
Kebal! 12 Emiten Jor-joran Tambah Ratusan Pegawai Saat Corona

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi virus corona (Covid-19) telah meluluhlantakkan perekonomian global pada kuartal I-2020 dan pertumbuhan ekonomi nasional, kendati ekonomi Tanah Air sebetulnya masih bisa bertumbuh tipis 2,97% secara year on year pada 3 bulan pertama tahun ini.
Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) juga terjadi sejak virus ini resmi menjangkiti RI pada Maret lalu. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) bahkan mengungkapkan hampir seluruh sektor industri turut terdampak Covid-19, sehingga memerlukan perhatian lebih.
Berdasarkan pemetaan, ada 10 sektor industri terdampak atau 60% dari total industri di Indonesia. Sisanya, 40% moderat atau masih memiliki permintaan tinggi.
"Di antaranya banyak yang mengalami dampak yang sangat besar seperti industri semen, industri elektronika dan telematika, industri kendaraan roda empat dan dua, serta industri tekstil," kata Sekretaris Jenderal Kemenperin, Achmad Sigit Dwiwahjono saat Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) dengan Komisi VI DPR RI secara virtual, Selasa (28/04/20).
Adapun sektor industri yang terdapat moderat, di antaranya industri kimia dan industri plastik kimia. Lalu industri yang memiliki demand tinggi dan bisa memperkuat neraca perdagangan di antaranya, industri makanan dan minuman, industri farmasi dan industri alat pelindung diri (APD), alat kesehatan dan ethanol," jelas Sigit.
Di luar itu, ternyata masih ada kabar baik. Kendati ada PHK, tapi beberapa perusahaan terbuka (emiten, termasuk emiten obligasi) di Bursa Efek Indonesia (BEI) justru melaporkan terjadi penambahan jumlah karyawan perusahaan selama masa pandemi.
CNBC Indonesia merangkum deretan perusahaan tersebut, berdasarkan keterbukaan informasi BEI yang disampaikan periode 26 Mei-29 Mei 2020. Berikut 12 perusahaan tersebut:
1. PT Mark Dynamics Indonesia Tbk (MARK)
Presiden Direktur MARK Ridwan mengatakan pandemi virus corona tidak berdampak terhadap penghentian atau pembatasan operasional perusahaan.
Jumlah karyawan per Desember 2019 mencapai 1.139 orang, sementara hingga Mei ini 1.282 orang, atau bertambah 143 orang. Sementara perusahaan hanya melakukan PHK hanya 1 orang dan nihil karyawan yang dirumahkan, demikian pula nihil jumlah karyawan yang terdampak status lain misalnya pemotongan gaji 50%.
Bahkan di tengah pandemi ini, emiten produsen cetakan sarung tangan ini memperkirakan ada dampak terhadap laba bersih periode 31 Maret-April 2020 dari periode yang sama 2019 (periode pandemi), tapi bukan penurunan, melainkan kenaikan laba bersih sebesar 25%.
2. PT Permodalan Nasional Madani (PNM)
Manajemen BUMN yang fokus pada pembiayaan UMKM ini menyebutkan ada dampak terhadap usaha perusahaan karena Covid-19. Namun dampaknya hanya pembatasan operasional dengan prediksi periode 1-3 bulan.
Perusahaan telah melakukan pembatasan jam operasional baik di kantor pusat, kantor cabang dan unit layanan, juga telah melakukan pembatasan jumlah pegawai sesuai ketentuan pemerintah, dan turut mengkampanyekan cara pencegahan penyebaran Covid-19.
"Dari sisi bisnis, pada saat ini perusahaan lebih selektif dalam melakukan ekspansi bisnis, penyaluran pembiayaan pada masa tanggap darurat ini diutamakan kepada nasabah PNM Mekaar siklus lanjutan dan PNM Mekaar Naik Kelas, dengan tetap memperhatikan kondisi wilayah," tulis manajemen PNM.
Adapun jumlah karyawan per Desember 2019 mencapai 38.905 orang tetap dan tidak tetap, sementara Mei ini menjadi 40.384 orang atau bertambah 1.479 orang. Namun tidak ada PHK, dirumahkan, atau dampak pemotongan gaji. Meski demikian, ada prediksi penurunan laba bersih pada periode terdampak corona yakni Maret-April 2020 dari periode yang sama tahun lalu sebesar 25%
3. Indonesia Eximbank (LPEI)
Dampak Covid-19 terhadap lembaga pembiayaan ekspor impor Indonesia ini hanya pembatasan operasional dengan periode sekitar 1-3 bulan. "Sebagai lembaga keuangan khusus yang mempunyai mandat dari pemerintah untuk mendorong peningkatan ekspor nasional, LPEI tetap menjalankan kegiatan usaha semaksimal mungkin," tulis manajemen LPEI.
"Namun dalam rangka memitigasi dampak Covid-19, LPEI menerapkan operasional terbatas di kantor dan bekerja dari rumah."
Jumlah tenaga kerja tetap dan tidak tetap per Desember 2019 sebanyak 518 orang, sementara saya ini jadi 529 orang atau bertambah 11 orang. Ada 10 orang yang di-PHK, sementara karyawan yang dirumahkan dan dipotong gajinya nihil. Laba diprediksi turun periode Maret-April 2020 dari periode yang sama tahun lalu.
4. PT Satria Antara Prima Tbk (SAPX)
Emiten jasa logistik dan kurir dengan brand SAP Express ini justru mendapatkan sentimen positif dari Covid-19. Sekretaris Perusahaan SAP Express Denny Parhan mengatakan kelangsungan perusahaan tidak terganggu bahkan berpengaruh positif. Untuk segmen dari e-commerce meningkat, sedangkan selain e-commerce mengalami penurunan," katanya.
Jumlah karyawan tetap dan tidak tetap per Desember 2019 mencapai 3.409 orang, kini menjadi 3.545 orang atau bertambah 136 orang. Tidak ada PHK, tidak ada yang dirumahkan, dan nihil pemotongan gaji.
5. PT Wijaya Karya Tbk (WIKA)
Emiten konstruksi BUMN ini mengalami gangguan karena Covid-19 tapi hanya penghentian operasional sementara. Dari total 208 proyek berjalan Wika Grup hingga April 2020, terdapat 13% proyek yang berada dalam kondisi suspend di mana terjadi penghentian sementara pada seluruh bagian kegiatan proyek.
"Sedangkan sekitar 23% proyek berada dalam kondisi slowdown yang di mana terdapat perlambatan di beberapa bagian seperti mobilisasi tenaga kerja dan pembatasan jumlah pekerja di lapangan akibat physical distancing," tulis manajemen WIKA.
Jumlah karyawan tetap dan tidak tetap per Desember 2019 mencapai 3.592 orang dan kini menjadi 4.154 orang atau bertambah 562 orang. Tak ada PHK, dirumahkan, dan dipotong gaji. Tapi ada prediksi penurunan laba bersih 25-50% pada periode pandemi.
Manajemen perseroan menegaskan akan melakukan efisiensi biaya usaha, namun tetap menghindari adanya pengurangan karyawan sampai dengan sejauh ini.
"Memaksimalkan produksi pada proyek-proyek yang sedang berjalan dengan terlebih dahulu melakukan assessment kepada project owner yang memiliki kemampuan likuiditas sehingga perusahaan mampu mengatur cashflow [arus kas] masuk dan keluar."
"Mengajukan relaksasi pada fasilitas non cash loan yang didapat perusahaan dari tenor 6 bulan menjadi 12 bulan dan mengajukan penurunan bunga pinjaman, dan melakukan inovasi dan substitusi material impor menjadi material lokal dalam rangka mengefisiensikan biaya operasi," tulis manajemen.
6. PT Wijaya Karya Bangunan Genug Tbk (WEGE)
Anak usaha PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) ini mengalami gangguan pembatasan operasional saja dengan periode terdampak antara 1-3 bulan.
"Pembatasan Operasional terjadi pada Kantor Pusat yaitu dengan menerapkan Work From Home (WFH) yang sudah dimulai dari Maret 2020, Untuk kegiatan proyek berjalan normal dengan memperhatikan protokol Covid-19," tulis manajemen WEGE.
Jumlah karyawan tetap dan tidak tetap per Desember 2019 775 orang, sementara saat ini 794 orang atau bertambah 19 orang. Tidak ada karyawan PHK, dirumahkan atau dipotong gajinya. Perseroan bahkan memprediksi ada dampak kenaikan laba bersih sebesar 25% periode Maret-April 2020 dari periode yang sama tahun lalu
Strategi WEGE dalam mempertahankan kelangsungan usaha di tengah kondisi pandemi Covid-19 di antaranya melihat kesempatan membangun fasilitas kesehatan seperti Rumah Sakit Khusus Covid-19, melakukan efisiensi biaya pada biro dan divisi dan melakukan optimalisasi pada belanja modal (capex).
