualan dan pendapatan konsolidasi justru naik menjadi sebesar Rp 1,83 triliun pada kuartal ketiga tahun 2020, naik 29% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019 Rp 1,41 triliun.

Peningkatan pendapatan ini terutama didorong oleh peningkatan kontribusi penjualan dari lahan industri di Kendal, Jawa Tengah.

Manajemen perusahaan dalam pernyataan resmi mengungkapkan bahwa alasan utama penurunan kinerja yakni rugi bersih adalah dampak pergerakan selisih kurs.

"Pada kuartal ketiga 2020 perseroan membukukan rugi selisih kurs sebesar Rp 255,4 miliar dibandingkan dengan laba selisih kurs sebesar Rp 102,4 miliar pada periode yang sama tahun 2019," kata Corporate Secretary Jababeka, Muljadi Suganda, dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (11/11).

Adapun EBITDA (laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi) perseroan di kuartal ketiga sebesar Rp 609 miliar dibandingkan dengan Rp 450 miliar di tahun sebelumnya.

EBITDA dari pendapatan berulang (recurring revenue) perseroan yang berasal dari segmen bisnis infrastruktur sebesar Rp 289 miliar selama 9 bulan 2020, atau meningkat 1% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 285,1 miliar.

Pendapatan dari pilar bisnis Land Development dan Property naik 127% menjadi Rp 997,5 miliar selama 9 bulan 2020, dari sebelumnya Rp 438,5 miliar pada tahun 2019.

Peningkatan pendapatan ini sebagian besar berasal dari kinerja yang kuat di Kendal, di mana penjualan lahan industri di Kendal melonjak menjadi Rp 630,4 miliar selama 9 bulan tahun 2020 dibandingkan Rp 7,1 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

Pendapatan Pilar Infrastruktur menurun 16% menjadi Rp 767,3 miliar, terutama disebabkan oleh penurunan pendapatan Dry Port dan Bekasi Power, masing-masing sebesar 31% dan 18%.

Selama 3 kuartal 2020 terjadi penurunan volume kontainer yang ditangani Dry Port akibat pandemi Covid-19 dan berkurangnya keseluruhan kegiatan ekonomi (terutama ekspor impor), serta pemberlakuan status Reserve Shutdown yang lebih lama kepada Bekasi Power oleh PLN jika dibandingkan dengan 9 bulan tahun 2019.

Di sisi lain, pendapatan dari jasa dan pemeliharaan meningkat 6% (year on year) secara gabungan dibandingkan tahun lalu.

Pilar Leisure dan Hospitality mencatat sedikit peningkatan pendapatan menjadi Rp 64,2 miliar selama 3 kuartal di tahun 2020 dibandingkan dengan Rp 62,5 miliar selama periode yang sama tahun lalu.

"Sisi positifnya, pendapatan villa dan pariwisata justru mengalami pertumbuhan sebesar 72% (year on year) dibandingkan periode yang sama tahun lalu dan tumbuh 36% dari Rp 6,9 miliar pada kuartal kedua 2020 menjadi Rp 9,4 miliar pada kuartal ketiga 2020," katanya.

Di sisi lain, pendapatan berulang (recurring revenue) dari pilar Infrastruktur memberikan kontribusi sebesar 42% dari total pendapatan perseroan selama 3 kuartal tahun 2020, dibandingkan dengan 64% pada periode yang sama tahun 2019.

"Penurunan kontribusi ini diakibatkan peningkatan signifikan kontribusi pendapatan dari pilar Land Development dan Property."

Laba kotor perseroan naik 29% menjadi Rp 753,3 miliar selama 3 kuartal tahun 2020, selaras dengan kenaikan pendapatan perseroan.

Di saat yang sama, margin laba kotor konsolidasi perseroan selama 9 bulan 2020 tercatat sebesar 41%, sama dengan perolehan tahun sebelumnya.

Dalam hal penjualan real estat secara marketing (marketing sales), perseroan mencatat Rp 557,4 miliar selama 3 kuartal tahun 2020.

Penjualan dari produk industri (tanah matang atau tanah dan bangunan pabrik) berkontribusi sebesar 45%, sedangkan segmen perumahan/komersial dan lainnya berkontribusi 55%.

Dibandingkan dengan 9 bulan tahun 2019, perseroan mencatat sedikit lebih dari setengahnya pencapaian marketing sales tahun sebelumnya sebesar Rp 1,08 triliun yang dikarenakan kinerja selama 9 bulan tahun 2020 sangat dipengaruhi oleh pandemi Covid-19 yang berdampak pada pasar properti.

Namun demikian, penjualan pada kuartal ketiga 2020 meningkat lebih dari dua kali lipat dari perolehan kuartal kedua 2020 sebesar Rp 144,8 miliar menjadi Rp 301,8 miliar di kuartal ketiga 2020.

Data BEI mencatat, saham KIJA pada penutupan perdagangan Rabu ini (11/11) ditutup minus 1,01% di level Rp 196/saham dengan kapitalisasi pasar Rp 4,08 triliun. Sebulan terakhir saham KIJA minus hampir 5% dan year to date turun 33%.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gegara Rupiah Loyo, Jababeka Cetak Rugi Rp 754 M di Q1

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular