Sentimen Campur Aduk, Harga CPO Ambles 0,5%

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
15 June 2020 13:41
Pekerja mengangkut hasil panen kelapa Sawit di kebun Cimulang, Bogor, Jawa Barat, Jumat (15/3). Badan Pusat Statistik BPS  mengumumkan neraca Perdagangan (Ekspor-impor) Pada bulan Februari, nilai ekspor mencapai US$ 12,53 miliar, atau turun 11,33% dari tahun sebelumnya (YoY). Nilai ekspor minyak sawit sepanjang Januari-Februari 2019 hanya mencapai US$ 2,94 miliar, yang artinya turun 15,06% dibandingkan periode yang sama pada tahun 2018.  (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Pekerja mengangkut hasil panen kelapa Sawit di kebun Cimulang, Bogor, Jawa Barat, Jumat (15/3). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga komoditas unggulan Negeri Jiran dan Indonesia yakni minyak sawit mentah (CPO) melemah pada perdagangan hari ini. Sentimen di pasar sedang campur aduk (mixed) antara lonjakan ekspor bulan Juni dan penurunan harga minyak mentah.

Mengawali pekan ini Senin (15/6/2020) pada 11.29 WIB, harga CPO kontrak untuk pengiriman Agustus 2020 di Bursa Malaysia Derivatif Exchange turun 0,51% ke RM 2.359/ton. 

Harga CPO melemah akibat mengekor harga minyak mentah yang turun karena adanya kekhawatiran gelombang kedua wabah. Beijing melaporkan adanya lonjakan kasus baru akhir-akhir ini. 

Di Beijing lonjakan kasus infeksi baru dilaporkan berasal dari kluster pasar makanan Xinfadi. Setelah berminggu-minggu hampir tak melaporkan adanya penambahan kasus baru, kini Beijing telah mencatat lusinan kasus baru dalam beberapa hari terakhir. 

Hampir tidak ada kasus virus corona baru di kota tersebut selama hampir dua bulan sampai infeksi baru kembali dilaporkan pada 12 Juni, dan sejak itu jumlah total telah meningkat menjadi 51, melansir Reuters.

Kini beralih ke AS, beberapa negara bagian Paman Sam kembali melaporkan lonjakan jumlah kasus baru. Alabama melaporkan rekor jumlah kasus baru untuk hari keempat berturut-turut hingga hari Minggu. Alaska, Arizona, Arkansas, California, Florida, North Carolina, Oklahoma dan South Carolina semuanya memiliki jumlah kasus baru dalam tiga hari terakhir, menurut penghitungan Reuters.

Banyak pejabat kesehatan publik yang mengaitkan kenaikan kasus baru tersebut dengan pertemuan selama liburan akhir pekan Memorial Day pada akhir Mei. Di Louisiana, yang merupakan salah satu hot spot virus sebelumnya, kasus baru kembali meningkat dengan lebih dari 1.200 - dan menjadi yang tertinggi sejak 21 Mei.

Secara nasional, ada lebih dari 25.000 kasus baru yang dilaporkan pada hari Sabtu, tertinggi sejak 2 Mei. Lonjakan kasus ini sebagian karena adanya peningkatan yang signifikan dalam pengujian selama enam minggu terakhir.

Ancaman akan gelombang kedua wabah ini lah yang membuat harga minyak mentah turun ke bawah US$ 40/barel. CPO merupakan salah satu bahan baku biodiesel yang menjadi bahan bakar pengganti minyak. Anjloknya harga minyak mentah membuat penggunaan CPO untuk biodiesel menjadi kurang ekonomis sehingga berdampak pada permintaannya.

Namun faktor lain yang membuat harga CPO tak banyak terkoreksi adalah prospek ekspor Malaysia yang membaik di bulan Juni. Ekspor minyak sawit Malaysia untuk periode 1 hingga 15 Juni melonjak 82,7% dari periode yang sama bulan Mei, menurut data dari surveyor kargo Amspec Malaysia yang dirilis selama istirahat tengah hari. 

"Lonjakan kemungkinan karena pengiriman yang lebih besar ke India, Pakistan dan Uni Eropa," kata Varqa.

"Harga minyak mentah (berjangka) diperdagangkan di kedua sisi pasar karena prospek ekspor Juni yang kuat tetapi juga terbebani oleh kegelisahan di pasar ekuitas karena ketakutan akan kebangkitan pandemi," kata Sathia Varqa dari Palm Oil Analytics yang berbasis di Singapura, melansir Reuters.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg) Next Article Second Wave Covid-19, Ancaman Baru untuk Komoditas

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular