
Efek Covid-19
Beban Kredit Rp 15 T, KAI Negosiasi Utang ke Perbankan
Hidayat Arif Subakti, CNBC Indonesia
14 May 2020 16:34

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Kereta Api Indonesia (Persero) sudah mengajukan negosiasi keringanan beban keuangan kepada perbankan di tengah terganggunya arus kas (cashflow) perusahaan akibat dampak pandemi virus corona (Covid-19) yang menekan pendapatan BUMN kereta api ini.
Direktur utama PT KAI yang baru, Didiek Hartantyo, mengatakan dengan melihat kondisi arus kas perusahaan, pihaknya sudah mengajukan keringanan kepada perbankan. Hal ini sesuai dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 11/POJK.03/2020 tentang Stimulus Perekonomian Nasional Sebagai Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran Coronavirus Disease.
Mantan Direktur Keuangan PT KAI ini pun menguraikan beberapa pos kewajiban perusahaan yakni kredit mencapai Rp 15,5 triliun di antaranya berasal dari kredit modal kerja atau kredit pendek, sementara utang obligasi Rp 4 triliun karena dua kali penerbitan surat utang pada 2017 dan 2019.
"Kalau kita lihat profil dari kredit kami di balance sheet [neraca] ada sekitar Rp 15,5 triliun, Rp 1,5 nya adalah kredit modal kerja atau kredit jangka pendek, sementaraRp 4 triliun merupakan obligasi," katanya dalam dialog virtual dengan CNBC Indonesia, Kamis (14/5/2020).
"Kredit investasi kami totalnya adalah Rp 10 triliun ada sebagian merupakan kredit ekspor yang dibiayai, namun mayoritas adalah merupakan proyek proyek infrastruktur yang kami lakukan di seluruh kawasan baik di Jawa maupun di Sumatera," ujarnya.
Pihaknya mengajukan relaksasi kepada perbankan domestik untuk keleluasaan angsuran pokok. Ia mengatakan bahwa PT KAI memang telah membayar sejumlah angsuran pokok hingga Maret, namun untuk April hingga Desember 2020, PT KAI akan mengajukan penundaan selama satu tahun.
Dia menjelaskan perseroan akan menerapkan beberapa skenario dalam mengantisipasi pandemi corona ini. Setidaknya ada tiga skenario yang akan diterapkan.
"Pertama kami optimistis apabila Covid-19 sampe dengan Juni 2020. Kedua skenario moderat kalau Covid-19 sampai Agustus, kemudian skenario pesimistis kalau Covid-19 berakhir Desember," katanya.
Didiek mengatakan dengan tekanan ini, membuat proyeksi pendapatan dari Rp 22 triliun, berkurang 50% menjadi Rp 11 triliun. "Penurunan pendapatan dari Rp 22 triliun menjadi Rp 11 triliun itu kira-kira kita menggunakan asumsi yang pesimistis di mana April sampai Desember maka angkutan penumpang itu in average [rata-rata] kita hanya mencapai 10 persen dari anggaran yang tertuang dalam RKAP," katanya.
"Sehingga kami akan melihat di bulan Juni atau di semester kedua kami akan melaporkan mengenai rencana revisi dari RKAP [rencana kerja anggaran perusahaan], karena dengan perubahan kondisi asumsi-asumsi yang sangat signifikan kami menemukan adanya perubahan," katanya.
Mengacu laporan keuangan kuartal I-2020, total kewajiban perusahaan sudah mencapai Rp 25,69 triliun pada Maret 2020, dari Desember 2019 yakni Rp 25,10 triliun termasuk utang usaha, utang pinjaman, hingga obligasi.
Dari jumlah kewajiban itu, terdiri dari liabilitas jangka pendek Rp 8,69 triliun dari Desember 2019 yakni Rp 8,11 triliun. Kewajiban jangka pendek ini terdiri dari pinjaman bank jangka pendek Rp 1,58 triliun, beban akrual Rp 2,59 triliun, dan pinjaman jangka panjang yang jatuh tempo setahun Rp 1,37 triliun.
Adapun liabilitas jangka panjang yakni Rp 17 triliun, dari Desember 2019 yakni Rp 16,99 triliun, di antaranya terdiri dari utang obligasi Rp 3,99 triliun, pinjaman jangka panjang Rp 8,53, dan liabilitas imbalan kerja Rp 3,46 triliun.
Direktur utama PT KAI yang baru, Didiek Hartantyo, mengatakan dengan melihat kondisi arus kas perusahaan, pihaknya sudah mengajukan keringanan kepada perbankan. Hal ini sesuai dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 11/POJK.03/2020 tentang Stimulus Perekonomian Nasional Sebagai Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran Coronavirus Disease.
Mantan Direktur Keuangan PT KAI ini pun menguraikan beberapa pos kewajiban perusahaan yakni kredit mencapai Rp 15,5 triliun di antaranya berasal dari kredit modal kerja atau kredit pendek, sementara utang obligasi Rp 4 triliun karena dua kali penerbitan surat utang pada 2017 dan 2019.
"Kalau kita lihat profil dari kredit kami di balance sheet [neraca] ada sekitar Rp 15,5 triliun, Rp 1,5 nya adalah kredit modal kerja atau kredit jangka pendek, sementaraRp 4 triliun merupakan obligasi," katanya dalam dialog virtual dengan CNBC Indonesia, Kamis (14/5/2020).
"Kredit investasi kami totalnya adalah Rp 10 triliun ada sebagian merupakan kredit ekspor yang dibiayai, namun mayoritas adalah merupakan proyek proyek infrastruktur yang kami lakukan di seluruh kawasan baik di Jawa maupun di Sumatera," ujarnya.
Pihaknya mengajukan relaksasi kepada perbankan domestik untuk keleluasaan angsuran pokok. Ia mengatakan bahwa PT KAI memang telah membayar sejumlah angsuran pokok hingga Maret, namun untuk April hingga Desember 2020, PT KAI akan mengajukan penundaan selama satu tahun.
![]() Angkutan Anjlok 50%, KAI Turunkan Target Pendapatan Jadi Rp 11 T (CNBC TV ) |
Dia menjelaskan perseroan akan menerapkan beberapa skenario dalam mengantisipasi pandemi corona ini. Setidaknya ada tiga skenario yang akan diterapkan.
"Pertama kami optimistis apabila Covid-19 sampe dengan Juni 2020. Kedua skenario moderat kalau Covid-19 sampai Agustus, kemudian skenario pesimistis kalau Covid-19 berakhir Desember," katanya.
Didiek mengatakan dengan tekanan ini, membuat proyeksi pendapatan dari Rp 22 triliun, berkurang 50% menjadi Rp 11 triliun. "Penurunan pendapatan dari Rp 22 triliun menjadi Rp 11 triliun itu kira-kira kita menggunakan asumsi yang pesimistis di mana April sampai Desember maka angkutan penumpang itu in average [rata-rata] kita hanya mencapai 10 persen dari anggaran yang tertuang dalam RKAP," katanya.
"Sehingga kami akan melihat di bulan Juni atau di semester kedua kami akan melaporkan mengenai rencana revisi dari RKAP [rencana kerja anggaran perusahaan], karena dengan perubahan kondisi asumsi-asumsi yang sangat signifikan kami menemukan adanya perubahan," katanya.
Mengacu laporan keuangan kuartal I-2020, total kewajiban perusahaan sudah mencapai Rp 25,69 triliun pada Maret 2020, dari Desember 2019 yakni Rp 25,10 triliun termasuk utang usaha, utang pinjaman, hingga obligasi.
Dari jumlah kewajiban itu, terdiri dari liabilitas jangka pendek Rp 8,69 triliun dari Desember 2019 yakni Rp 8,11 triliun. Kewajiban jangka pendek ini terdiri dari pinjaman bank jangka pendek Rp 1,58 triliun, beban akrual Rp 2,59 triliun, dan pinjaman jangka panjang yang jatuh tempo setahun Rp 1,37 triliun.
Adapun liabilitas jangka panjang yakni Rp 17 triliun, dari Desember 2019 yakni Rp 16,99 triliun, di antaranya terdiri dari utang obligasi Rp 3,99 triliun, pinjaman jangka panjang Rp 8,53, dan liabilitas imbalan kerja Rp 3,46 triliun.
(tas/tas) Next Article Satu Lagi Jebolan Bank Mandiri Jadi Dirut BUMN
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular