Suku Bunga Batal Naik, Poundsterling Bisa ke Bawah Rp 19.000?

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank sentral Inggris (Bank of England/BoE) membuat kejutan pada pekan lalu yang membuat nilai tukar poundsterling jeblok melawan dolar Amerika Serikat (AS) dan rupiah. Hingga perdagangan hari ini, Rabu (11/10) poundsterling masih belum mampu bangkit.
Pada Kamis (4/11) BoE secara mengejutkan mempertahankan suku bunga acuannya sebesar 0,1%, padahal pasar memperkirakan akan dinaikkan menjadi 0,25%. Alhasil, kurs poundsterling jeblok hingga 1,36% melawan dolar AS dan 1,1% melawan rupiah hari itu.
Kemerosotan poundsterling terus berlanjut hingga menyentuh Rp 19.170/US$ di awal pekan lalu, sebelum berhasil rebound. Pada perdagangan hari ini, pukul 14.39 WIB, pounsterling berada di kisaran Rp 19.294/GBP, melemah kurang dari 1%. Sementara melawan dolar AS di US$ 1,3546, melemah tipis 0,06%.
Tingginya inflasi di Inggris membuat BoE sebelumnya diprediksi akan menaikkan suku bunga.
Inflasi di Inggris pada bulan Agustus menjadi 3,2% year-on-year (YoY) yang merupakan level tertinggi sejak pencatatan dimulai tahun 1997. Pada bulan September, inflasi sedikit melambat menjadi 3,1% YoY, tetapi tetap jauh di atas target BoE sebesar 2%.
Dua pekan sebelum pengumuman kebijakan moneter, Gubernur BoE, Andrew Bailey, juga memberikan sinyal akan menaikkan suku bunga.
"Kebijakan moneter tidak bisa menyelesaikan masalah dari sisi supply (yang memicu inflasi), tetapi tetapi bank sentral harus bertindak jika kita melihat risiko, khususnya inflasi dalam jangka menengah begitu juga dengan ekspektasinya" kata Bailey, saat diskusi panel online, Minggu (17/10).
"Dan itulah mengapa Bank of England memberikan sinyal kenaikan suku bunga, dan ini sinyal yang lainnya. Tetapi tentunya kami akan bertindak saat rapat kebijakan moneter," tambahnya.
Namun kenyataannya, dalam rapat kebijakan moneter pekan lalu, hanya 2 dari 9 orang anggota pembuat kebijakan moneter (MPC) yang memilih menaikkan suku bunga, sisanya memilih dipertahankan.
"Anggota komite menilai, berdasarkan data-data yang ada, khususnya tenaga kerja, secara garis besar sejalan dengan proyeksi laporan kebijakan moneter November, maka dalam beberapa bulan mendatang perlu untuk menaikkan suku bunga agar inflasi kembali ke target dan berkelanjutnya di 2%," tulis kesimpulan MPC dalam rapat kebijakan moneter Kamis pekan lalu.
Pernyataan MPC tersebut mengesampingkan kemungkinan kenaikan suku bunga di bulan Desember, yang dikatakan sikap yang sangat dovish, sehingga poundsterling terpuruk.
"Apa yang membuat kami terkejut dari pengumuman kebijakan moneter BoE pekan lalu yakni sikapnya yang sangat dovish. Mereka tidak hanya mempertahankan suku bunga, tetapi bersikap dovish terhadap peluang kenaikan ke depannya," tulis analis Bank of Amerika dalam sebuah catatan yang dikutip Reuters, Selasa (9/11).
Meski demikian, banyak analis yang masih melihat BoE akan menaikkan suku bunga di bulan Desember.
"Kami memperkirakan suku bunga akan dinaikkan di bulan Desember, ketika MPC melihat bagaimana kondisi pasar tenaga kerja terkini," kata Luke Bartholomew, ekonom senior di Abdrn.
Namun, jika pada Desember BoE masih mempertahankan suku bunga, bukan tidak mungkin poundstelring akan merosot ke bawah Rp 19.000/GBP. Kali terakhir berada di bawah level tersebut pada 11 Januari lalu.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
Inflasi Tinggi, Kurs Poundsterling Batal ke Bawah Rp 19.000
(pap/pap)