
Second Wave Covid-19, Ancaman Baru untuk Komoditas

Jakarta, CNBC Indonesia - Reli harga komoditas seolah terhenti memasuki minggu kedua Juni. Saat ini salah satu faktor yang ikut membebani harga komoditas adalah ancaman gelombang kedua wabah serta tensi geopolitik antara negara eksportir dan importir.
Bulan Mei menjadi bulan berkah bagi berbagai komoditas seperti minyak mentah, crude palm oil dan batu bara. Kembali bangkitnya ekonomi China serta relaksasi lockdown yang ditempuh oleh berbagai negara membuat harga komoditas rebound , terutama untuk harga minyak mentah yang melesat lebih dari 50%.
Reli harga minyak hingga menyentuh level di atas US$ 40/barel disebabkan oleh dua hal. Pertama, pembukaan kembali ekonomi diharapkan mampu mengerek permintaan bahan bakar.
Kemudian dari sisi pasokan, para produsen minyak seperti Arab Saudi, Rusia dan koleganya yang tergabung dalam OPEC+ sepakat untuk memangkas output sebesar 9,7 juta barel per hari (bpd) atau setara 10% dari total output global hingga Juli.
Namun kenaikan harga minyak mentah yang sangat signifikan dinilai terlalu cepat dan terlalu tinggi karena tidak mencerminkan fundamentalnya. Meski ekonomi AS secara perlahan mulai dibuka kembali, permintaan akan bahan bakar masih rendah dan stok minyak Negeri Paman Sam.
Lagipula dari sisi pasokan, komitmen negara-negara anggota OPEC+ seperti Iraq dan Nigeria juga menjadi sorotan lantaran kepatuhan terhadap kesepakatan pemangkasan output tergolong rendah.
Namun melonjaknya harga minyak mentah turut membuat harga CPO dan batu bara naik. CPO merupakan salah satu bahan baku pembuat biodiesel. Anjloknya harga minyak mentah membuat penggunaan CPO dalam pembuatan biodiesel menjadi kurang ekonomis.
Pelonggaran lockdown di negara-negara konsumen seperti Eropa, China dan India menjadi berkah bagi komoditas unggulan Negeri Jiran dan Indonesia ini. Penghapusan bea ekspor minyak sawit Malaysia hingga akhir tahun serta Indian yang mulai kembali membeli minyak nabati dari Negeri Jiran turut mengangkat harga CPO.
Namun terdengar kabar bahwa India kini sedang mengkaji kemungkinan menaikkan bea masuk untuk minyak nabati guna mendongkrak permintaan domestik. Tentu ini menjadi sentimen positif bagi harga CPO.
Beralih ke batu bara, harga pasir hitam ini juga mengalami kenaikan. Impor China yang jor-joran pada bulan April turut membuat pasar batu bara lintas laut sedikit bergairah.
Hanya saja, hubungan antara Canberra dan Beijing justru memanas akibat langkah Australia yang mendukung adanya investigasi asal usul virus corona yang pertama kali merebak di Wuhan, Provinsi Hubei, China bagian tengah.
China yang geram akhirnya memilih untuk mengenakan bea masuk terhadap impor barley dari Australia. Selain itu impor batu bara yang sudah sangat tinggi bulan April kemungkinan akan memicu pemerintah Negeri Panda untuk membatasi kuota impornya meski ekonomi China sedang bergeliat kembali.
Hal ini terlihat dari penurunan impor China sebesar 20% (yoy) pada Mei 2020 lalu. Impor batu bara China bulan Juli diperkirakan anjlok hingga seperempat dari periode yang sama tahun 2019.
Reli komoditas kembali tertahan. Kini fokus pasar kembali mencermati perkembangan terbaru wabah corona. Ancaman gelombang kedua wabah kian terlihat. AS dan China kembali melaporkan adanya lonjakan kasus infeksi baru virus corona.
Di Beijing lonjakan kasus infeksi baru dilaporkan berasal dari kluster pasar makanan Xinfadi. Setelah berminggu-minggu hampir tak melaporkan adanya penambahan kasus baru, kini Beijing telah mencatat lusinan kasus baru dalam beberapa hari terakhir.
Hampir tidak ada kasus virus corona baru di kota tersebut selama hampir dua bulan sampai infeksi baru kembali dilaporkan pada 12 Juni, dan sejak itu jumlah total telah meningkat menjadi 51, melansir Reuters.
Kini beralih ke AS, beberapa negara bagian Paman Sam kembali melaporkan lonjakan jumlah kasus baru. Alabama melaporkan rekor jumlah kasus baru untuk hari keempat berturut-turut hingga hari Minggu. Alaska, Arizona, Arkansas, California, Florida, North Carolina, Oklahoma dan South Carolina semuanya memiliki jumlah kasus baru dalam tiga hari terakhir, menurut penghitungan Reuters.
Banyak pejabat kesehatan publik yang mengaitkan kenaikan kasus baru tersebut dengan pertemuan selama liburan akhir pekan Memorial Day pada akhir Mei. Di Louisiana, yang merupakan salah satu hot spot virus sebelumnya, kasus baru kembali meningkat dengan lebih dari 1.200 - dan menjadi yang tertinggi sejak 21 Mei.
Secara nasional, ada lebih dari 25.000 kasus baru yang dilaporkan pada hari Sabtu, tertinggi sejak 2 Mei. Lonjakan kasus ini sebagian karena adanya peningkatan yang signifikan dalam pengujian selama enam minggu terakhir.
Jika lonjakan kasus baru terus dilaporkan meningkat dan semakin meluas, maka harga batu bara, minyak mentah dan CPO akan kembali menghadapi tekanan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Batu Bara, CPO & Minyak, Mana yang Paling Top di Kuartal I?
