Lagi-Lagi Karena China, Dolar Australia Berjaya Lawan Rupiah

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
20 January 2022 14:20
An Australia Dollar note is seen in this illustration photo June 1, 2017. REUTERS/Thomas White/Illustration
Foto: Dolar Australia (REUTERS/Thomas White)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank sentral China (People's Bank of China/PBoC) memangkas suku bunga acuannya pada hari ini, Kamis (20/1). Dampak kebijakan tersebut berpengaruh ke pasar mata uang, dolar Australia lagi-lagi diuntungkan.

Hingga pukul 12:31 WIB, dolar Australia mampu menguat 0,26% melawan rupiah ke Rp 10.380,4/AU$, setelah naik 0,56% kemarin.

PBoC pagi ini memangkas loan prime rate tenor 1 tahun sebesar 10 basis pion menjadi 3,7%. Sementara itu loan prime rate tenor 5 tahun dipangkas 5 basis poin menjadi 4,6%, ini merupakan pemangkasan pertama sejak April 2020.

Kebijakan China bisa dikatakan berbeda dengan bank sentral lainnya, di mana saat ini sedang bersiap untuk mengetatkan kebijakan moneter.

Penurunan suku bunga tersebut tentunya berdampak bagus bagi perekonomian. Ketika aktivitas dunia usaha China berputar lebih kencang, Australia juga akan diuntungkan. Sebab, China merupakan pasar ekspor utama Australia, khususnya komoditas.

Hal tersebut yang membuat dolar Australia kembali menguat melawan rupiah pada hari ini.

Di sisi lain, rupiah kini menanti pengumuman kebijakan moneter dari Bank Indonesia (BI). Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan BI 7 Day Reverse Repo Rate bertahan di 3,5%. Seluruh institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus sepakat bulat, tidak ada yang mbalelo.

Jika sesuai ekspektasi, maka suku bunga acuan akan bertahan di 3,5% sejak Februari 2021 atau hampir setahun. Ini adalah suku bunga acuan terendah dalam sejarah Indonesia merdeka.

Meski demikian, BI diperkirakan akan menaikkan suku bunga pada pertengahan tahun ini.

"Saya memperkirakan BI 7 Day Reverse Repo Rate baru naik paling cepat Juni," ujar Tirta Citradi, Ekonom MNC Sekuritas.

"Kenaikan suku bunga acuan kemungkinan baru terjadi pada semester II, sebanyak 50 basis poin (bps). Namun kenaikan ini akan tergantung dari perkembangan inflasi domestik," sebut Helmi Arman, Ekonom Citi.

Jika Gubernur BI, Perry Warjiyo, memberikan sinyal suku bunga akan dinaikkan di pertengahan tahun ini, maka rupiah berpeluang bangkit.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tahun Lalu Jeblok 4%, Dolar Australia Turun Lagi di Awal 2022

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular