
CPO Berupaya Menguat di Tengah Wacana B40 & Pencabutan DMO RI

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) sepanjang pekan ini berupaya menguat meski masih jauh dari level psikologis MYRÂ 5.000 per ton, di tengah wacana penghentian ekspor bahan baku minyak goreng dari Indonesia.
Harga kontrak berjangka (futures) CPO teraktif di Bursa Derivatif Malaysia turun 0,43% ke MYR 3.704/ton pada Jumat (22/6/2022). Namun sepanjang pekan, harga komoditas nabati tersebut terhitung menguat 3,23% dari level penutupan akhir pekan lalu pada MYR 3.588/ton.
Dalam lima hari perdagangan sepanjang pekan ini, harga komoditas andalan Indonesia dan Malaysia ini menguat dua kali, yakni pada Senin dan Rabu, masing-masing sebesar 9,95% dan 3,23%.
Penguatan harga terjadi setelah pemerintah Indonesia mewacanakan pemberlakuan kebijakan biodisel B40, naik dari kebijakan yang sekarang berjalan yakni B35 di mana Republik Indonesia memproduksi bahan bakar solar dengan bauran sawit sebesar 35%.
Kenaikan bauran menjadi 40% berpeluang mengurangi pasokan sawit dari pasar dunia, sehingga trader komoditas pun berspekulasi bahwa akan terjadi pengurangan suplai CPO dari Indonesia yang berujung pada penguatan harga.
Di sisi lain, Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan mengatakan akan mempertimbangkan penghapusan wajib pemenuhan domestik (domestic market obligation/DMO) untuk mendongkrak ekspor minyak sawit mentah dan turunannya.
Namun demikian, dalam jangka menengah analis Komoditas Reuters Wang Tao menilai harga CPO akan menembus titik support di MYR 3.706/ton dan berpeluang jatuh menuju level terendah sejak 14 Juli 2022 yakni pada MYR 3.489/ton.
"Sawit berayun lebih rendah dalam seminggu perdagangan yang berfluktuasi tetapi sentimen keseluruhan tampaknya berubah positif meskipun masih sangat berhati-hati," kata Sathia Varqa, salah satu pendiri Palm Oil Analytics Singapura dikutip Reuters.
Dia juga menambahkan bahwa CPO dalam area ambil untung (profit taking) dan terbebani oleh melemahnya minyak kedelai di bursa komoditas Chicago. Minyak kedelai merupakan komoditas komplementer minyak nabati, sehingga pergerakan CPO mengikuti minyak kedelai.
Sepanjang bulan Juli, harga CPO terhitung drop 24,56%. Dengan demikian, sepanjang tahun berjalan harga kontrak CPO teraktif tersebut terhitung ambles hingga 28,2% dari posisi akhir tahun lalu sebesar MYR 5.159/ton.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Saham CPO Ramai-ramai Ambrol, Efek Pengurangan Ekspor?