Newsletter

Waspadai Efek Mega-Skandal Jiwasraya ke Bursa

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
26 June 2020 05:59
Masih Dihantui Virus Corona, IHSG Merah. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia mengalami koreksi pada perdagangan kemarin. Apa mau dikata, sentimen negatif dari luar begitu mengkhawatirkan sehingga membuat investor tidak berani menyentuh aset-aset berisiko.

Kemarin, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah signifikan 1,37% di posisi 4.896,73. IHSG menjadi indeks saham terlemah ketiga di Asia, hanya lebih baik dari Kospi (Korea Selatan) dan Straits Times (Singapura).

Berikut perkembangan indeks saham utama Asia pada perdagangan kemarin:

Sementara nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berada di Rp 14.100/US$ saat penutupan pasar spot. Rupiah melemah 0,14% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Pasar dihebohkan oleh proyeksi terbaru keluaran Dana Moneter Internasional (IMF). Lembaga yang dipimpin Kristalina Georgieva itu merevisi prakiraan ekonomi global 2020 yang awalnya terkontraksi (tumbuh negatif) -3% menjadi -4,9%.

imfIMF

"Pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) memberi dampak negatif terhadap aktivitas masyarakat lebih parah dibandingkan perkiraan sebelumnya dan pemulihan ekonomi akan berlangsung secara gradual. Dampak terhadap pendapatan rumah tangga begitu parah, menghapus segala kemajuan yang telah dicapai dalam hal pengentasan kemiskinan sejak 1990-an," sebut keterangan tertulis IMF.

Awalnya, IMF memperkirakan ekonomi Indonesia pada 2020 masih tumbuh meski minimalis di 0,5%. Namun kemudian direvisi menjadi -0,3%. Jika terjadi, maka akan menjadi pencapaian terendah sejak 1999.

Selain itu, investor (dan dunia) juga cemas akan risiko perang dagang baru antara AS dan negara-negara Eropa. Beredar kabar bahwa AS akan mengenakan bea masuk terhadap importasi produk-produk asal Inggris, Prancis, Spanyol, dan Jerman dengan nilai total US$ 3,1 miliar. Produk-produk yang bakal kena bea masuk adalah minyak zaitun, kopi, coklat, truk, dan lain-lain.

Tidak main-main, tarif bea masuk yang dikenakan bisa sampai 100%. Kantor Perwakilan Dagang AS akan mulai meminta masukan publik pada 26 Juli.

Pandemi virus corona saja sudah berat, ini ada tambahan masalah yaitu kemungkinan perang dagang. Situasi yang mencekam ini membuat investor memilih untuk berlindung di sekitar aset-aset aman seperti dolar AS dan emas.

Beralih ke bursa saham New York, ada kabar baik di mana tiga indeks utama ditutup menguat. Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 1,18%, S&P 500 bertambah 1,1%, dan Nasdaq Composite terangkat 1,09%.

Kemarin, tiga indeks ini melemah sampai lebih dari 2%. Ini membuat harga aset di Wall Street menjadi lebih murah sehingga menarik untuk dikoleksi.

Kemudian, data terbaru di AS juga memberi angin segar. Jumlah klaim tunjangan pengangguran AS pada pekan yang berakhir 20 Juni tercatat 1,48 juta, berkurang 60.000 dibandingkan sepekan sebelumnya. Sejak mencapai puncak di 6,86 juta pada Maret, klaim tunjangan pengangguran terus menurun yang menandakan dunia usaha mulai membuka lapangan kerja meski belum masif.

Data lainnya adalah pemesanan barang tahan lama (durable goods) yang pada Mei 2020 melonjak 15,8% dibandingkan bulan sebelumnya. Ini menjadi rekor tertinggi sejak Juli 2014.

Sementara pemesanan barang modal inti (non-pertahanan dan di luar pesawat terbang) tumbuh 2,3% pada Mei 2020 dibandingkan sebulan sebelumnya. Ini menjadi pertumbuhan tertinggi sejak Januari 2016.

"Memang ada kabar baik yaitu dunia usaha mulai menjalankan roda bisnis mereka seiring reopening. Namun dengan kekhawatiran gelombang serangan kedua (second wave outbreak) virus corona, perusahaan akan sangat hati-hati untuk berinvestasi," kata Chris Rupkey, Kepala Ekonom MUFG yang berbasis di New York, seperti dikutip dari Reuters.

US Centers for Disease Control and Prevention mencatat jumlah pasien positif corona di Negeri Paman Sam per 24 Juni adalah 2.336.615 orang. Bertambah 34.327 orang (1,49%) dibandingkan bulan sebelumnya.

Penambahan pasien 34.327 orang dalam sehari adalah yang tertinggi sejak 24 April. Sementara secara persentase, pertumbuhan 1,49% menjadi yang tertinggi sejak 20 Juni.

Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentunya perkembangan Wall Street. Ada optimisme di New York yang diharapkan mampu menular ke Asia, termasuk Indonesia.

Sentimen kedua masih seputar penyebaran virus corona. Di Indonesia, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 melaporkan jumlah pasien positif corona per 25 Juni adalah 50.187 orang. Bertambah 1.178 orang (2,4%) dibandingkan posisi sehari sebelumnya.

Secara nominal, penambahan 1.178 orang menjadi yang tertinggi sejak 20 Juni. Sedangkan secara persentase, kenaikan 2,4% menjadi yang tertinggi juga sejak 20 Juni.

Sudah tiga hari beruntun kasus baru bertambah lebih dari 1.000 per hari. Kemudian dalam empat hari terakhir, terjadi kenaikan jumlah kasus lebih dari 2% per hari.

Indonesia juga masih menjadi negara dengan kasus corona tertinggi di ASEAN. Semakin jauh meninggalkan Singapura di posisi kedua.

Namun ada kabar baik. Mengutip catatan The Bonza, semakin banyak provinsi yang memiliki tingkat reproduksi (Rt) di bawah 1. Artinya, seorang pasien positif corona tidak menginfeksi orang lain, ada harapan penularan bisa ditekan.

Meski rata-rata Rt nasional adalah 1, artinya masih ada penyebaran karena seorang pasien positif corona berpotensi menulari satu orang lain, tetapi ada harapan. Misalnya di Jawa Timur, daerah yang dalam beberapa waktu terakhir menjadi sorotan karena mencatatkan kenaikan jumlah kasus harian tertinggi di Indonesia, sudah memiliki Rt di bawah 1. Jadi penularan virus corona di Jawa Timur sudah bisa diminimalkan.

Ke depan, bukan tidak mungkin penyebaran virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini bisa diturunkan jika Rt sudah berada di bawah 1. Butuh usaha sedikit lagi. Kuncinya adalah masyarakat harus tertib memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak.

Sentimen ketiga, ada kemungkinan pasar keuangan akan merespons perkembangan terbaru dari kasus mega-skandal PT Asuransi Jiwasraya. Kemarin, Kejaksaan Agung menetapkan tujuh individu dan 13 perusahaan manajer investasi sebagai tersangka.

Khawatir bakal terseret atau mengalami masalah lainnya, investor melakukan aksi jual di pasar saham Tanah Air. Sejatinya kemarin koreksi IHSG sempat menipis, tetapi kala Kejaksaan Agung mengumumkan pihak-pihak yang menjadi tersangka kasus Jiwasraya, IHSG seolah-olah 'dibanting' sehingga ambles lebih dari 1%.

Ada risiko investor, terutama investor reksadana saham, memilih untuk melakukan pencairan (redeem). Ketika investor reksadana melepas kepemilikannya, otomatis saham yang masuk di portofolio reksadana.itu juga dilepas. Jika ini terjadi secara massal, maka IHSG secara keseluruhan bakal melemah.

Hukum harus ditegakkan. Siapa yang bersalah, apalagi kalau sampai ada kerugian negara, harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. Namun ada kemungkinan langkah ini membuat nyali pelaku pasar ciut untuk masuk bursa, yang ada malah ramai-ramai meninggalkannya untuk mencari aman.

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

1. Rilis data inflasi area Tokyo (Jepang) periode Juni (06:30 WIB).

2. Rilis data statistik posisi investasi internasional Indonesia periode kuartal I-2020 (10:00 WIB).

3. Rilis data indeks keyakinan konsumen Prancis periode Juni (13:45 WIB).

4. Rilis data konsumsi personal AS periode Mei (19:30 WIB).

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

Indikator

Tingkat

Pertumbuhan ekonomi (kuartal I-2020 YoY)

2,97%

Inflasi (Mei 2020 YoY)

2,19%

BI 7 Day Reverse Repo Rate (Juni 2020)

4,25%

Surplus/defisit anggaran (Perpres No 54/2020)

-5,07% PDB

Surplus/defisit transaksi berjalan (kuartal I-2020)

-1,42% PDB

Surplus/defisit Neraca Pembayaran Indonesia (kuartal I-2020)

-US$ 8,54 miliar

Cadangan devisa (Mei 2020)

US$ 130,54 miliar

 

Untuk mendapatkan informasi seputar data-data pasar, silakan klik di sini.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular