
Ekonomi Nyungsep, Poundsterling Malah Menguat ke Rp 18.305
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
13 May 2020 20:59

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar poundsterling (GBP) menguat melawan rupiah dan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (13/5/2020) meski pertumbuhan (Produk Domestik Bruto/PDB) ekonomi Inggris nyungsep di triwulan I-2020.
Pada pukul 18:48 WIB, GBP 1 setara Rp 18.305,6, poundsterling menguat 0,34% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Kemarin mata uang Negeri Ratu Elizabeth ini melemah 0,39% dan menyentuh level terlemah sejak 20 Maret. Melawan dolar AS, poundsterling menguat 0,55% ke US$ 1,2326.
Office for National Statistic hari ini melaporkan PDB Inggris berkontraksi alias minus 2% di triwulan I-2020 dibandingkan triwulan IV-2019. Kontraksi tersebut menjadi yang terdalam sejak krisis finansial global 2008. Meski demikian rilis tersebut masih lebih baik ketimbang prediksi Reuters minus 2,5%.
Rilis yang lebih baik dari prediksi tersebut membuat poundsterling menguat hari ini. Tetapi hal tersebut kemungkinan tidak akan berlangsung lama mengingat outlook PDB di triwulan II-2020 masih suram.
"Kontraksi PDB di triwulan I sedikit mengejutkan, tapi sudah jelas menunjukkan tantangan yang dihadapi para pembuat kebijakan di Inggris," kata Hugh Gimber ahli strategi pasar di JP Morgan, sebagaimana dilansir Reuters.
Pada Kamis (7/5/2020) pekan lalu, Bank Sentral Inggris (Bank of England/BoE) memberikan "skenario ilustratif" perekonomian Inggris di tahun ini, yang diprediksi menjadi yang terburuk dalam lebih dari 300 tahun terakhir.
Sepanjang triwulan II-2020, pertumbuhan ekonomi Inggris diprediksi minus alias berkontraksi 25%. Dampaknya sepanjang tahun 2020 kontraksi diramal sebesar 14%, atau yang terburuk sejak tahun 1706, berdasarkan data historis yang dimiliki BoE.
Meski demikian, ekonomi Inggris diprediksi akan segera bangkit setelah lockdown dilonggarkan dan pandemi Covid-19 berhasil dihentikan. Perekonomian diprediksi kembali tumbuh seperti sebelum dilanda Covid-19 pada semester II-2021, dan tumbuh 3% di tahun 2022.
Pemerintah Inggris mulai awal pekan ini mengizinkan warga yang tidak bisa work from home kembali bekerja, meski disarankan sebisa mungkin menghindari transportasi publik. Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, kemarin juga menyatakan warga Inggris sudah diperkenankan beraktivitas di luar ruangan secara terbatas mulai hari Rabu.
Tahap selanjutnya adalah membuka kembali sekolah pada 1 Juni. Di saat yang sama, toko-toko juga diizinkan kembali beroperasi. Pada 1 Juli giliran bisnis perawatan tubuh yang akan kembali dibuka, tetapi dengan catatan tidak terjadi penambahan kasus yang signifikan.
Pada pukul 18:48 WIB, GBP 1 setara Rp 18.305,6, poundsterling menguat 0,34% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Kemarin mata uang Negeri Ratu Elizabeth ini melemah 0,39% dan menyentuh level terlemah sejak 20 Maret. Melawan dolar AS, poundsterling menguat 0,55% ke US$ 1,2326.
Office for National Statistic hari ini melaporkan PDB Inggris berkontraksi alias minus 2% di triwulan I-2020 dibandingkan triwulan IV-2019. Kontraksi tersebut menjadi yang terdalam sejak krisis finansial global 2008. Meski demikian rilis tersebut masih lebih baik ketimbang prediksi Reuters minus 2,5%.
"Kontraksi PDB di triwulan I sedikit mengejutkan, tapi sudah jelas menunjukkan tantangan yang dihadapi para pembuat kebijakan di Inggris," kata Hugh Gimber ahli strategi pasar di JP Morgan, sebagaimana dilansir Reuters.
Pada Kamis (7/5/2020) pekan lalu, Bank Sentral Inggris (Bank of England/BoE) memberikan "skenario ilustratif" perekonomian Inggris di tahun ini, yang diprediksi menjadi yang terburuk dalam lebih dari 300 tahun terakhir.
Sepanjang triwulan II-2020, pertumbuhan ekonomi Inggris diprediksi minus alias berkontraksi 25%. Dampaknya sepanjang tahun 2020 kontraksi diramal sebesar 14%, atau yang terburuk sejak tahun 1706, berdasarkan data historis yang dimiliki BoE.
Meski demikian, ekonomi Inggris diprediksi akan segera bangkit setelah lockdown dilonggarkan dan pandemi Covid-19 berhasil dihentikan. Perekonomian diprediksi kembali tumbuh seperti sebelum dilanda Covid-19 pada semester II-2021, dan tumbuh 3% di tahun 2022.
Pemerintah Inggris mulai awal pekan ini mengizinkan warga yang tidak bisa work from home kembali bekerja, meski disarankan sebisa mungkin menghindari transportasi publik. Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, kemarin juga menyatakan warga Inggris sudah diperkenankan beraktivitas di luar ruangan secara terbatas mulai hari Rabu.
Tahap selanjutnya adalah membuka kembali sekolah pada 1 Juni. Di saat yang sama, toko-toko juga diizinkan kembali beroperasi. Pada 1 Juli giliran bisnis perawatan tubuh yang akan kembali dibuka, tetapi dengan catatan tidak terjadi penambahan kasus yang signifikan.
Next Page
Analisis Teknikal GBP/USD
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular