Internasional

Dampak Corona, Laba Emirates Naik 21% Jadi Rp 4,3 T

tahir saleh, CNBC Indonesia
11 May 2020 06:30
foto : Reuters
Foto: Reuters

Jakarta, CNBC Indonesia - Salah satu maskapai terbesar di dunia, Emirates Group, mengumumkan pencapaian laba bersih secara berturut-turut selama 32 tahun terakhir, di tengah penurunan pendapatan yang disebabkan oleh berkurangnya operasi selama penutupan Bandara Internasional Dubai (DXB) di kuartal pertama 2010 guna mencegah pandemi Covid-19.

Dalam siaran pers di situs resminya, Grup Emirates mengungkapkan 
Grup membukukan laba bersih sebesar AED (dirham Uni Emirat Arab) 1,7 miliar atau US$ 456 juta atau setara Rp 6,8 triliun (asumsi kurs Rp 15.000/US$) untuk tahun keuangan yang berakhir 31 Maret 2020. Laba Grup ini turun 28% dari periode yang sama tahun lalu.

Mengacu laporan keuangan Emirates, perhitungan tahunan mereka yakni dimulai 1 April 2019-Maret 2020 atau 11 bulan sesuai dengan adopsi IFRS (International Financial Reporting Standards) 16.

Penurunan laba Grup ini juga sejalan dengan pendapatan Grup yang juga turun tipis 5% menjadi AED 104,0 miliar atau US$ 28,3 miliar (Rp 425 triliun).

Namun saldo kas Grup justru naik 15% menjadi AED 25,6 miliar atau US$ 7,0 miliar (Rp 105 triliun). Kenaikan kas ini terutama karena kinerja bisnis yang kuat hingga Februari 2020 dan biaya bahan bakar yang lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya.

"Selama 11 bulan pertama 2019-20, Emirates dan dnata [anak usaha bisnis bandara dan katering] berkinerja kuat, dan kami berada di jalur yang tepat untuk mencapai target bisnis kami," kaya Yang Mulia Sheikh Ahmed bin Saeed Al Maktoum, Chairman dan Chief Executive Officer (CEO) Emirates Airline and Group, dalam siaran persnya, dikutip, Senin (11/5/2020).


Dengan pencapaian bisnis di tengah pandemi Covid-19, dan untuk mengamankan posisi likuiditas, perseroan secara Grup belum mengumumkan besaran pembagian dividen untuk tahun keuangan ini setelah dividen tahun lalu ditetapkan sebesar AED 500 juta atau US$ 136 juta (Rp 2,04 triliun).

Dividen tahun lalu diberikan kepada pemegang saham yakni Investment Corporation of Dubai, BUMN milik Uni Emirat Arab (UEA).

Kinerja Maskapai
Kendati laba Grup turun 28% dari periode yang sama tahun lalu, laba khusus bisnis maskapainya malah naik pada periode tersebut. Sebagai informasi, selain maskapai Emirates, Grup ini juga mengendalikan dnata (Dubai National Air Transport Association) yang didirikan sejak tahun 1959

Dnata atau Asosiasi Transportasi Udara Nasional Dubai adalah anak usaha Grup Emirates yang menyediakan layanan bandara, pesawat kargo, layanan traveling dan jasa katering penerbangan di lima benua.

Mengacu laporan keuangan, di tengah tekanan kompetitif dan dampak kurs yang tidak menguntungkan, maskapai Emirates yang didirikan pada 1985 ini melaporkan laba AED 1,1 miliar atau US$ 288 juta (Rp 4,3 triliun), naik 21% dari hasil tahun lalu, dengan margin laba 1,1%.


Sebetulnya laba Emirates bisa saja lebih tinggi bisa tidak adanya kerugian AED 1,1 miliar (US$ 299 juta) dari ketidakefektifan lindung nilai bahan bakar pada akhir tahun.

Kenaikan laba bersih Emirates terutama ditopang 
pendapatan yang sangat kuat selama kuartal ke-2 dan ke-3 tahun 2019. Namun penutupan landasan Bandara Dubai dan pandemi Covid-19 di kuartal berikutnya mempengaruhi total pendapatan maskapai ini dengan penurunan 6% menjadi AED 92,0 miliar atau US$ 25,1 miliar (Rp 377 triliun).

Ada dua penggerak bagi laba Emirates. Pertama, risiko kurs. Penguatan dolar AS terhadap mata uang di banyak negara yang menjadi pasar utama Emirates berdampak negatif sebesar AED 963 juta (US$ 262 juta) bagi bottom line (laba bersih) maskapai, jumlahnya meningkat dari dampak mata uang di tahun sebelumnya sebesar AED 572 juta (US$ 156 juta).

Kedua, dampak beban bahan bakar yang berhasil menopang kerugian kurs tadi. Total biaya operasi turun 10% dibandingkan tahun keuangan 2018-19.

Harga rata-rata bahan bakar jet turun 9% selama periode tersebut setelah tahun sebelumnya melesat 22%. Penurunan ini sejalan dengan pengurangan kapasitas, tagihan bahan bakar maskapai menurun secara substansial sebesar 15% dari tahun lalu menjadi AED 26,3 miliar (US$ 7,2 miliar) dan menyumbang 31% dari biaya operasi, dibandingkan dengan 32% pada tahun 2018- 19. Bahan bakar tetap menjadi komponen biaya terbesar bagi maskapai.

Lalu lintas penumpang secara keseluruhan menurun, karena Emirates mengangkut 56,2 juta penumpang (turun 4%). Dengan kapasitas tempat duduk turun 6%, maskapai ini mencapai tingkat keterisian atau Faktor Kursi Penumpang (passenger seat factor) 78,5% naik dari sebelumnya 76,8% tahun lalu.

"Mulai pertengahan Februari keadaan berubah dengan cepat ketika pandemi Covid-19 melanda seluruh dunia, menyebabkan penurunan permintaan penerbangan udara internasional dan dampaknya luar biasa ketika negara-negara menutup perbatasan dan memberlakukan pembatasan perjalanan," tegas Ahmed bin Saeed Al Maktoum.

"Bahkan tanpa pandemi, industri kami sebetulnya selalu rentan terhadap banyak faktor eksternal. Pada 2019-2020, penguatan lebih lanjut dari kurs dolar AS terhadap mata uang utama juga mengikis laba kami hingga AED 1,0 miliar, tapi sebagian besar tahun ini permintaan pengiriman udara global masih lunak, dan kompetisi semakin intensif di pasar-pasar utama kami," katanya.

Ahmed menjelaskan, pada periode 2019-20, Grup secara kolektif menginvestasikan AED 11,7 miliar atau US$ 3,2 miliar (Rp 48 triliun) untuk membeli pesawat dan peralatan baru, akuisisi perusahaan, membeli fasilitas modern, menyediakan teknologi terbaru, dan insentif bagi karyawan. Jumlahnya menurun setelah rekor pengeluaran investasi AED di tahun lalu yang tercatat AED 14,6 miliar (US$ 3,9 miliar).

Ini juga terus menginvestasikan sumber daya untuk mendukung masyarakat, inisiatif lingkungan, serta program inkubator yang memelihara bakat dan inovasi untuk mendukung pertumbuhan industri di masa depan.

Pada Dubai Air Show 2019 di November, Emirates memesan sebanyak US$ 16 miliar untuk membeli 50 unit A350 XWBs, dan memesan senilai US$ 8,8 miliar untuk 30 unit pesawat Boeing 787 Dreamliner.

Pengiriman pertama diharapkan sampai pada 2023 dan pesawat baru ini akan menambah variatifnya armada Emirates saat ini, serta memberikan fleksibilitas armada untuk penerbangan jarak jauh.

Sementara itu khusus dnata, investasi tahun ini meliputi: perluasan signifikan bisnis katering di Amerika Utara dengan membuka operasi baru di Vancouver, Houston, Boston, Los Angeles, dan San Francisco. Selain itu, dnata juga menyelesaikan pembelian sisa saham di Alpha LSG, untuk menjadi pemegang saham tunggal perusahaan katering dan logistik penerbangan terbesar di Inggris.

Di lebih dari 120 anak perusahaannya, total tenaga kerja Grup tetap tidak berubah yakni ditopang 105.730 karyawan, mewakili lebih dari 160 kewarganegaraan yang berbeda.


"Pandemi Covid-19 akan memiliki dampak besar pada kinerja 2020-21 kami, dengan operasi penumpang Emirates sementara ini ditangguhkan sejak 25 Maret, dan bisnis dnata sama-sama terpengaruh keringnya lalu lintas penerbangan. Kami terus mengambil langkah-langkah manajemen biaya yang agresif, dan kebutuhan lainnya.

Di dnata, untuk 2019-20, perusahaan mencatat penurunan laba yang signifikan (57%) menjadi AED 618 juta atau US$ 168 juta (Rp 2,5 triliun). Ini termasuk keuntungan satu kali dari transaksi di mana dnata melepaskan saham minoritas di Accelya, perusahaan IT yang diakuisisi oleh Vista Equity Partners.

[Gambas:Video CNBC]





(tas/sef) Next Article Duh! 2 Maskapai Ini Perpanjang Massa Potong Gaji Karyawan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular