Kemarin Ambles 1%, Kurs Dolar Australia Kini Naik ke Rp 9.687

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
25 June 2020 15:11
FILE PHOTO: Australian dollars are seen in an illustration photo February 8, 2018. REUTERS/Daniel Munoz/File Photo
Foto: Foto Ilustrasi mata uang Dolar Australia. REUTERS / Daniel Munoz / File Photo

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia menguat melawan rupiah pada perdagangan Kamis (25/6/2020), rilis terbaru Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) terkait pertumbuhan ekonomi global membuat arah pasar berubah.

Rupiah yang Rabu kemarin mulai mengumpulkan momentum penguatan hari ini malah kembali melemah.

Pada pukul 14:08 WIB, AU$ 1 setara Rp 9.687,73, dolar Australia menguat 0,18% di pasar spot melansir data Refinitiv. Sementara kemarin, dolar Australia merosot lebih dari 1%.

Tanda-tanda pemulihan ekonomi di Eropa membuat sentimen pelaku pasar membaik kemarin dan rupiah mendapat tenaga menguat.

Selasa lalu, Markit melaporkan purchasing managers' index (PMI) manufaktur dan jasa dari zona euro yang cukup mengejutkan. PMI manufaktur Prancis kembali menunjukkan ekspansi, kemudian Jerman dan zona euro secara keseluruhan meski masih berkontraksi tetapi menunjukkan perbaikan yang jauh lebih baik dari prediksi analis.

Begitu juga dengan sektor manufaktur Inggris yang kembali berekspansi setelah mengalami kontraksi tajam dalam 3 bulan beruntun.

Data PMI tersebut mengingatkan PMI manufaktur China yang juga langsung berekspansi ketika kebijakan lockdown dilonggarkan.

Harapan akan pemulihan ekonomi v-shape pun kembali muncul, yang membuat mood pelaku pasar membaik.

Tetapi sayangnya mood pelaku pasar kembali memburuk setelah IMF dalam rilis terbarunya yang berjudul A Crisis Like No Other, An Uncertain Recovery kembali memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global.

"Pandemi Covid-19 memiliki dampak yang negatif pada paruh pertama 2020 daripada yang diperkirakan," tulis lembaga itu, dikutip CNBC Indonesia, Kamis (25/6/2020).

Di negara dengan tingkat penularan Covid-19 dengan tren menurun, pemulihan ekonomi masih akan lambat karena aturan social distancing yang diberlakukan, dan akan berpengaruh hingga semester II-2020.

Sementara di negara yang masih berjuang menghadapi pandemi, lockdwon akan terjadi lebih lama, sehingga pemulihan ekonomi pun akan memerlukan waktu yang lebih lama.

Dalam rilis tersebut, IMF memprediksi perekonomian global di tahun ini akan berkontraksi atau minus 4,9% lebih dalam ketimbang proyeksi yang diberikan pada bulan April lalu minus 3%.

Nyaris semua negara, dari negara maju hingga negara berkembang diramal akan mengalami kontraksi ekonomi. Secara umum, perekonomian negara maju akan minus 8%.

Amerika Serikat (AS), negara dengan nilai ekonomi terbesar di dunia diprediksi mengalami kontraksi 8%, kemudian ekonomi zona euro -10,2%. Jepang, negara dengan nilai ekonomi terbesar ketiga di dunia diprediksi -5,8%.

Sementara itu, dari negara berkembang secara umum diramal minus 3%, tetapi perekonomian China diprediksi masih bisa tumbuh 1%. Sementara itu perekonomian Indonesia juga diprediksi -0,3% di tahun ini.

Alhasil, sentimen pelaku pasar kembali memburuk, dan rupiah berbalik tertekan.


TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tahun Lalu Jeblok 4%, Dolar Australia Turun Lagi di Awal 2022

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular