Round Up

Asing Lepas SBN Rp 6 T, Obligasi RI Turun Tipis

Haryanto, CNBC Indonesia
09 May 2020 18:39
Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah Indonesia yang bertenor 10 tahun selama sepekan koreksi tipis 0,11% dengan penurunan yield 0,9 basis poin (bps) menjadi 8,086%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield menjadi acuan keuntungan investor di pasar surat utang dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. 

Obligasi Tenor 10 TahunFoto: Table
Obligasi Tenor 10 Tahun

 

Koreksi harga obligasi karena Investor asing masih cenderung melepas aset-aset di pasar keuangan Indonesia. Sejak awal tahun, nilai aset yang dilepas investor asing mencapai lebih dari Rp 100 triliun.

Bank Indonesia (BI) melaporkan, selama periode 4-6 Mei 2020 investor asing melakukan jual bersih (net sell) Rp 6,95 triliun. Terdiri dari jual neto di pasar saham sebesar Rp 0,84 triliun, dan di pasar obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) Rp 6,11triliun.

"Berdasarkan data setelmen 4-6 Mei 2020, non-residen di pasar keuangan domestik jual neto Rp 2,01 triliun. Selama 2020 (ytd), tercatat jual neto Rp 162,18 triliun," sebut keterangan tertulis BI yang diriils Jumat (8/5/2020).

Koreksi pasar obligasi bahkan terjadi ketika Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan ada upaya membeli sejumlah SBN di pasar perdana.

"Jumlah pembelian SBN di pasar perdana oleh BI untuk pembiayaan APBN 'above the line' diperkirakan maksimal sekitar Rp 125 triliun," kata Perry dalam rapat kerja dengan Komisi XI, Rabu (6/5/2020).


Dari rencana pembiayaan APBN Rp 1.439,8 triliun tersebut, rencana penerbitan SBN pada kuartal II-IV 2020 diperkirakan sebesar Rp Rp 856,8 triliun.

Selain itu, pada Selasa kemarin (5/5/2020), pemerintah melakukan lelang lima seri Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) guna memenuhi sebagian dari target pembiayaan dalam APBN 2020.

Target indikatif pada lelang tersebut sebesar Rp 8 triliun, permintaan yang masuk senilai Rp 18,11 triliun, dan pemerintah memenangkan sebesar Rp 5,55 triliun dari lima seri tersebut, mengacu data DJPPR Kementerian Keuangan.

Mengacu dari hasil lelang yang masuk, investor masih cukup optimis terhadap aset pendapatan tetap (fixed income) ini. Hal tersebut terlihat dari pencapaian permintaan yang melewati target maksimal yang diproyeksikan pemerintah.

Artinya minat investor terhadap obligasi pemerintah masih cukup baik, dengan kelebihan permintaan (oversubscribed) sebanyak 2,3 kali.

Sementara nilai CDS Indonesia 5 Tahun adalah 206.9396 pada catatan terakhir 9 Mei 2020 pukul 5:45 GMT atau 12:45 WIB. Nilai CDS turun (-2,79%) selama sepekan terakhir, naik 128,31% sebulan terakhir dan melonjak 93,91% setahun terakhir.

CDS adalah kontrak derivatif swap di mana pembeli melakukan pembayaran ke penjual atas penutupan risiko gagal bayar (default) debitor nya. Artinya, pembeli mendapatkan pembayaran bila terjadi gagal bayar atau kejadian lain yang mengancam pembayaran kredit yang ada.

Dalam praktiknya, CDS bisa menjadi patokan persepsi risiko berinvestasi. Ketika premi CDS suatu negara meningkat, maka pasar derivatif mengasumsikan bahwa risiko berinvestasi atau memegang surat utang di negara tersebut juga meningkat, begitu pula sebaliknya.

Artinya dari turunnya CDS selama sepekan kemarin, investor mulai tumbuh optimis atas keadaan ekonomi Indonesia saat ini.

[Gambas:Video CNBC]



Hal ini juga tercermin dari cadangan devisa Indonesia pada bulan April 2020 yang tercatat sebesar US$ 127,9 miliar. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yaitu US$ 121 miliar.

"Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 7,8 bulan impor atau 7,5 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan," sebut keterangan tertulis Bank Indonesia, Jumat (8/5/2020). .

Peningkatan cadangan devisa pada April 2020, lanjut keterangan BI, terutama dipengaruhi oleh penerbitan global bond pemerintah. Ke depan, Bank Indonesia memandang cadangan devisa tetap memadai, didukung oleh stabilitas dan prospek ekonomi yang tetap baik.

 

TIM RISET CNBC INDONESIA


(har/har) Next Article Asing Mulai Masuk Obligasi RI, Setelah Sempat Keluar Rp 114 T

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular