Fundamental Pundit

Penjualan Tanah Seret, Kawasan Industri Jababeka (KIJA) Rugi Rp125 M

Muhammad Reza Ilham Taufani, CNBC Indonesia
07 May 2024 13:50
Jababeka Berisiko Gagal Bayar Utang
Foto: Jababeka Berisiko Gagal Bayar Utang (CNBC Indonesia TV)

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) mencatatkan rugi bersih pada kuartal pertama 2024. Rugi tersebut dipengaruhi oleh pendapatan KIJA anjlok signifikan. Penurunan kinerja ini menyebabkan penurunan harga saham sebesar 9,09% sepanjang 2024. Harga saham KIJA saat ini berada di level Rp 120 per saham.

Laba bersih perusahaan juga mengalami penurunan signifikan, mencatat rugi bersih sebesar Rp 107,7 miliar pada kuartal pertama 2024, dibandingkan dengan laba bersih sebesar Rp 322,3 miliar pada kuartal pertama tahun 2023. Penurunan ini sebagian besar disebabkan oleh faktor kerugian valuta asing dan dampak dari volatilitas valuta asing.

Total pendapatan perusahaan pada kuartal pertama 2024 mencapai Rp 688,6 miliar, menunjukkan penurunan sebesar 12% dari kuartal pertama tahun 2023. Apabila disetahunkan dengan perhitungan Trailing Twelve Months/TTM pendapatan KIJA sebesar Rp 3,2 triliun, turun tipis dibandingkan 2023 dan rugi bersih sebesar Rp 80 miliar.

Penurunan ini terutama dipengaruhi oleh kinerja segmen Land Development & Property Perseroan yang mengalami penurunan pendapatan sebesar 44%, menjadi Rp 208,9 miliar dari Rp 371,9 miliar pada secara tahunan (year on year/yoy).

Penurunan tersebut terutama disebabkan oleh penjualan tanah yang telah dikembangkan yang mengalami penurunan signifikan dari Rp 282,9 miliar di kuartal pertama 2023 menjadi Rp 106,4 miliar di kuartal pertama 2024, terutama karena kontribusi yang berkurang dari Kendal. Namun, segmen lain dari pilar Land Development & Property menunjukkan peningkatan pendapatan, mencapai Rp 87,0 miliar dari Rp 75,8 miliar.

Sementara itu, pendapatan dari pilar Infrastruktur naik 18% menjadi Rp 448,0 miliar, dibandingkan dengan Rp 378,8 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini sebagian besar didorong oleh segmen listrik yang meningkat dari Rp 240,1 miliar menjadi Rp 286,0 miliar, didukung oleh peningkatan pembelian listrik dan biaya gas yang naik sejak Januari 2024.

Pendapatan dari segmen jasa dan pemeliharaan juga tumbuh sebesar 7%, mencapai Rp 101,3 miliar, terutama karena peningkatan permintaan dari Kendal. Sementara itu, pendapatan dari dry port (CDP) meningkat dari Rp 44,0 miliar menjadi Rp 60,6 miliar, didorong oleh pertumbuhan peti kemas sebesar 30%.

Segmen Leisure & Hospitality KIJA mencatat peningkatan pendapatan sebesar 14%, mencapai Rp 31,7 miliar pada kuartal pertama 2024. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh kinerja yang lebih baik dari segmen pariwisata yang meningkat 50%.

Tidak hanya itu, penurunan kinerja terlihat dari laba kotor perusahaan yang mengalami penurunan 23% menjadi Rp 262,0 miliar, dibandingkan dengan Rp 339,2 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan ini sebagian besar disebabkan oleh peningkatan kontribusi pendapatan dari segmen Infrastruktur yang memiliki marjin laba kotor yang lebih rendah.

EBITDA perusahaan juga turun 40% menjadi Rp 181,0 miliar, dibandingkan dengan Rp 301,5 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Namun, dalam hal penjualan pemasaran Land Development dan Properti, Perseroan mencapai Rp 640,0 miliar, yang merupakan 26% dari target setahun penuh 2024.

Secara valuasi, KIJA tergolong murah dengan PBV di atas rata-rata. Meski demikian, harga sahamnya kurang dari setengah dari total modalnya yang menunjukkan level harga murah. Hal ini diperkirakan akibat industri kawasan industri yang juga kompak mencatat kerugian pada kuartal ini. Secara kesehatan keuangan, KIJA memiliki risiko utang yang aman, sehingga terhindar dari risiko gagal bayar utang.

Layakkah investasi?

Di tengah penurunan kinerja perseroan pada kuartal pertama ini, siaran pers perusahaan menyatakan Perseroan optimis akan mencapai target penjualan pemasaran yang ditetapkan untuk tahun penuh 2024 sebesar Rp 2,5 triliun. Sebagian besar target tersebut berasal dari proyek-proyek di Cikarang dan Kendal, dengan harapan untuk meningkatkan kinerja di masa mendatang.

Meskipun terdapat beberapa tantangan yang dihadapi oleh PT Jababeka Tbk pada kuartal pertama tahun 2024, perusahaan tetap berusaha untuk mengatasi hambatan tersebut dan berfokus pada pencapaian target-target yang telah ditetapkan. Namun, kinerja perusahaan sejenis yang mencatat kerugian pada kuartal pertama tahun ini menunjukkan sektor kawasan industri yang masih belum bangkit. Berdasarkan hal tersebut, berinvestasi saham KIJA masih cukup berisiko dengan belum terlihatnya dampak dari proyek yang CIkarang dan Kendal yang sedang dikembangkan.

 



CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

 

(mza)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation