Round Up Sepekan

Ekspor Meningkat, Harga CPO Sepekan Terapresiasi

Haryanto, CNBC Indonesia
14 June 2020 11:20
Pekerja mengangkut hasil panen kelapa Sawit di kebun Cimulang, Bogor, Jawa Barat, Jumat (15/3). Badan Pusat Statistik BPS  mengumumkan neraca Perdagangan (Ekspor-impor) Pada bulan Februari, nilai ekspor mencapai US$ 12,53 miliar, atau turun 11,33% dari tahun sebelumnya (YoY). Nilai ekspor minyak sawit sepanjang Januari-Februari 2019 hanya mencapai US$ 2,94 miliar, yang artinya turun 15,06% dibandingkan periode yang sama pada tahun 2018.  (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Pekerja mengangkut hasil panen kelapa Sawit di kebun Cimulang, Bogor, Jawa Barat, Jumat (15/3). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) menguat di tengah kenaikan ekspor minyak sawit Malaysia dalam 10 hari pertama bulan Juni untuk kontrak pengiriman bulan Agustus di Bursa Malaysia Derivatif Exchange.

Menurut surveyor kargo Societe Generale de Surveillance ekspor produk minyak sawit Malaysia untuk periode 1-10 Juni 2020 naik 63,8% menjadi 580.096 ton naik signifikan dari 354.090 ton pada pengiriman 1-10 Mei 2020 lalu.

Selama minggu ini (week on week/WoW), harga CPO di Bursa Malaysia untuk kontrak yang berakhir 14 Agustus 2020 melonjak 0,98% ke RM 2.371/ton pada Jumat kemarin (12/6/2020) dari perdagangan akhir pekan lalu, Jumat (5/6/2020) di RM 2.348/ton.

Sementara sepanjang bulan Mei lalu, harga komoditas ini naik sampai hampir 10%. Ini menjadi kenaikan bulanan tertinggi sejak Desember tahun lalu.

 

 

Penguatan harga CPO juga terdorong oleh persediaan minyak sawit Malaysia pada akhir Mei turun 0,5% dari bulan sebelumnya menjadi 2,03 juta ton mengacu pada data Dewan Minyak Sawit Malaysia (MPOB) mengatakan pada hari Rabu kemarin (10/6/2020). Sementara produksi minyak sawit mentah turun 0,09% dari April menjadi 1,65 juta ton di bulan lalu.

Selain itu, harapan akan roda ekonomi yang kembali berputar seiring penerapan kenormalan baru (new normal) membuat permintaan CPO diperkirakan meningkat.

Indonesia dan India adalah dua negara konsumen CPO terbesar di dunia. Kebetulan keduanya akan segera menerapkan new normal setelah berbulan-bulan aktivitas masyarakat sangat dibatasi gara-gara penyebaran virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19).

Di Indonesia, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 mengumumkan ada 102 kabupaten/kota yang sudah masuk kategori zona hijau dan siap menjalankan new normal.

"Intinya keberhasilan masyarakat produktif dan aman Covid-19 sangat tergantung, saya ulang sekali, lagi sangat tergantung kepada kedisiplinan masyarakat dan kesadaran kolektif dalam mematuhi protokol kesehatan. Antara lain wajib pakai masker, jaga jarak aman, cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, senantiasa melaksanakan olahraga yang teratur, istirahat cukup dan tidak boleh panik, serta upayakan selalu dapat mengonsumsi makanan yang bergizi," jelas Doni Monardo, Ketua Gugus Tugas.

Sementara di India, kebijakan pembatasan sosial lebih ekstrem lagi dengan pemberlakuan karantina wilayah (lockdown). Namun pemerintahan Perdana Menteri Narendra Modi akan mulai melonggarkan lockdown pada 8 Juni.

"Kita punya dua tantangan, menekan transmisi virus dan mendorong aktivitas publik secara bertahap. Meski kita mulai mencabut lockdown secara gradual, tetapi perlu diingat bahwa belum ada vaksin atau solusi lainnya sehingga senjata terbesar dalam memerangi virus ini adalah dengan pembatasan sosial," tegas Modi, seperti diberitakan Reuters.

Selain itu, hubungan diplomatik India-Malaysia yang sempat menegang kini sudah membaik. Kedua negara sudah berkomitmen untuk membangun hubungan yang konstruktif dan saling menguntungkan.

Salah satunya adalah di bidang ekonomi. Malaysia sudah meneken pembelian beras dari India sebanyak 100.000 ton sementara India balas mendatangkan CPO dari Malaysia sebanyak 200.000 ton.

Berbagai sentimen tersebut menandakan bahwa ke depan permintaan CPO akan meningkat. Saat permintaan naik, otomatis harga pun terangkat.

Kendati demikian, kontrak berjangka minyak sawit mentah (CPO) di Bursa Malaysia Derivatif Exchange (BMDEx) kemungkinan akan diperdagangkan dalam mode hati-hati pada minggu depan, dengan para pelaku pasar khawatir atas gelombang kedua pandemi COVID-19.

Pemilik dan co-founder Palm Oil Analytics yang berbasis di Singapura, Dr Sathia Varqa mengatakan kebangkitan pandemi ini dapat mengekang kecepatan pemulihan di mulainya kembali aktivitas ekonomi.

"Perdagangan CPO akan mencermati pasar keuangan global yang bereaksi terhadap kekhawatiran atas gelombang kedua pandemi karena jumlah kasus di AS telah melampaui dua juta," katanya kepada Bernama (Kantor Berita Nasional Malaysia), melansir dari Reuters.

 

TIM RISET CNBC INDONESIA


(har/har)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Usai Ambles-amblesan, Harga CPO Terbang Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular