
Ambles 2% Hari Ini, Harga CPO Turun di Bawah RM 2.400/Ton

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) melemah signifikan siang hari ini Kamis (25/6/2020) setelah dikabarkan eskpor minyak sawit pada periode 1-25 Juni lebih rendah dari perkiraan.
Harga CPO untuk kontrak pengiriman September 2020 di Bursa Malaysia Derivatif mengalami penurunan sebesar 49 ringgit atau 2,01% ke RM 2.387/ton.
Ekspor minyak sawit dari Negeri Jiran pada periode 1-25 Juni diperkirakan naik antara 35,5% - 37,2% dibanding periode yang sama bulan Mei lalu menurut perusahaan surveyor kargo. Angka ini jauh lebih rendah dibanding periode 1-20 Juni yang kenaikannya mencapai 50% - 57%.
Kenaikan ekspor minyak nabati dari Negeri Jiran dipicu oleh membaiknya permintaan seiring dengan relaksasi lockdown di berbagai negara destinasi ekspor seperti Uni Eropa, China dan India.
Selain itu anjloknya harga minyak juga turut membebani harga CPO. Harga minyak mentah jatuh nyaris 6% kemarin karena stok minyak mentah AS yang naik dan lonjakan kasus baru yang terjadi di Amerika, Jerman dan negara-negara lain.
Akibat jumlah kasus baru infeksi Covid-19 meningkat, gubernur New York, New Jersey dan Connecticut meminta pengunjung wilayah tersebut yang berasal dari sembilan negara bagian lain untuk di karantina selama 14 hari.
Beralih ke Jerman, Negeri Panser melaporkan angka reproduksi virus (Rt) Jerman naik menjadi 2,76. Artinya satu orang pasien Covid-19 dapat menularkan ke setidaknya 3 orang lainnya.
Kekhawatiran akan gelombang kedua wabah membuat investor lebih memilih menghindari risiko. Mengutip Reuters, trader mengatakan naiknya kasus Covid-19, turunnya harga saham dan minyak mentah turut memberikan prospek negatif terhadap permintaan.
Di sisi lain selisih (spread) antara minyak sawit dengan minyak nabati lainnya yaitu minyak kedelai juga semakin rendah. Spread yang sempit juga menjadi faktor lain yang mampu menekan permintaan minyak sawit.
"Spread antara minyak kedelai dengan minyak sawit sangatlah tipis di kisaran 30 - 40 ringgit (US$ 16,17) ketika seharusnya berada di rentang 100 - 150 ringgit (US$ 35,08). Hal ini akan memicu terjadinya tekanan jual" kata trader yang berbasis di Kuala Lumpur melansir Reuters.
Faktor musiman juga jadi faktor yang tengah disorot di pasar. Memasuki kuartal kedua biasanya produksi komoditas ini meningkat. Produksi bulan Juni diperkirakan naik 3% -5%. Ketika produksi naik dan data resmi ekspor tak sesuai ekspektasi atau lebih buruk maka harga CPO bisa semakin tertekan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Hari Ini Turun 0,13%, Harga CPO Susah Naik