
Efek Covid-19
Dihantam Corona, Pendapatan PT KAI Menguap Rp 11 T
Hidayat Arif Subakti, CNBC Indonesia
14 May 2020 14:31

Jakarta, CNBC Indonesia - Manajemen PT Kereta Api Indonesia (Persero) menyatakan bahwa sejak serangan pandemi Covid-19 jumlah penumpang angkutan kereta api terus turun sejak pertengahan Maret lalu hingga Mei ini. Akibatnya, PT KAI harus kehilangan sejumlah pendapatan karena sepinya penumpang.
Direktur Utama PT KAI yang baru, Didiek Hartantyo menjelaskan bahwa KAI mulai kehilangan penumpang sejak adanya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan kebijakan working from home yang diberlakukan bagi swasta dan pegawai negeri sipil (PNS) atau aparatur sipil negara (ASN).
"Kuartal 1 masih relatif normal, Januari normal Februari pendapatan normal, dan penurunan mulai terlihat 18 Maret di mana pemerintah mengumumkan adanya 2 pasien Covid dan 16 Maret ada himbauan work from home bagi ASN," kata Didiek dalam dialog bersama CNBC Indonesia, Kamis (15/05/2020).
"Mulai saat itulah penurunan volume penumpang mengalami penurunan sedikit demi sedikit, dan akhir bulan Maret itu jumlah penumpang hanya 20 persen dari situasi normal, dan penurunan ini semakin dalam," imbuhnya.
Bahkan penurunan pendapatan, katanya, diprediksi mencapai Rp 11 triliun, atau penurunannya sudah mendekati 50% dari target pendapatan tahun ini.
"Untuk operasional kami, di mana dengan penurunan angkutan yang signifikan sekarang ini penurunan sudah mendekati 50 persen daripada pendapatan, di mana dari anggaran pendapatan untuk induk itu sekitar Rp 20 triliun, sekarang sudah kami prediksikan turun sampe dengan Rp 11 triliun," kata Didiek.
Sepanjang tahun lalu, induk usaha PT Kereta Commuter Indonesia ini meraup pendapatan Rp 22,6 triliun (unaudited), naik 13,2% dari tahun 2018 yang sebesar Rp 19,95 triliun.
Didiek menjelaskan, berkurangnya penumpang yang sangat signifikan ikut mempengaruhi pendapatan perusahaan dan berimbas ke operasional.
"Di bulan April di mana bulan April pendapatan kami satu bulan itu sekitar Rp 29 miliar, dan pada kondisi normal, angka Rp 29 miliar itu adalah pendapatan kami dari angkutan penumpang selama satu hari, jadi cukup dalam memang [penurunan], "ungkap mantan Senior Vice President PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) itu.
Sebab itu, mantan Direktur Keuangan PT KAI ini menegaskan pihaknya akan melakukan sejumlah efisiensi hingga bisa mengurangi beban biaya yang bisa dipangkas untuk menyelamatkan keuangan perusahaan.
Direktur Utama PT KAI yang baru, Didiek Hartantyo menjelaskan bahwa KAI mulai kehilangan penumpang sejak adanya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan kebijakan working from home yang diberlakukan bagi swasta dan pegawai negeri sipil (PNS) atau aparatur sipil negara (ASN).
"Kuartal 1 masih relatif normal, Januari normal Februari pendapatan normal, dan penurunan mulai terlihat 18 Maret di mana pemerintah mengumumkan adanya 2 pasien Covid dan 16 Maret ada himbauan work from home bagi ASN," kata Didiek dalam dialog bersama CNBC Indonesia, Kamis (15/05/2020).
![]() Efisiensi & Cost Reduction, Strategi KAI Hadapi Pandemi (CNBC TV ) |
"Mulai saat itulah penurunan volume penumpang mengalami penurunan sedikit demi sedikit, dan akhir bulan Maret itu jumlah penumpang hanya 20 persen dari situasi normal, dan penurunan ini semakin dalam," imbuhnya.
Bahkan penurunan pendapatan, katanya, diprediksi mencapai Rp 11 triliun, atau penurunannya sudah mendekati 50% dari target pendapatan tahun ini.
"Untuk operasional kami, di mana dengan penurunan angkutan yang signifikan sekarang ini penurunan sudah mendekati 50 persen daripada pendapatan, di mana dari anggaran pendapatan untuk induk itu sekitar Rp 20 triliun, sekarang sudah kami prediksikan turun sampe dengan Rp 11 triliun," kata Didiek.
Sepanjang tahun lalu, induk usaha PT Kereta Commuter Indonesia ini meraup pendapatan Rp 22,6 triliun (unaudited), naik 13,2% dari tahun 2018 yang sebesar Rp 19,95 triliun.
Didiek menjelaskan, berkurangnya penumpang yang sangat signifikan ikut mempengaruhi pendapatan perusahaan dan berimbas ke operasional.
"Di bulan April di mana bulan April pendapatan kami satu bulan itu sekitar Rp 29 miliar, dan pada kondisi normal, angka Rp 29 miliar itu adalah pendapatan kami dari angkutan penumpang selama satu hari, jadi cukup dalam memang [penurunan], "ungkap mantan Senior Vice President PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) itu.
Sebab itu, mantan Direktur Keuangan PT KAI ini menegaskan pihaknya akan melakukan sejumlah efisiensi hingga bisa mengurangi beban biaya yang bisa dipangkas untuk menyelamatkan keuangan perusahaan.
"Dari anggaran sekitar Rp 18 triliun, kami sudah melakukan pemangkasan sampe Rp 12 triliun. Kkami akan terus melakukan evaluasi terhadap biaya yang masih mungkin kita pangkas sehingga efisiensi dan cost reduction terus akan kita lakukan sesuai dengan pengurangan operasional kereta api," jelasnya.
"Struktur biaya dari PT KAI memang mayoritas adalah biaya tetap karena 70 persen sampe 80 persen adalah biaya tetap biasanya."
"Struktur biaya dari PT KAI memang mayoritas adalah biaya tetap karena 70 persen sampe 80 persen adalah biaya tetap biasanya."
(tas/tas) Next Article Beban Kredit Rp 15 T, KAI Negosiasi Utang ke Perbankan
Most Popular