
Ada Sentimen Positif Harga Batu Bara Naik Nyaris 1%

Jakarta, CNBC Indonesia - Kenaikan harga minyak mentah turut menjadi sentimen positif yang mampu mengerek naik harga komoditas batu bara. Sebelumnya harga batu bara terus mengalami koreksi dan semakin mendekati US$ 50/ton.
Kemarin (18/6/2020), harga batu bara termal acuan Newcastle untuk kontrak yang ramai ditransaksikan ditutup menguat 0,77% ke US$ 52,5/ton. Meski naik harga batu bara masih berada di level yang rendah.
Para produsen minyak global yang tergabung dalam OPEC+ terus berupaya untuk menopang harga minyak dengan memangkas output secara besar-besaran. Komitmen mereka tersebut membuat harga minyak melesat ke atas US$ 40/barel untuk acuan global Brent.
Kenaikan harga minyak menjadi sentimen positif bagi harga batu bara lantaran sama-sama merupakan sumber energi primer. Namun harga batu bara memang masih di rentang terendahnya.
Ada beberapa faktor yang membuat harga batu bara tertekan. Pasar yang masih lesu membuat harga batu bara ambles.
Berdasarkan data Refinitiv, impor batu bara China pada pekan yang berakhir 12 Juni adalah 13,98 juta ton, turun dari 18,48 juta ton pada minggu sebelumnya. Refinitiv melaporkan kuota impor batu bara China untuk tahun ini diperkirakan sama dengan tahun 2017 sebesar 270 juta ton.
Sejak itu, berbagai pembatasan impor telah diberlakukan untuk mendukung harga batu bara domestik Tiongkok agar profitabilitas di sektor pertambangan batu bara dan sektor pembangkit listrik di Cina terjamin.
Mengacu pada data Bea Cukai China, selama Januari-Mei tahun ini, impor lignit dan batu bara Cina telah mencapai 148,7 juta ton atau naik 16,8% (yoy). Jika berkaca pada 2017, China diperkirakan telah menggunakan lebih dari 55% kuota impor 2020 pada akhir Mei.
Di sisi lain impor batu bara di negara Asia lainnya seperti Jepang, Korea Selatan dan India juga masih rendah. Total impor batu bara Korea Selatan dan Jepang masing-masing sebesar 1,7 juta dan 1,9 juta ton hingga 12 Juni lalu.
Volume impor pekan lalu masih lebih rendah dibandingkan minggu sebelumnya sebesar 1,76 dan 2,95 juta ton yang diimpor di masing-masing negara.
Impor India pekan lalu juga hanya sebesar 1,42 juta ton lebih rendah dari pekan sebelumnya yang mencapai 2,2 juta ton.
Menurut laporan terbaru BP, meski 36% suplai listrik global dihasilkan dari pembakaran batu bara di unit pembangkitnya, tetapi pangsa pasar sumber energi primer komoditas ini turun menjadi 27%, terendah dalam 16 tahun terakhir.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Batu Bara Kembali Menguat