Batu Bara Melesat, Dapat Berkah dari Kenaikan Harga Minyak

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
02 June 2020 10:42
FILE PHOTO: A worker speaks as he loads coal on a truck at a depot near a coal mine from the state-owned Longmay Group on the outskirts of Jixi, in Heilongjiang province, China, October 24, 2015. REUTERS/Jason Lee/File Photo
Foto: Batu Bara (REUTERS/Jason Lee)
Jakarta, CNBC Indonesia -  Harga batu bara termal Newcastle kontrak berjangka ditutup dengan penguatan signifikan pada perdagagangan kemarin. Kenaikan harga minyak turut menjadi sentimen positif yang melambungkan harga komoditas unggulan Australia dan Indonesia ini.

Senin (1/6/2020), harga batu bara termal Australia untuk kontrak yang ramai diperdagangkan naik US$ 2,4 atau bertambah 4,45% menjadi US$ 56,3/ton. Padahal pada penutupan pekan lalu, harga batu bara sempat anjlok ke US$ 53,9/barel.



Salah satu faktor pemicu melesatnya harga batu bara adalah kenaikan harga minyak mentah. Harga minyak semakin mendekati US$ 40/barel untuk jenis Brent yang merupakan acuan internasional. 


Kenaikan harga minyak dipicu oleh membaiknya fundamental si emas hitam. Pembukaan ekonomi secara bertahap di berbagai negara terutama di AS yang merupakan konsumen minyak terbesar di dunia turut mendongkrak permintaan bahan bakar dan membantu mengurangi timbunan stok. '

Dari sisi pasokan, pemangkasan produksi yang dilakukan oleh para kartel minyak yang terdiri dari Arab Saudi, Rusia dan koleganya (OPEC+) sebesar 9,7 juta barel per hari (bpd) juga jadi pendorong kenaikan harga minyak. OPEC+ dijadwalkan akan bertemu secara online pada 4 Juni ini untuk membahas kelanjutan pemangkasan produksi minyak ke depannya. 

Batu bara dan minyak merupakan sumber energi primer. Walau penggunaannya berbeda, minyak untuk bahan bakar transportasi dan batu bara untuk pembangkit listrik, kenaikan harga minyak yang signifikan turut jadi sentimen positif bagi harga batu bara.

Kembali dibukanya perekonomian juga turut jadi faktor yang membuat harga si batu hitam membaik seiring dengan munculnya harapan bahwa permintaan listrik untuk sektor komersial dan industri yang sempat anjlok berangsur-angsur membaik.

Namun terdapat beberapa tantangan yang dihadapi oleh komoditas batu bara ke depan seperti tekanan dari para pembuat kebijakan untuk semakin beralih ke sumber energi alternatif yang ramah lingkungan, tingginya stok di India dan kemungkinan impor China yang lebih rendah karena beralih ke pasokan domestik hingga hubungan Asutralia-China yang panas.

[Gambas:Video CNBC]





TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Harga Batu Bara Kembali Menguat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular