Jababeka (KIJA) Jual Lahan Buat Bayar Utang US$ 100 Juta

Romys Binekasri, CNBC Indonesia
18 July 2024 10:15
Aksi Demonstrasi Mahasiswa Tolak RUU Cipta Kerja Omnibus Law di Kawasan Industri Jababeka Cikarang, Jawa Barat, Rabu (7/10). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Aksi Demonstrasi Mahasiswa Tolak RUU Cipta Kerja Omnibus Law di Kawasan Industri Jababeka Cikarang, Jawa Barat, Rabu (7/10). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Kawasan Industroi Jababeka Tbk (KIJA) saat ini fokus untuk mengurangi beban dengan membayar utang senilai US$ 100 juta dari total utang US$ 280 juta. Pendiri sekaligus Direktur Utama PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) Setyono Djuandi mengatakan, pembayaran utang tersebut ditargetkan rampung tahun ini.

"Kami akan membayar utang perseroan sebesar US$ 100 juta," ujarnya di Menara Batavia Jakarta, dikutip Kamis (18/7).

Darmono menjelaskan utang tersebut merupakan Obligasi dan fasilitas pinjaman yang diperoleh dari PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI).

Ia mengungkapkan, cara perseroan dalam membayar utang tersebut dengan melakukan penjualan aset dalam bentuk tanah di Kawasan Industri Jababeka. "Kita perlu penjualan besar. Penjualan besar ya tadi kita mesti jual aset sekarang," sebutnya.

Adapun lahan yang dimiliki oleh KIJA di Kawasan Industri Jababeka, lanjutnya, seluas 5.600 hektare (ha). Nantinya, aset yang akan dijual perseroan hanya sebesar 500 ha.

"Kita punya 5.600 ha kalau mereka beli 500 ha saja Jababeka minat. Ekosistem kita juga sudah selesai, jadi kita cari investor. Kalau investor masuk utang kita beres semua ini strategi pertama," ungkapnya.

Sekain itu, Ia juga mengungkapkan, perseroan juga akan melaksanakan aksi korporasi di pasar modal melalui penawaran umum terbatas dalam rangka penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (PHMETD ) atau rights issue.

Dalam kesempatan yang sama, Wakil Direktur Utama PT Jababeka Tbk, T Budianto Liman menambahkan, alasan perseroan dalam melakukan pelunasan utang tersebut untuk memperbaiki arus kas.

Adapun obligasi memiliki jatuh tempo 2027, begitu pula dengan Bank Mandiri yang akan jatih pada tahun yang sama.

"Cuma yang kita ingin itu bisa melunasi tidak perlu sampai 2027 at least 100 juta yang kita inginginkan untuk segera kita bayar. Sehingga cashflow yang tadinya untuk bayar utang bisa untuk pengembangan proyek," pungkasnya.


(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Lahan di IKN Diserobot 'Orang', Ini Tanggapan Manajemen BCA

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular