Ramalan IMF Bikin Rupiah Jadi Terburuk Kedua di Asia

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
25 June 2020 16:37
rupiah melemah terhadap Dollar
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (25/6/2020), meski masih tipis hingga tengah hari. Proyeksi pertumbuhan ekonomi global terbaru dari Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) membuat sentimen pelaku pasar memburuk, yang membuat rupiah tertekan.

Rupiah mengawali perdagangan dengan stagnan di Rp 14.080/US$, kemudian sempat menguat 0,07% sesaat sebelum masuk ke zona merah. Depresiasi rupiah berlanjut hingga 0,28%, tetapi di penutupan perdagangan mampu dipangkas menjadi 0,14% di Rp 14.100/US$, di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Dengan pelemahan tersebut rupiah menjadi mata uang dengan kinerja terburuk kedua di Asia, hanya lebih baik dari yuan China yang melemah 0,28% hingga pukul 15:32 WIB. Tetapi posisi tersebut bisa berubah mengingat perdagangan di negara lain masih belum berakhir.

Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Benua Kuning. 

Rupiah sebenarnya mulai mengumpulkan momentum penguatan dalam 2 hari terakhir. Pada perdagangan Selasa rupiah berakhir stagnan, menghentikan rentetan penurunan dalam 2 hari perdagangan sebelumnya. Rabu kemarin, rupiah akhirnya mampu menguat.

Tanda-tanda pemulihan ekonomi di Eropa membuat sentimen pelaku pasar membaik kemarin dan rupiah mendapat tenaga menguat.

Selasa lalu, Markit melaporkan purchasing managers' index (PMI) manufaktur dan jasa dari zona euro yang cukup mengejutkan. PMI manufaktur Prancis kembali menunjukkan ekspansi, kemudian Jerman dan zona euro secara keseluruhan meski masih berkontraksi tetapi menunjukkan perbaikan yang jauh lebih baik dari prediksi analis.

Begitu juga dengan sektor manufaktur Inggris yang kembali berekspansi setelah mengalami kontraksi tajam dalam 3 bulan beruntun.

Data PMI tersebut mengingatkan PMI manufaktur China yang juga langsung berekspansi ketika kebijakan lockdown dilonggarkan.

Harapan akan pemulihan ekonomi V-shape pun kembali muncul, yang membuat mood pelaku pasar membaik.

Tetapi sayangnya mood pelaku pasar kembali memburuk pada hari ini, yang membuat rupiah akhirnya tertekan.

IMF dalam rilis terbarunya yang berjudul A Crisis Like No Other, An Uncertain Recovery kembali memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global.

"Pandemi Covid-19 memiliki dampak yang negatif pada paruh pertama 2020 daripada yang diperkirakan," tulis lembaga itu, dikutip CNBC Indonesia, Kamis (25/6/2020).

Di negara dengan tingkat penularan Covid-19 dengan tren menurun, pemulihan ekonomi masih akan lambat karena aturan social distancing yang diberlakukan, dan akan berpengaruh hingga semester II-2020.

Sementara di negara yang masih berjuang menghadapi pandemi, lockdwon akan terjadi lebih lama, sehingga pemulihan ekonomi pun akan memerlukan waktu yang lebih lama.

Dalam rilis tersebut, IMF memprediksi perekonomian global di tahun ini akan berkontraksi atau minus 4,9% lebih dalam ketimbang proyeksi yang diberikan pada bulan April lalu minus 3%.

Nyaris semua negara, dari negara maju hingga negara berkembang diramal akan mengalami kontraksi ekonomi. Secara umum, perekonomian negara maju akan minus 8%.

Amerika Serikat (AS), negara dengan nilai ekonomi terbesar di dunia diprediksi mengalami kontraksi 8%, kemudian ekonomi zona euro -10,2%. Jepang, negara dengan nilai ekonomi terbesar ketiga di dunia diprediksi -5,8%.

Sementara itu, dari negara berkembang secara umum diramal minus 3%, tetapi perekonomian China diprediksi masih bisa tumbuh 1%. Sementara itu perekonomian Indonesia juga diprediksi -0,3% di tahun ini.

Rilis terbaru dari IMF tersebut membuat sentimen pelaku pasar memburuk, sehingga akan lebih berhati-hati mengalirkan modalnya ke negara emerging market, rupiah pun apes.

Pergerakan rupiah memang sangat rentan oleh keluar masuknya aliran modal (hot money) sebagai sumber devisa. Sebabnya, pos pendapatan devisa lain yakni transaksi berjalan (current account), belum bisa diandalkan, karena masih mengalami defisit.

Praktis pasokan valas hanya dari hot money, yang mudah masuk-keluar. Ketika terjadi capital outflow yang besar maka tekanan bagi rupiah akan semakin kuat.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular